Pengaturan Indeks Glikemik, Beban Glikemik, dan Penghitungan Karbohidrat pada Diabetes Mellitus
Berdasarkan pilar pengendalian diabetes melitus, diet memegang peranan penting pada pengaturan kadar glukosa darah. Pada artikel sebelumnya terkait diet DM sudah dijelaskan langakah makan sehat bagi diabetisi. Kali ini akan dikupas tuntas terkait pengaturan indeks glikemik, beban glikemik, dan perhitungan karbohidrat pada diabetisi. Kita simak Yuk.
Indeks Glikemik
Indeks glikemik (IG) adalah nilai yang menunjukkan kemampuan suatu makanan yang mengandung karbohidrat dalam meningkatkan kadar glukosa darah. Konsep indeks glikemik ini digunakan untuk mengelompokkan makanan berdasarkan kemampuannya dalam meningkatkan kadar glukosa darah.1 Indeks glikemik dirancang untuk pengidap diabetes melitus sebagai panduan untuk memilih makanan yang tepat agar kadar glukosa darahnya tetap terkendali. Makanan dengan nilai indeks glikemik rendah menghasilkan respon glukosa darah yang rendah setelah dikonsumsi, begitu pula sebaliknya. Faktor-faktor yang memengaruhi IG pada pangan antara lain :2
- Kadar serat pangan
Kandungan serat pangan yang tinggi berkontribusi pada nilai IG yang rendah. Serat dapat memperlambat laju makanan pada saluran pencernaan dan menghambat aktivitas enzim sehingga proses pencernaan khususnya pati menjadi lambat dan respons glukosa darah pun akan lebih rendah. Dengan demikian IG-nya cenderung lebih rendah.
- Amilosa dan amilopektin
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa pangan yang memiliki proporsi amilosa lebih tinggi dibanding amilopektin (misal beras pera) memiliki nilai IG yang lebih rendah, begitu juga sebaliknya. Kadar amilosa yang tinggi dapat memperlambat pencernaan pati sehingga menyebabkan IG rendah.
- Kadar lemak dan protein
Adanya kandungan protein pada suatu bahan akan mengurangi jumlah glukosa yang dikeluarkan dari jaringan ke sirkulasi sistemik sehingga menurunkan nilai IG bahan. Pangan dengan kandungan lemak dan protein tinggi cenderung memiliki IG lebih rendah dibandingkan dengan pangan sejenis yang berkadar lemak dan protein rendah.
- Cara pengolahan
Proses pemasakan atau pemanasan akan menyebabkan terjadinya gelatinisasi pada pati. Dengan adanya proses pecahnya granula pati ini molekul pati akan lebih mudah dicerna karena enzim pencerna pada usus mendapatkan tempat bekerja yang lebih luas. Hal inilah yang menyebabkan proses pemasakan atau pemanasan dapat menyebabkan terjadinya kenaikan IG pangan.
Klasifikasi pangan menurut indeks glikemik
Klasifikasi Pangan | Rentang Indeks Glikemik |
IG Rendah | <55 |
IG Sedang | 56-70 |
IG Tinggi | >71 |
Beban Glikemik
Beban glikemik (BG) adalah nilai yang menunjukkan respon glukosa darah setelah mengkonsumsi satu porsi makanan yang mengandung sejumlah karbohidrat. BG dihitung dengan mengalikan nilai indeks glikemik makanan dengan jumlah karbohidrat yang terkandung dalam satu porsi makanan tersebut kemudian dibagi 100.3
Klasifikasi pangan menurut beban glikemik
Klasifikasi Pangan | Rentang Beban Glikemik |
BG Rendah | <10 |
BG Sedang | 11-19 |
BG Tinggi | >20 |
Tabel Daftar Nilai Indeks Glikemik dan Beban Glikemik Berbagai Bahan Makanan
Carbohydrate Counting
Metode Rencana Makan berdasarkan prinsip bahwa semua jenis karbohidrat (kecuali serat) dicerna dan sebagian besar diserap dalam aliran darah menjadi glukosa; jumlah total karbohidrat yang dikonsumsi memiliki efek yang lebih besar pada peningkatan glukosa darah dibanding tipe tertentu. Sumber karbohidrat seperti nasi, roti, sereal, pasta, umbi-umbian, kentang, kerupuk, dan keripik camilan, buah-buahan, susu dan olahannya, gula dan pemanis. Satu penukar karbohidrat adalah porsi makanan yang mengandung 15 gram karbohidrat. Ahli gizi dan diabetisi secara kolaboratif membuat rencana makan yang mencantumkan jumlah pilihan karbohidrat untuk dipilih untuk makanan dan, jika diinginkan, untuk makanan ringan. Individu dianjurkan untuk menjaga makanan protein dan lemak sumber-sumber lain sekonsisten mungkin yang tidak banyak mempengaruhi kadar glukosa darah meskipun mereka membutuhkan insulin untuk metabolisme. 3 Melalui perhitungan karbohidrat diharapkan diperoleh jumlah asupan yang sesuai dalam sehari sehingga diabetisi tetap dalam sasaran kadar glukosa darah yang aman.
Kebutuhan energi menentukan porsi total harian makronutrien. Ada dua perencanaan makan menggunakan penghitungan karbohidrat dengan rasio insulin karbohidrat menyesuaikan insulin dosis premeal untuk asupan karbohidrat (regimen insulin fisiologis) atau mengikuti konsumsi karbohidrat yang konsisten ketika menggunakan insulin tetap. Pengujian premeal dan kadar glukosa pasca-makan penting untuk melakukan penyesuaian baik asupan makanan atau obat-obatan untuk mengontrol kadar glukosa darah yang aman. Selain itu, jumlah karbohidrat dapat dilihat pada label makanan dengan mengurangi nilai serat makanan.
Diabetisi perlu membatasi makanan yang memiliki indeks glikemik dan beban glikemik tinggi serta perlu pengaturan pada asupan karbohidrat.
Referensi
- 1.Venn BJ, Green TJ. Glycemic index and glycemic load: measurement issues and their effect on diet–disease relationships. Eur J Clin Nutr. Published online November 9, 2007:S122-S131. doi:10.1038/sj.ejcn.1602942
- 2.Jenkins D, Kendall C, Augustin L, Franceschi S, Hamidi M, Marchie A. Glycemic index : overview of implications in health and disease. Eur J Clin Nutr. 2002;76(1):266-273.
- 3.Franz M. Medical Nutrition Therapy For Diabetes Mellitus And Hypoglycemia Of Nondiabetic Origin. In: Krause’s Food and Nutrition Care Proccess. 12th ed. Elsevier; 2012:675-706.
Pingback: Beras Apa yang Paling Baik Dikonsumsi? - Blog AhliGiziID
Pingback: Review Formula Enteral Komersial - Blog AhliGiziID
hallo, saya sedang mencari daftar makanan yg bagus untuk penderita diabetes melitus, tapi kok sy bingung lihat table di atas, yg bagus adalah yg IG dan BG warna hijau 2-2nya kan ? tapi kok, mie instant, anggur, mangga, susu full cream, malah hijau ? jadi bagus untuk diabetes melitus ?
setau saya, itu smua yg ga boleh bukan ?
Terima kasih Kak Jeiming atas pertanyaannya. Dalam hal ini kita perlu memperhatikan jenis, jumlah, dan jadwal terkait pemberian makan pada pasien diabetes. Jadi jika suatu bahan makanan memiliki IG dan BG yang rendah (baik) namun dikonsumsi dalam jumlah banyak dan jadwal makan yang kurang baik tentunya juga berdampak kurang baik bagi kontrol glukosa darah. Oleh karena itu, juga perlu dihitung dari jumlah karbohidrat yang dikonsumsi (carbohydrate counting) serta jadwal makan yang teratur juga supaya kontrol glukosa darah lebih baik. Semoga bermanfaat dan sehat selalu.
Halo Kak! Aku mau tanya soal roti tawar gandum. Kalo saya baca-baca referensi itu kan ya Gandum tinggi serat, rendah lemak, dkk nah banyak juga yang merekomendasikan roti gandum ini untuk mencegah terjadinya Diabetes Melitus 2. Tapi saya masih bingung kenapa Roti Gandum ini GInya tergolong tinggi ya? apa karena lemak yang rendah itu makanya GInya tinggi?. Dan juga saya menemukan di beberapa referensi lain bahwa Spaghetti itu GI nya lebih rendah dari Beras Merah, apa itu benar ya? kalau benar kenapa ya? Terimakasih Kak atas jawabannya 🙂
Halo kak Atyanta Windria. Terima kasih untuk pertanyaannya. Roti tawar gandum memiliki indeks glikemik lebih tinggi karena beberapa roti gandum kandungan karbohidratnya lebih tinggi dibanding roti non gandum. Selain itu juga beberapa roti gandum tidak selalu berasal dari full whole wheat (tepung gandum utuh) tapi juga ada campuran tepung terigu. IG pasta cenderung lebih rendah dibanding nasi. Selain indeks glikemik yang diperhatikan, perlu juga melihat beban glikemik dan total karbohidrat (carbohydrate counting) karena saat konsumsi biasanya kita tidak hanya konsumsi 1 makanan, namun lebih cenderung beberapa bahan makanan (makanan komposit). Oleh karena itu, perhitungan karbohidrat juga perlu diperhatikan. Lebih memilih karbohidrat kompleks dibanding karbohidrat sederhana (gula, permen, madu, dll) ya kak. Semoga menjawab. Terima kasih
Min, tolong tambah lagi penjelasan untuk perhitungan karbohidrat (carbohydrate countung). Agak sukar menarik kesimpulan dari narasi seperti di atas.
Terima kasih Kak Esa untuk masukannya =)
Bu Ayu, bagaimana cara menghitung Indeks glikemik?