Diet Ekstrem Bikin Haid Tidak Teratur? Ini Penyebab & Risikonya
Lagi semangat diet tapi siklus haid malah jadi kacau? Banyak perempuan tidak sadar bahwa diet ekstrem bisa mengganggu keseimbangan hormon. Kalau kamu sering telat haid karena diet ketat, ini saatnya lebih waspada. Yuk, kenali fakta di balik hubungan antara pola makan ekstrem dan siklus menstruasi!
Bagaimana Asupan Zat Gizi Memengaruhi Siklus Haid?

Gizi yang cukup sangatlah penting bagi kesehatan reproduksi perempuan. Kekurangan zat gizi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, dapat mengganggu fungsi organ tubuh, termasuk sistem hormonal. Perempuan yang mengonsumsi zat gizi secara adekuat umumnya mengalami keluhan menstruasi yang lebih ringan, bahkan bisa tidak terasa. Sebaliknya, kekurangan asupan gizi dapat menyebabkan keterlambatan haid pertama (menarche) atau memperparah ketidakteraturan haid yang sudah berlangsung.
Baca Juga: Konsumsi Soft Drink Membuat Menarche Dini?
Estrogen dan progesteron, dua hormon utama siklus haid, sangat bergantung pada keseimbangan zat gizi. Komposisi diet yang terlalu rendah lemak atau terlalu tinggi serat (seperti pada diet vegetarian ketat) terbukti meningkatkan risiko gangguan siklus haid.3
Gangguan haid saat diet bisa dipicu oleh kombinasi faktor berikut:
- Defisit kalori yang ekstrem
- Asupan lemak terlalu rendah
- Kurangnya karbohidrat
- Aktivitas fisik berlebihan
Tubuh membutuhkan lemak sehat untuk memproduksi hormon. Karbohidrat juga berperan penting sebagai sumber energi utama yang dibutuhkan oleh otak dan sistem pengatur hormon. Jika keduanya dihilangkan demi “cepat kurus”, tubuh akan menghemat energi dengan menghentikan ovulasi dan haid.
Kebiasaan melewatkan waktu makan juga bisa menurunkan asupan energi, protein, serta zat gizi lain yang penting untuk menjaga kestabilan hormon reproduksi.4
Apa yang Terjadi pada Hormon Saat Diet Ekstrem?
Kekurangan energi secara kronis dapat menghambat pelepasan hormon Gonadotropin-Releasing Hormone (GnRH), yang penting untuk mengatur ovulasi. Tanpa ovulasi, siklus haid menjadi tidak teratur atau berhenti. Penurunan status gizi yang signifikan juga dapat memengaruhi fungsi hipotalamus, yang berperan dalam mengatur sinyal hormonal ke hipofisis anterior untuk menghasilkan hormon Follicle Stimulating Hormone (FSH).

Hormon FSH membantu perkembangan folikel yang membawa sel telur, sedangkan hormon LH berfungsi dalam memicu proses ovulasi. Gangguan produksi kedua hormon ini dapat menyebabkan siklus haid menjadi tidak normal, termasuk munculnya amenore.2
Tidak banyak yang tahu, bahwa pengaruh diet ekstrem pada hormon sangat besar. Kekurangan zat gizi tidak hanya berdampak pada hormon GnRH, FSH, dan LH, tapi juga bisa mengganggu hormon lain seperti estrogen, tiroid, dan progesteron yang berperan dalam mengatur siklus haid secara seimbang.2
Siklus haid normal berkisar 21–35 hari. Jika kamu mengalami keterlambatan lebih dari itu secara konsisten, apalagi setelah mulai diet ketat, artinya ada gangguan metabolik atau hormonal yang harus segera diatasi, karena ini bisa memengaruhi kesuburan, kepadatan tulang, bahkan kesehatan mental dalam jangka panjang.
Remaja Putri Menjadi Kelompok yang Paling Rentan

Remaja putri sering menghadapi tekanan besar untuk memiliki tubuh ideal. Standar kecantikan yang muncul dari media sosial dan lingkungan sekitar dapat memicu ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh. Demi mencapai body image yang diidamkan, banyak remaja membatasi makan secara ekstrem.1
Tekanan sosial dan stres ini tidak hanya memengaruhi kondisi psikologis, tetapi juga sistem hormonal. Ketika tubuh berada dalam tekanan berat, kerja hipotalamus sebagai pusat pengatur hormon di otak akan terganggu, sehingga produksi hormon reproduksi menurun. Akibatnya, siklus haid bisa menjadi jarang (oligomenorea) atau bahkan berhenti sama sekali (amenorea).2
Dengan kata lain, gangguan haid pada remaja yang sedang diet ekstrem bisa menjadi sinyal bahwa tubuh sedang mengalami ketidakseimbangan akibat tekanan fisik dan mental yang berlebihan.
Risiko Jangka Panjang yang Harus Diwaspadai
Gangguan menstruasi akibat diet ekstrem bisa berupa siklus haid terlalu pendek atau panjang, perdarahan sangat ringan atau justru berlebihan, nyeri hebat, hingga tidak haid sama sekali.3

Ketika kondisi tersebut berlangsung lebih dari 3 bulan, tentu menjadi tanda yang serius. Hal ini sering terjadi pada mereka yang mengalami penurunan berat badan drastis dan memiliki indeks massa tubuh (IMT) di bawah 18,5 kg/m².
Namun, dampaknya tidak berhenti di situ. Diet berlebihan juga bisa menyebabkan:
- Rambut rontok
- Mudah lelah
- Gangguan tidur
- Emosi tidak stabil
- Risiko anemia dan osteoporosis
- Amenore hipotalamus (kondisi berhentinya haid akibat tekanan fisik dan emosional yang berat)
Maka, jangan hanya terpaku pada angka timbangan. Menurut anjuran Kementerian Kesehatan RI, penurunan berat badan yang sehat sebaiknya berada di kisaran 0,5 hingga 1 kg per minggu. Lebih dari itu, bisa jadi dietmu sudah terlalu ekstrem dan berisiko mengganggu fungsi tubuh penting lainnya.⁵
Upaya menjaga berat badan memang penting, tapi jangan sampai mengorbankan kesehatan hormonal. Jika siklus haid mulai berubah selama diet, sebaiknya segera evaluasi pola makan dan aktivitas harian. Pastikan tubuh tetap mendapat asupan kalori yang cukup dan zat gizi seimbang.
Baca Juga: Diet Intermittent Fasting (IF), Apakah Aman?
Referensi
- Hikmatun, K. D., Susan, Y., & Nurhaeni, A. (2023). Pentingnya Status Gizi dalam Siklus Menstruasi pada Remaja. Jurnal Keperawatan Cikini, 4(2), 208-215. https://jurnal.stikespgicikini.ac.id/index.php/JKC/article/view/132
- Ikhtiani, N., & Asiah, N. (2023). Hubungan Antara Status Gizi Dan Tingkat Stres Dengan Kejadian Siklus Menstruasi Tidak Normal Pada Remaja Putri Di Pondok Pesantren Assa’adah Depok Tahun 2023. JURNAL PENDIDIKAN KESEHATAN, 3(1), 27-35. https://jurnal.stikespmc.ac.id/index.php/JK/article/view/16
- Revi, M., & Anggraini, W. (2023). Hubungan Status Gizi Dengan Siklus Menstruasi Pada Siswi Sekolah Menengah Atas. Cendekia Medika: Jurnal Stikes Al-Maarif Baturaja, 8(1), 123-131. https://doi.org/10.52235/cendekiamedika.v8i1.219
- Miraturrofi’ah, M. (2020). Kejadian gangguan menstruasi berdasarkan status gizi pada remaja. Jurnal Asuhan Ibu Dan Anak, 5(2), 31-42. https://journal.unisa-bandung.ac.id/index.php/jaia/article/download/191/120
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021, Agustus 3). Pengaturan diet pasca operasi batu empedu [Artikel online]. Direktorat Jenderal Kesehatan Lanjutan. Diakses dari https://keslan.kemkes.go.id/view_artikel/1778/diet-menurunkan-berat-badan