Stunted pada Remaja

Stunted masih banyak terjadi di usia remaja. Apa faktor penyebabnya serta dampaknya bagi remaja? Mari kita simak pada artikel ini =)

Remaja

Didefinisikan sebagai periode kehidupan antara Usia 11 sampai 21 tahun. Usia 13 sampai 15 tahun tergolong dalam periode remaja awal. Dalam periode ini, lebih mendalami perubahan biologis, emosional, sosial, dan kognitif dari anak – anak menuju ke dewasa. Perkembangan fisiologis, emosional, dan kedewasaan kognitif dicapai pada periode remaja.​1​

Pubertal growth spurt (percepatan pertumbuhan masa pubertas) terjadi pada periode remaja selama kurang lebih 3 tahun dan merupakan masa pertumbuhan tinggi yang cepat sebagai efek sinergi hormon seks dan hormon pertumbuhan. Cadangan jaringan adiposa juga meningkat. Peningkatan jaringan adiposa berbeda setiap jenis kelamin. Remaja putri lebih banyak menyimpan jaringan adiposa dibanding remaja putra. Simpanan jaringan adiposa pada remaja putri cenderung menumpuk di dada dan pinggul, sedangkan pada remaja pria cenderung lebih sentral.​2​

Masa perkembangan pada remaja paling pesat di antara tahap-tahap perkembangan hidup manusia. Selain perubahan-perubahan fisik, remaja juga mengalami perubahan psikologis. Perkembangan jiwa pada masa remaja juga semakin mantap. Pada akhir masa remaja, jiwanya sudah tidak mudah terpengaruh serta sudah mampu memilih dan menyeleksi hal yang baik dan hal buruk. Remaja juga sudah mulai belajar bertanggung jawab pada dirinya, keluarga, dan lingkungannya. Remaja mulai sadar akan dirinya sendiri dan tidak mau diperlakukan seperti anak-anak lagi.​2​

Baca : Gizi pada Remaja

Indikator Stunted

Stunted yang terjadi di usia remaja dapat menjadi indikator bahwa pada masa anak-anak, remaja tersebut mengalami kekurangan gizi karena biasanya anak stunted akan menjadi remaja atau dewasa stunted​3​ Stunting adalah salah satu bentuk dari kekurangan gizi kronis yang merupakan masalah gizi terbesar, terutama di negara yang sedang berkembang. Stunted didefinisikan rendahnya Z-score tinggi/panjang badan terhadap usia (TB/U).​4​ Berdasarkan cut off point dari World Health Organization (WHO) 2005, remaja dikatakan stunted apabila Z-score TB/U < -2 SD.

Penyebab Stunted pada Remaja

Stunted merupakan satu dari dua indikasi yang penting untuk mengukur kesejahteraan anak yang digunakan di seluruh dunia. Penyebab dan etiologi dari stunted masih belum banyak diketahui dibandingkan waktu terjadinya dan dampaknya, namun telah diketahui mekanisme terjadinya stunted. Stunted tidak hanya terjadi secara luas di lingkungan miskin, tetapi dapat juga terjadi di lingkungan menengah ke atas. Proses terjadinya stunted dapat terjadi dikarenakan pemenuhan zat gizi makro maupun mikro terutama seng yang tidak optimal atau mengalami kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama di masa kehamilan maupun di masa sebelum usia dua tahun.​3,5​ Deplesi seng tingkat ringan pada masa kehamilan sangat erat kaitan­nya dengan gangguan pertumbuhan janin.​6​

Beberapa penyebab lainnya yang mungkin menyebabkan stunted pada remaja adalah faktor genetik orang tua. Faktor genetik dapat mempengaruhi kejadian stunting pada anak balita yang tinggal di daerah pedesaan maupun di perkotaan. Apabila salah satu atau kedua orang tua yang pendek akibat kondisi patologis dan memiliki gen dalam kromosom yang membawa sifat pendek maka dapat mengakibatkan anak balita akan mewarisi gen tersebut dan tumbuh menjadi pendek atau stunting.​7​ Selain itu status gizi ibu kurang pada masa konsepsi, malnutrisi intrauterine yang tidak diberikan ASI eksklusif, pemberian MP-ASI yang terlambat, MP-ASI yang diberikan kurang dari segi kualitas maupun kuantitas, pemberian susu sapi yang tidak difortifikasi, penyerapan zat gizi yang tidak maksimal dikarenakan infeksi atau parasit pada usus, konsumsi produk hewani yang rendah, peningkatan konsumsi makanan olahan, faktor sosial, lingkungan, dan ekonomi juga dapat menyebabkan stunted.​8​

Lebih Lanjut : 1000 HPK

Dampak Stunted pada Remaja

Salah satu dampak jika seorang anak kekurangan gizi kronis yaitu terjadinya penurunan kecepatan pertumbuhan atau gangguan pertumbuhan linear sehingga anak gagal dalam mencapai potensi tinggi badan yang mengakibatkan anak menjadi stunted. Salah satu zat mikronutrien yang berpengaruh pada pertumbuhan anak adalah seng. Stunted juga merupakan manifestasi dari defisiensi seng. Prevalensi defisiensi serum seng lebih tinggi pada anak yang stunted dibandingkan dengan anak yang tidak stunted. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kondisi defisiensi seng berkorelasi dengan rendahnya Z-Score TB/U. Pada umumnya apabila seseorang memiliki Z-score TB/U < -2 SD akan berisiko memiliki kadar serum seng yang rendah juga.​9​

Kejadian stunted pada remaja memerlukan perhatian, karena apabila tidak teratasi akan berdampak pada penurunan kemampuan intelektual, gangguan fungsi imun, gangguan metabolisme, berkurangnya ukuran tubuh pada saat dewasa yang berkaitan dengan penurunan kapasitas kerja, meningkatkan stress oksidatif dan kerusakan sel dikarenakan produksi reactive oxygen species (ROS) yang berlebihan, berkurangnya antioksidan, atau kombinasi dari keduanya serta peningkatan risiko penyakit degeneratif seperti jantung, diabetes melitus, dan hipertensi di masa mendatang karena berisiko mengalami obesitas..​3,5​

Referensi

  1. 1.
    Brown J. Nutrition Through the Life Cycle. 4th ed. Wadsworth Cengange Learning; 2011.
  2. 2.
    More J. Gizi Bayi, Anak, Dan Remaja . 1st ed. (Soetjipto S, ed.). Pustaka Pelajar; 2014.
  3. 3.
    Branca F, Ferrari M. Impact of micronutrient deficiencies on growth: the stunting syndrome. Ann Nutr Metab. 2002;46 Suppl 1:8-17. doi:10.1159/000066397
  4. 4.
    Rachmi CN, Agho KE, Li M, Baur LA. Are stunted young Indonesian children more likely to be overweight, thin, or have high blood pressure in adolescence? Int J Public Health. Published online October 4, 2016:153-162. doi:10.1007/s00038-016-0905-x
  5. 5.
    Gibson R, Manger M, Krittaphol W, et al. Does zinc deficiency play a role in stunting among primary school children in NE Thailand? Br J Nutr. 2007;97(1):167-175. doi:10.1017/S0007114507250445
  6. 6.
    Christian P, Stewart C. Maternal micronutrient deficiency, fetal development, and the risk of chronic disease. J Nutr. 2010;140(3):437-445. doi:10.3945/jn.109.116327
  7. 7.
    Aridiyah F, Rohmawati N, Ririanty M. Faktor yang Mempengaruhi Stunting pada Balita di Pedesaan dan Perkotaan . Jurnal Pustaka Kesehatan. 2015;3(1):163-70.
  8. 8.
    Sawaya A, Martins P, Grillo L, Florêncio T. Long-term effects of early malnutrition on body weight regulation. Nutr Rev. 2004;62(7 Pt 2):S127-33. doi:10.1111/j.1753-4887.2004.tb00082.x
  9. 9.
    Engle-Stone R, Ndjebayi A, Nankap M, Killilea D, Brown K. Stunting Prevalence, Plasma Zinc Concentrations, and Dietary Zinc Intakes in a Nationally Representative Sample Suggest a High Risk of Zinc Deficiency among Women and Young Children in Cameroon. The Journal of Nutrition. 2014;144(3):382–91.

Ayu Rahadiyanti

Executive Editor Ahli Gizi ID | Lecturer | Writer

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *