Asupan Vitamin C, E, dan Beta Karoten pada Diabetes
Tanggal 18 April diperingati sebagai Hari Diabetes Nasional. Beberapa penelitian menyebutkan vitamin C, E, dan beta karoten baik bagi pasien diabetes. Bagaimana info lengkapnya? Mari kita simak pada artikel berikut =)
Diabetes Melitus Tipe 2
Baca Artikel : Diet bagi Diabetesi selama Puasa
disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta pankreas dan resisten insulin. Resisten insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel β tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defensiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain.1
Terdapat empat pilar penanganan diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) di Indonesia yaitu dengan edukasi, pengaturan makan, aktivitas fisik, dan intervensi farmakologis. Pengaturan makan merupakan komponen utama dalam keberhasilan penatalaksanaan DMT2. Prinsip pengaturan makan pada pasien DMT2 yaitu makan makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu dengan diberikan penekanan mengenai pentingnya jenis dan jumlah kalori, serta keteraturan jadwal makan. Terutama mengkonsumsi sumber karbohidrat kompleks dengan indeks glikemik rendah dan tinggi serat.1
Antioksidan
Asupan glukosa yang berlebih dapat menstimulasi kelebihan produksi reactive oxygen species (ROS). Kelebihan produksi ROS (yang merupakan oksidan) mampu meningkatkan kondisi stres oksidatif dan hal tersebut dapat memicu penurunan kapasitas antioksidan dalam darah. Ketika kapasitas antioksidan tidak mampu mengimbangi oksidan yang terbentuk, salah satu akibatnya adalah dapat meningkatkan peroksidasi lemak. Terjadinya peroksidasi lemak akan memperparah kondisi stres oksidatif dalam tubuh dan akibat lainnya yaitu dapat menyebabkan gangguan/ kerusakan pada sel β pankreas, akibatnya terjadi ketidak normalan pada ekspresi gen insulin, kadar insulin dalam darah, dan sekresi insulin (terinduksi glukosa).2 Peran antioksidan non-enzimatik seperti vitamin C, vitamin E, dan β-karoten sangat besar dalam memutus/ menghentikan peroksidasi lemak yang terjadi terutama pada diabetes.
Antioksidan : Free Radical Scavengers
Vitamin C
Sebagai satu-satunya vitamin larut air yang berperan menjadi antioksidan, vitamin C (asam askorbat) melindungi komponen sel dari kerusakan dengan cara mendonasikan elektronnya kepada lemak radikal sehingga reaksi rantai pada peroksidasi lemak akan berakhir. Sepasang askorbat radikal yang terbentuk dari reaksi ini akan dengan cepat bereaksi menghasilkan satu molekul askorbat dan satu molekul dehidroaskorbat. Dehidroaskorbat tidak memiliki kapasitas antioksidan, sehingga dehidroaskorbat diubah kembali menjadi bentuk askorbat yang memiliki kapasitas antioksidan dengan cara diberi dua elektron. Sumber makanan yang mengandung vitamin C diantaranya jeruk, stroberi, kiwi, blewah, jambu merah, pepaya, cabai merah, cabai hijau, brokoli, tomat, dan bayam.3,4 Berdasarkan penelitian sebelumnya, diperlukan asupan vitamin C sebanyak 500 mg per hari untuk dapat menurunkan kadar gula darah puasa.
Baca : Konsumsi Vitamin C Aman Saat Pandemi
Vitamin E
Serupa dengan asam askorbat, vitamin E, dalam bentuk paling aktif yaitu α-tokoferol, menjadi vitamin larut lemak utama sebagai antioksidan. Tugas utamanya adalah melindungi kerusakan membran akibat dari serangan oksidan dengan cara mendonasikan atom hidrogennya untuk menteralkan asam lemak peroksil radikal sehingga akan mengakhiri proses peroksidasi lemak. α-tokoferol yang
telah kehilangan atom hidrogen akan dikembalikan menjadi bentuk α-tokoferol dengan bantuan vitamin C. Sumber makanan yang mengandung vitamin E diantaranya kacang-kacangan, bayam, brokoli, alpukat, selai kacang, telur, daging sapi, dan daging ayam.2,4
Sebuah penelitian menunjukkan adanya efek protektif dari asupan vitamin E dalam melawan kejadian DM tipe 2, namun penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui mekanisme asupan vitamin E dan metabolismenya dalam mempengaruhi toleransi glukosa dan sensitivitas insulin maupun sekresi insulin.
Beta Karoten
β-karoten, yang merupakan prekursor dari vitamin A, dapat bereaksi dengan peroksil, hidroksil, dan superoksida radikal. Karotenoid memberikan efek antioksidan ketika konsentrasi oksigen rendah, dan akan berefek sebaliknya ketika berada pada konsentrasi oksigen yang tinggi. Selain itu, β-karoten mampu menghambat produksi TNF-α sehingga produksi ROS/RNS di dalam mitokondria juga menjadi terhambat. β-karoten juga memiliki potensi menyingkirkan radikal bebas lebih baik bila dibandingkan dengan vitamin E. Sumber makanan yang mengandung β-karoten diantaranya bayam, wortel, brokoli, labu kuning, ubi, dan mangga.2,4 Terdapat penelitian yang menunjukkan rendahnya asupan β-karoten dan rendahnya kadar β-karoten dalam darah dapat mengindikasikan adanya resistensi insulin dan kejadian DM tipe 2.
Vitamin dan Diabetes Melitus
Kemampuan vitamin C, vitamin E, dan β-karoten dalam menekan jumlah produksi oksidan serta melindungi komponen sel dari kerusakan, dapat melindungi tubuh dari kerusakan akibat oksidan yang berlebih/kondisi stres oksidatif. Kapasitas antioksidan tubuh akan lebih mudah bekerja karena oksidan yang terbentuk tidak terlalu banyak. Selain itu, sel β pankreas akan cenderung lebih aman dari kerusakan akibat adanya oksidan yang berlebih. Sehingga ekspresi gen insulin, kadar insulin dalam darah, dan sekresi insulin (terinduksi glukosa) tidak akan terganggu dan tidak akan mengakibatkan hiperglikemia akibat dari jumlah insulin yang kurang ataupun resistensi insulin.2,4,5
Kebutuhan vitamin C, vitamin E, dan β-karoten dapat diperoleh dari asupan makan (diet) ataupun suplemen.5 Penelitian intervensi yang dilakukan oleh Lu Q et al, suplementasi vitamin C 3000 mg/hari selama 2 minggu pada pasien diabetes melitus, tidak menunjukkan adanya perbaikan pada glukosa darah puasa.6 Bjelakovic et al, melaporkan bahwa tidak ada bukti bila suplementasi vitamin C, E, dan A dapat mencegah berbagai penyakit, justru sebaliknya, suplementasi β-karoten dan vitamin E dapat meningkatkan risiko kematian.5
Suplemen vitamin yang banyak dan bebas beredar di pasaran seringkali digunakan sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan vitamin bagi tubuh, akan tetapi mencukupi kebutuhan vitamin dari asupan makanan adalah pilihan yang terbaik. Alasannya karena makanan tidak hanya terdiri dari satu macam zat gizi saja, sehingga lebih aman untuk pemenuhan zat gizi bagi tubuh. Terutama bahan makanan seperti sayur dan buah yang sangat kaya dengan vitamin-vitamin tersebut.5
Konsumsi tiga porsi atau lebih sayur atau buah (1 porsi buah/ sayur setara dengan 100 gram) dapat menurunkan hingga 13% risiko terkena diabetes, dan vitamin yang paling berhubungan dengan penurunan risiko tersebut yaitu vitamin E.7 Beberapa studi juga melaporkan bahwa konsumsi buah dan sayur sehari-hari dapat meningkatkan kapasitas oksigen darah dalam menangkal radikal bebas/ oxygen radical absorption capacity (ORAC).5
Referensi
- 1.Perkeni P. Pedoman Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa Di Indonesia. PB Perkeni; 2019.
- 2.Pitocco D, Tesauro M, Alessandro R, Ghirlanda G, Cardillo C. Oxidative Stress in Diabetes: Implications for Vascular and Other Complications. IJMS. Published online October 30, 2013:21525-21550. doi:10.3390/ijms141121525
- 3.Nimse SB, Pal D. Free radicals, natural antioxidants, and their reaction mechanisms. RSC Adv. Published online 2015:27986-28006. doi:10.1039/c4ra13315c
- 4.Birben E, Sahiner UM, Sackesen C, Erzurum S, Kalayci O. Oxidative Stress and Antioxidant Defense. World Allergy Organization Journal. Published online 2012:9-19. doi:10.1097/wox.0b013e3182439613
- 5.Dasgupta A, Klein K. Antioxidants in Food, Vitamins and Supplements. Elsevier; 2014.
- 6.Badawi A. Vitamins D, C, and E in the prevention of type 2 diabetes mellitus: modulation of inflammation and oxidative stress. BTT. Published online January 2011:7. doi:10.2147/btt.s14417
- 7.Psaltopoulou T, Panagiotakos D, Pitsavos C, et al. Dietary antioxidant capacity is inversely associated with diabetes biomarkers: the ATTICA study. Nutr Metab Cardiovasc Dis. 2011;21(8):561-567. doi:10.1016/j.numecd.2009.11.005