Faktor Peningkat dan Penghambat Penyerapan Zink
Zink merupakan salah satu mineral mikro yang penting bagi pertumbuhan dan imunitas anak. Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan dan menghambat penyerapan zat gizi zink / seng. Mari kita simak pad aartikel berikut.
Zink (Seng)
Zat gizi mikro ini berperan dalam kekebalan tubuh dimana berperan penting dalam pencegahan infeksi oleh berbagai jenis bakteri patogen. Selain itu juga penting dalam pembelahan dan pematangan sel, serta pertumbuhan. Seng juga bermanfaat dalam perkembangan otak yaitu untuk perkembangan saraf dan fungsi sistem saraf pusat. Berdasarkan penelitian, kekurangan seng pada saat anak-anak dapat menyebabkan stunting (pendek).1
Zink adalah zat gizi mikro yang berasal dari asam amino kompleks yaitu seperti pada makanan hewani dan nabati. Sumber hewani seperti daging sapi, ayam, ikan, babi, telur, seafood, produk susu. Diantara berbagai sumber ini, daging merah dan seafood adalah sumber zink yang paling utama. Selain itu sumber yang berasal dari makanan nabati juga memiliki kandungan seng yang baik seperti biji-bijian dan kacang-kacangan. Selanjutnya yang berasal dari buah-buahan, sayuran, dan sereal memiliki kandungan seng yang rendah. Sumber hewani merupakan sumber yang lebih utama dibandingkan dengan sumber nabati, sumber hewani menyediakan 40-70% dari kebutuhan seng pada umumnya. Selain itu juga sumber nabati diserap dalam jumlah yang lebih rendah dibandingkan dengan sumber hewani. Berikut tabel sumber makanan yang mengandung zink / seng. 2

Selain sumbernya, perlu diperhatikan juga cara pengolahannya. Pengolahan yang salah dapat mempengaruhi absorbsi seng. Seperti pada pemasakan suhu tinggi yang dapat menyebabkan seng pada makanan tidak dapat dihidrolisis yang akhirnya tidak dapat diserap. Kemudian juga terdapat reaksi maillard yaitu membentuk kompleks antara asam amino dan karbohidrat yang dapat menghambat absorbsi seng.2
Baca Artikel : Penurunan Stunting melalui 1000 Hari Pertama Kehidupan
Enhancer Absorbsi Zink
Beberapa zat endogen dari seng diduga berfungsi sebagai ligan untuk mengikat seng. Beberapa ligan ini termasuk ligan asam amino yaitu histidin, sistein, dan mungkin lisin dan glisin. Sekresi pankreas diduga mengandung konstituen tidak dikenal yang meningkatkan absorbsi seng. Selain itu, glutathione (tripeptide terdiri dari sistein, glutamat, dan glisin) atau produk dari pencernaan protein, seperti tripeptides, juga sebagai ligan. Ligan seperti asam amino membantu menjaga kelarutan seng dalam saluran pencernaan.
Protein
Seng berkaitan erat dengan protein yaitu sebagai salah satu komponen asupan yang mempengaruhi kecepatan dan status dari seng. Pada hewan percobaan, ketika mengonsumsi protein cukup maka akan berpengaruh pada pertumbuhan. Namun, apabila mengonsumsi protein dalam jumlah sedikit (7,5%) selama empat minggu dan juga rendah mengonsumsi seng (1-3 mg/kg), maka tidak terdapat pertambahan berat badan, dan terjadi ketidaknormalan dari tembaga, besi dan seng di hati.3
Absorbsi seng yang rendah dapat terlihat dari rendahnya asupan protein karena hal ini berkaitan dengan rendahnya availabilitas dari pemecahan protein yang mendukung pengurangan seng dari lumen intestinal. Pada percobaan melalui tikus, jika asupan protein pada tikus tidak cukup, tikus tersebut sulit untuk mencapai kecukupan seng. Selanjutnya, terdapat perbedaan yang signifikan pada pertumbuhan tikus yang mengonsumsi putih telur yang rendah (15%) dan tinggi (30%) dengan absorbsi asupan seng.3
Protein juga berperan sebagai karier pada proses absorpsi seng ke dalam enterosit bernama Zrt- dan Irt- like Protein (ZIP) yang menjadi transporter seng utama di sepanjang membran enterosit. Selain sebagai karier, penyusun protein yaitu asam amino, berperan sebagai ligan untuk seng yang membantu meningkatkan asborpsi seng dan mempertahankan solubilitas seng di saluran pencernaan. Asam amino yang berperan yaitu histidin, sistein, lisin dan glisin.2

Vitamin C
Asam askorbat dan zink adalah dua mikronutrien yang memainkan peran fungsional dalam makanan, sebagai pendukung kekebalan tubuh dan pemeliharaan kesehatan. Merupakan kofaktor beberapa enzim yang terlibat dalam biosintesis kolagen, karnitin dan neurotransmitter. Zat gizi ini merupakan antioksidan yang sangat efektif untuk melindungi protein, lipid, karbohidrat dan asam nukleat dari kerusakan radikal bebas yang dihasilkan selama metabolisme yang normal, serta melindungi paparan racun dan polutan. Dampak berat dari kekurangan vitamin C adalah scurvy yang dapat menyebabkan kelemahan pada struktur kolagen, yang dapat berlanjut seperti nyeri sendi, kelainan tulang dan jaringan ikat, proses penyembuhan luka yang lambat, dan imunitas rendah.4,5
Zink memainkan peran sentral dalam diferensiasi sel dan proliferasi. Kekurangan seng menyebabkan retardasi pertumbuhan, perubahan kulit, respon imun, peningkatan kerentanan terhadap infeksi, tertunda penyembuhan luka, buruknya adaptasi pada cahaya, terhambatnya perkembangan seksual dan gangguan kesuburan. Vitamin C dan seng memberikan perlindungan antioksidan komplementer terhadap oksigen reaktif berasal dari eksogen dan endogen yang dihasilkan. Maka dari itu, keseimbangan oksidan-antioksidan merupakan faktor penting pada fungsi imunitas.5,6
Inhibitor Absorbsi Zink
Fitat
disebut asam fitat, hexaphosphate inositol, atau inositol polifosfat, ditemukan dalam makanan nabati, khususnya kacang-kacangan dan sereal seperti jagung. Fitat mengikat zink (serta mineral lainnya) menggunakan oksigen. Fitat seng kompleks adalah luas, tidak larut, dan kurang diserap.2
Fitat (myo-inositol-6-fosfat) adalah inhibitor utama absorbsi seng dan mempengaruhi absorbsi mineral divalen lainnya, sebagian besar yaitu zat besi dan kalsium. Fitat terutama ditemukan dalam biji-bijian, sereal, biji legum dan, dalam konsentrasi rendah, di umbi-umbian dan akar. Selain itu, fitat juga merupakan mineral kompleks endogen yang disekresikan seperti zink dan kalsium, sehingga dapat direabsorpsi ke dalam tubuh. Jumlah kalsium yang tinggi dapat memperburuk efek penghambatan fitat pada penyerapan zink, dengan membentuk kompleks kalsium-seng-fitat dalam usus. Bahkan lebih larut dari kompleks fitat dibentuk oleh salah satu ion saja.7
Oksalat
oksalat, sebagai penghambat penyerapan zink lainnya. Ditemukan di berbagai makanan, biasanya terdapat pada bayam, coklat, dan teh.2

Polifenol
seperti tanin dalam teh dan serat tertentu dalam gandum utuh, buah, dan sayuran yang juga berikatan dengan seng dan menghambat penyerapan zink. 2
Kation divalen
Interaksi antara seng dan zat gizi seperti berbagai kation divalen (Fe2+, Ca2+, Cu2+) dapat terjadi dan menghambat penyerapan zink. Interaksi antara seng dan kation divalen lainnya diduga berkaitan dengan fakta bahwa berbagai kation bersaing satu sama lain untuk mengikat ligan dalam lumen usus atau dalam sel serta untuk transporter di brush border dari enterosit.2
Keadaan defisiensi seng dapat juga menurunkan sistem kekebalan serta mengganggu metabolisme besi. Selain itu, seng berkompetisi dengan besi untuk diserap di usus. Apabila zink lebih banyak jumlahnya maka zink akan diserap lebih banyak dibandingkan besi. Namun, terdapat penelitian lain mengatakan adanya ligan dalam makanan, absorbsi seng tidak dipengaruhi oleh konsentrasi besi. Besi dan seng tidak berkompetisi untuk mendapatkan tempat ikatan transferin pada permukaan usus, karena seng diserap kemudian diikat oleh albumin.2
Lebih Lanjut : Anemia Defisiensi Besi
Asupan kalsium, dapat menghambat zink karena bersamaan dengan fitat. Hal ini karena kalsium cenderung untuk membentuk kompleks dengan fitat sehingga seng tidak dapat diserap dan menghambat absorpsi seng. Namun, bioavailabilitas seng dapat diprediksi dengan rasio [fitat] x [kalsium]/[seng] dan rasio ini dapat menjadi prediksi nilai batas dari bioavailabilitas seng. Peningkatan asupan tembaga tidak memiliki efek untuk absorbsi seng ketika jumlah seng tercukupi. Namun, peningkatan asupan tembaga akan berpengaruh terhadap absorbsi seng ketika asupan seng dalam keadaan sedikit.8
Referensi
- 1.Black MM. Zinc deficiency and child development. The American Journal of Clinical Nutrition. Published online August 1, 1998:464S-469S. doi:10.1093/ajcn/68.2.464s
- 2.Sareen S, Jack L, James L. Advanced Nutrition and Human Metabolism. 5th ed. Wardsword; 2009.
- 3.Megías C, Pedroche J, Yust MM, et al. Affinity Purification of Copper-Chelating Peptides from Sunflower Protein Hydrolysates. J Agric Food Chem. Published online August 2007:6509-6514. doi:10.1021/jf0712705
- 4.Xie N, Huang J, Li B, et al. Affinity purification and characterisation of zinc chelating peptides from rapeseed protein hydrolysates: Possible contribution of characteristic amino acid residues. Food Chemistry. Published online April 2015:210-217. doi:10.1016/j.foodchem.2014.10.030
- 5.Wapnir R. Protein Nutrition and Mineral Absorption. CRC Press; 2000.
- 6.Wintergerst ES, Maggini S, Hornig DH. Immune-Enhancing Role of Vitamin C and Zinc and Effect on Clinical Conditions. Ann Nutr Metab. Published online 2006:85-94. doi:10.1159/000090495
- 7.Connie W, Srimanthi K. Phytate and Mineral Bioavailability. CRC Press; 2001.
- 8.Maggini S, Beveridge S, Suter M. A Combination of High-Dose Vitamin C plus Zinc for the Common Cold. J Int Med Res. Published online February 2012:28-42. doi:10.1177/147323001204000104