Peran Zat Gizi pada Fungsi Kognitif Lansia
Tanggal 29 Mei diperingati sebagai Hari Lansia Sedunia. Asupan zat gizi sangat penting dalam meningkatkan kesehatan lansia, menurunkan berbagai risiko yang terkait dengan proses penuaan dan penurunan fungsi kognitif. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa asupan zat gizi mikro yang cukup akan membantu memelihara fungsi kognitif lansia. Zat gizi mikro yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif adalah antara lain vitamin B6, folat, vitamin C, vitamin E, vitamin B12, zat besi, dan cairan.1
Baca Artikel : Skrining Fungsi Kognitif pada Lansia
Vitamin B6
Defisiensi zat gizi vitamin B6 dapat mempengaruhi fungsi memori dan dapat berperan terhadap terganggunya fungsi kognitif pada lansia. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa subjek dengan asupan vitamin B6 yang tergolong kurang memiliki peluang 2,514 kali mengalami gangguan fungsi kognitif dibandingkan dengan subjek dengan asupan vitamin B6 yang baik. Kekurangan B6 dapat mempengaruhi fungsi memori dan berkontribusi pada gangguan kognitif. Defisiensi vitamin B6 juga dapat mengakibatkan gangguan pada konsentrasi homosistein. Konsentrasi homosistein yang meningkat merupakan faktor risiko aterosklerosis dan berpengaruh secara langsung pada neuron dalam sistem saraf pusat.1 Sumber vitamin B6 antara lain daging, ikan, unggas, kacang-kacangan, tahu dan produk kedelai lainnya, pisang.2
Baca : Sumber Sayur, Buah, dan Makanan dalam Vitamin Larut Air
Folat
Konsentrasi serum folat yang tinggi berpengaruh terhadap performa kognitif yang lebih baik pada tes kecepatan psikomotor. Hubungan tersebut diperantarai oleh mekanisme vaskuler. Rendahnya asam folat tidak berpengaruh terhadap volume otak yang hilang setiap tahunnya. Folat dibutuhkan untuk mengubah homosistein menjadi metionin. S-adenosylmethionine adalah donor metil primer pada beberapa reaksi pembentukan membran sel, phospolipid, neurotransmitter, dan myelin.1 Sumber folat antara lain Biji-bijian dan sereal yang diperkaya, asparagus, bayam, brokoli, polong-polongan, rumput laut.2
Vitamin C
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adalanya hubungan bermakna antara asupan vitamin C dengan kejadian gangguan kognitif pada lansia. Subjek dengan asupan vitamin C yang kurang mempunyai peluang 3,039 kali mengalami gangguan fungsi kognitif. Vitamin C yang merupakan antioksidan berperan melindungi jaringan dari radikal berbas. Radikal bebas merupakan penyebab gangguan fungsi kognitif pada lansia. Antioksidan dari vitamin C mengubah radikal bebas menjadi radikal absorbil, kemudian menjadi askorbat dan dehidroaskorbat.1 Sumber Vitamin C : Buah jeruk, kentang, brokoli, paprika, bayam, stroberi, tomat, daun singkong, jambu biji, pepaya.2
Lebih Lanjut : Konsumsi Vitamin C Aman Saat Pandemi
Vitamin E
Asupan vitamin E yang tinggi dari makanan diketahui dapat memperlambat penurunan fungsi kognitif. Defisiensi asam folat, B6, dan Vitamin B12 juga dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah otak dan menyebabkan gangguan fungsi kognitif.1
Vitamin B12
Vitamin B dan homosistein dapat mempengaruhi fungsi otak. Homosistein merupakan komponen senyawa kimia tertentu yang mudah diubah menjadi senyawa lainnya. Vitamin B12 berperan penting dalam remetilasi homosistein ke metionin yang selanjutnya diubah menjadi S–adenosylmethionine. S-adenosylmethionine merupakan senyawa penting yang berfungsi sebagai donor metil dalam fungsi otak normal, seperti pembentukan membran sel, neurotransmiter, dan myelin. Sehingga apabila defisiensi vitamin B12 dapat meningkatkan resiko penurunan fungsi kognitif, demensia dan penyakit alzheimer.3
Usia berkaitan dengan terjadinya penurunan absorpsi, jalur metabolisme, dan sistem fisiologis pada lansia yang dapat menyebabkan ketidakcukupan vitamin B12 dan asam folat sehingga berujung pada akumulasi jumlah homocystein. Defisiensi vitamin B12 dan asam folat menyebabkan peningkatan konsentrasi homosistein di dalam darah yang berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif, demensia dan penyakit lainnya. Mencegah penumpukan homosistein dalam jaringan darah dan saraf, vitamin B12 dan asam folat diperlukan untuk mengubahnya menjadi metionin.4 Sumber B-12 antara lain daging, unggas, ikan, susu, keju, telur, tempe.2
Zat Besi
Zat besi merupakan salah satu zat gizi mikro yang berperan dalam perkembangan otak, terutama dalam sistem penghantar syaraf. Hasil suatu penelitian suplementasi zat besi untuk melihat dampaknya pada fungsi kognitif yang dilakukan pada orang dewasa laki-laki dan perempuan dapat meningkatkan fungsi kognitif. Penelitian tersebut membagi sampel menjadi dua kelompok yaitu kelompok dewasa dengan anemia defisiensi besi sebagai kelompok perlakuan dan kelompok dewasa dengan kondisi yang sehat dan tidak mengalami anemia sebagai kelompok kontrol. Penelitian dilakukan selama 3 bulan dengan pemberian suplementasi zat besi berupa fero fumarat 600 mg/hari (195 mg besi elemental/hari). Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan hasil peningkatan skor MMSE yang signifikan pada kelompok perlakuan. Skor MMSE pada kelompok kontrol juga meningkat namun tidak signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa suplementasi zat besi juga dapat meningkatkan skor MMSE pada orang dewasa yang sehat dan tidak mengalami anemia defisiensi zat besi meskipun tidak signifikan.5
Zat besi memiliki peran yang bertentangan pada penuaan. Di satu sisi, zat besi merupakan kontributor penting pada banyak aspek untuk fungsi otak yang normal, termasuk sintesis energi utama otak, adenosin trifosfat (ATP) di mitokondria, serta bahan substrat utama dari pemrosesan informasi, mielin. Di sisi lain, zat besi merupakan oksidator yang sangat aktif sehingga bila jumlah dalam tubuh berlebih, akumulasi dari kelebihannya meningkatkan neurodegenerasi dengan memicu peradangan dan stress oksidatif.6
Lebih Lanjut : Kebutuhan Gizi pada Lansia
Cairan
Selain zat gizi, kecukupan cairan juga berpengaruh terhadap fungsi kognitif lansia. Terdapat penelitian yang meneliti hubungan status hidrasi dengan performa kogntif pada lansia yang sehat. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa status hidrasi secara signifikan berkaitan dengan performa kecepatan proses psikomotor dan kemampuan atensi atau memori pada lansia. Performa individu yang kurang terhidrasi lebih lambat dibandingkan beberapa pengukuran dari kecepatan proses psikomotor dan lebih lemah pada tugas berkaitan dengan atensi atau memori. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan pada dewasa muda.7
Referensi
- 1.Rahmawati A, Pramantara I, Purba M. Asupan zat gizi mikro dengan fungsi kognitif pada lanjut usia. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 2012;8(1):195-201.
- 2.Whitney E, Rolfes S. Understanding Nutrition . 14th ed. Cengage Learning; 2016.
- 3.Duthie SJ, Whalley LJ, Collins AR, Leaper S, Berger K, Deary IJ. Homocysteine, B vitamin status, and cognitive function in the elderly. The American Journal of Clinical Nutrition. Published online May 1, 2002:908-913. doi:10.1093/ajcn/75.5.908
- 4.Institute Of Medicine I. Dietary Reference Intakes : Recommended Intakes For Individuals, Vitamins Food And Nutrition Board, ,. National Academies; 2004.
- 5.Khedr E, Hamed SA, Elbeih E, El-Shereef H, Ahmad Y, Ahmed S. Iron states and cognitive abilities in young adults: neuropsychological and neurophysiological assessment. Eur Arch Psychiatry Clin Neurosc. Published online June 20, 2008:489-496. doi:10.1007/s00406-008-0822-y
- 6.Daugherty AM, Raz N. Appraising the Role of Iron in Brain Aging and Cognition: Promises and Limitations of MRI Methods. Neuropsychol Rev. Published online August 7, 2015:272-287. doi:10.1007/s11065-015-9292-y
- 7.Suhr JA, Hall J, Patterson SM, Niinistö RT. The relation of hydration status to cognitive performance in healthy older adults. International Journal of Psychophysiology. Published online July 2004:121-125. doi:10.1016/j.ijpsycho.2004.03.003