Pencegahan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)

Merokok merupakan penyebab penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) terbanyak sebesar 95% kasus di negara berkembang. Apa saja tips pencegahan PPOK ? Mari kita simak pada artikel berikut.

Definisi

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyakit kronik yang terjadi pada organ paru-paru. Penyakit ini ditandai dengan gejala pernapasan yang persisten dan keterbatasan aliran udara yang disebabkan oleh kelainan saluran napas dan/atau alveolus yang biasanya disebabkan oleh pajanan yang signifikan terhadap partikel atau gas berbahaya. Keterbatasan aliran udara kronik tersebut disebabkan karena gabungan dari penyakit saluran pernapasan kecil seperti bronkritis kronik dan emfisema.​1​

Faktor Risiko PPOK

Penyakit PPOK dapat terjadi apabila seseorang memiliki kebiasaan merokok yang tinggi. Penyebab lainnya bekerja yaitu derah perkotaan, daerah industri, serta daerah pertambangan yang memiliki tingkat polusi udara yang tinggi. Penyebab lain yang juga dapat menjadi faktor risiko dari PPOK yaitu adanya faktor genetik, adanya penyakit komodrbid dari PPOK, dan juga jenis kelamin.​1,2​

Berikut ini beberapa poin penting terkait penyebab atau faktor risiko PPOK, yaitu:​1–4​

  1. Seseorang yang memiliki kebiasaan merokok, sering terpapar asap rokok memiliki, serta dulunya seorang perokok memiliki kemungkinan lebih besar terkena PPOK, yaitu sebesar 2,65 kali lebih besar daripada orang yang tidak merokok. Perokok aktif dapat mengalami obstruksi jalan napas kronik. Perokok pasif juga berisiko mengalami kerusakan paru-paru akibat menghisap partikel dan gas-gas berbahaya. 
  2. Polusi udara dapat menjaid faktor risiko terjadinya PPOK. Polusi dapat mencul baik dari asap kendaraan, pabrik, dan juga pertambangan. Studi di Meksiko menunjukkan adanya peningkatan kemungkinan terkena penyakit pernapasan sebesar 2,69% yang disebabkan karena polusi udara.
  3. Faktor genetik dapat memberikan persentase kemungkinan terkena PPOK sebesar 1-3%.
  4. Beberapa penyakit komorbid juga dapat meningkatkan risiko terjadi PPOK. Beberapa penyakit komorbid yang terjaid pasa sistem pernapasan yaitu adanya pneumonia, bronkiolitis, asma, bronkitis, dan emfisema.
  5. Jenis kelamin juga dapat menajdi faktor risiko dari penyakit PPOK. Hal ini sesuai dengan studi di China dimana pada pria memiliki risiko 2,86 kali lebih besar daripada wanita.

Baca Artikel : Dapatkah Rokok Meningkatkan Tekanan Darah?

Pencegahan PPOK

Prevalensi PPOK diperkirakan terus meningkat akibat peningkatan faktor risikonya seperti kebiasaan merokok, polusi udara, dan lingkungan yang kurang bersih. Perlu dilakukan upaya pencegahan penyakit PPOK di negara berkembang, termasuk di Indonesia. Diantaranya melalui :

Pencegahan Primer

dirancang untuk mengurangi risiko sebelum kerusakan atau cedera terjadi.​5​

  1. Pemberhentian perilaku dan kebiasaan merokok baik secara aktif maupun pasif.
  2. Memakai alat pelindung diri contohnya penggunaan peralatan perlindungan respirasi (masker).
  3. Mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang.

Gizi seimbang merupakan susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gizi seimbang didasarkan pada prinsip 4 pilar yaitu mengkonsumsi pangan beraneka ragam, membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat, mempertahankan dan memantau berat badan normal dan melakukan aktivitas fisik, serta menjaga kebersihan.

Lebih Lanjut : Gizi Seimbang pada Masa Pandemi Covid-19

Pencegahan Sekunder

menitikberatkan pada deteksi dini sehingga lama dan beratnya penyakit dapat diminimalisasi.​5​

  1. Surveilans medis dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner sederhana setiap tahun.
  2. Pemeriksaan fisik secara rutin.

Vitamin dan PPOK

Asam askorbat / Vitamin C, vitamin A, dan vitamin E merupakan zat gizi dengan fungsi antioksidan. Vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air yang berfungsi sebagai antioksidan untuk menurunkan reaksi radikal bebas. Vitamin C juga mampu mengurangi gejala  pada pasien PPOK secara signifikan dan meningkatkan fungsi sel imun serta menurunkan risiko infeksi saluran pernapasan yang merupakan salah satu penyebab eksaserbasi akut pada PPOK.​6​ Contoh bahan makanan yang kaya vitamin C adalah buah dan sayur seperti jeruk, apel, mangga, brokoli, dan tomat.

Beta karoten merupakan antioksidan tidak larut air yang berpotensi menjaga integritas membran sel terhadap serangan radikal bebas. Beta karoten merupakan zat di dalam tubuh akan diubah menjadi vitamin A dan berfungsi sebagai antioksidan. Memiliki fungsi sebagai scavenger radikal bebas, beta karoten memiliki efek perlindungan pada fungsi paru-paru. Sumber bahan makanan tinggi vitamin A diantaranya adalah ubi jalar kuning, kacang panjang, bayam merah, mangga, minyak kelapa sawit, dan labu kuning.

Vitamin E terlibat dalam banyak proses tubuh dan beroperasi sebagai antioksidan alami yang membantu melindungi struktur sel yang penting terutama membran sel dari kerusakan akibat adanya radikal bebas. Vitamin E sangat efektif dan cepat bereaksi dengan beberapa radikal bebas dan menghentikannya sebelum merusak membran sel. Resiko kematian pada PPOK menurun berkaitan dengan asupan vitamin E. Sumber utama makanan yang mengandung vitamin E adalah lemak dan minyak, sayuran, produk unggas dan daging. Minyak biji sayuran dan kacang-kacangan merupakan sumber vitamin E yang tinggi.

Mineral dan PPOK

Mineral yang penting dikonsumsi pada orang beresiko PPOK adalah magnesium dan kalsium. Peran mineral, seperti magnesium dan kalsium adalah pada kontraksi otot dan relaksasi mungkin penting untuk pasien PPOK. Asupan sebaiknya diberikan setara dengan Dietary Reference Intakes (DRI). Patologi PPOK menunjukkan gangguan inflamasi kronis yang dapat menyebabkan penyumbatan aliran udara di paru-paru, sedangkan kalsium diketahui memiliki kemampuan mengembalikan aspek respon bawaan. Kalsium juga memiliki peran  dalam  proses  pergerakan otot  pernapasan  sebagai  kompensasi  untuk  hambatan  aliran  udara.​7​ Bahan makanan yang merupakan sumber kalsium antara lain produk susu, sayuran, dan ikan. Seperti halnya kalsium, magnesium sulfat juga menyebabkan peningkatan kekuatan otot pernafasan dan penurunan hiperinflasi paru-paru. Bahan makanan yang mengandung magnesium antara lain biji-bijian dan kacang-kacangan.

Referensi

  1. 1.
    GOLD G. Pocket Guide To COPD Diagnosis, Management, and Prevention, A Guide for Health Care Professionals. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease, Inc.; 2017.
  2. 2.
    Oemiati R. Kajian Epidemiologis Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013;23(2):82-88.
  3. 3.
    Kusumawardani N, Rahajeng E, Mubasyiroh R. Association of Cigarrete Smoke Expossure and Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) in Indonesia. . Jurnal Ekologi Kesehatan. 2017;15(3):160-166.
  4. 4.
    Yang Y, Mao J, Ye Z, Li J, Zhao H, Liu Y. Risk factors of chronic obstructive pulmonary disease among adults in Chinese mainland: A systematic review and meta-analysis. Respiratory Medicine. Published online October 2017:158-165. doi:10.1016/j.rmed.2017.08.018
  5. 5.
    Susanto A. Problems of Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) Among Workers. Jurnal Respirologi Indonesia. 2021;41(1):64-73.
  6. 6.
    The Potensi Vitamin C untuk Mencegah Penyakit Paru Obstruktif Kronik. JPPP. Published online November 28, 2019. doi:10.37287/jppp.v3i1.243
  7. 7.
    R.Ahmad FF, Santoso A, Qanitha A. Korelasi antara Kadar Kalsium Serum dengan Fungsi Paru pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK). JIKM. Published online February 28, 2020:53-59. doi:10.33221/jikm.v9i01.488

Ayu Rahadiyanti

Executive Editor Ahli Gizi ID | Lecturer | Writer

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *