Kesehatan dan Gizi lainnya

7 Potensi Penyebab KLB Keracunan MBG

Bayangkan, sebuah program yang seharusnya menjadi solusi gizi anak justru berubah menjadi ancaman kesehatan. Itulah yang terjadi dalam kasus KLB keracunan MBG di berbagai daerah.

Ratusan orang mengalami gejala keracunan usai mengonsumsi makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG), padahal tujuan awalnya adalah menekan angka stunting dan meningkatkan kualitas gizi anak. Fenomena ini membuat kita bertanya: apa sebenarnya potensi penyebab KLB keracunan MBG?

Apa itu KLB dalam konteks keracunan makanan?

Dalam kasus keracunan makanan, KLB berarti banyak orang mengalami gejala serupa dalam waktu singkat setelah mengonsumsi makanan dari sumber yang sama.

Penetapan status KLB bukan sekadar istilah administratif, tetapi langkah penting untuk mempercepat respons kesehatan, investigasi penyebab, dan intervensi darurat agar kasus tidak semakin meluas.7

Dengan status ini, otoritas kesehatan dapat segera mengerahkan tim investigasi multidisiplin, melakukan penelusuran epidemiologi, hingga menghentikan sementara distribusi makanan yang dicurigai terkontaminasi.

Mengapa KLB keracunan MBG bisa terjadi?

Petugas dapur menyiapkan menu makan bergizi dalam program MBG nasional
Sumber: Badan Gizi Nasional (https://www.bgn.go.id/news/artikel/bgn-ajak-masyarakat-daftar-jadi-mitra-mbg-sudah-22000-calon-terdaftar-tanpa-dipungut-biaya)

Kasus keracunan massal jarang terjadi hanya karena satu faktor tunggal. Biasanya, ada rangkaian penyebab yang saling berkaitan, mulai dari bahan baku hingga tahap distribusi. Berikut adalah 7 potensi penyebab KLB keracunan MBG yang perlu diwaspadai:

  1. Kontaminasi mikrobiologis (bakteri, virus, jamur)
    Salah satu penyebab utama keracunan massal adalah kontaminasi mikroba. Hasil temuan Kementerian Kesehatan menyebutkan bakteri seperti Salmonela, E. coli, Bacillus cereus, Staphylococcus aureus, Clostridium perfringens, Listeria monocytogenes, Campylobacter jejuni, Shigella serta virus seperti Norovirus dan Hepatitis A terlibat dalam kasus keracunan MBG.1,5

    Penjelasan pakar juga menyebut bahwa kontaminasi bisa berasal dari peralatan, wadah distribusi, atau mikroba perantara.4,8

  2. Toksin alami atau kimia dalam bahan pangan
    Selain mikroba hidup, toksin yang sudah terbentuk dalam bahan (misalnya histamin dalam ikan) atau bahan kimia (seperti nitrit) juga dapat memicu keracunan.4 Sebagai contoh, dalam investigasi penyakit keracunan makanan, faktor kimia sering menjadi salah satu penyebab.

    Baca Juga: Racun Alami Pada Bahan Pangan

  3. Pemilihan bahan pangan yang kurang aman
    Menurut pakar kesehatan masyarakat Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dr. dr. Merita Arini, MMR, bahwa penggunaan bahan pangan yang tidak segar, terutama produk hewani seperti ikan atau kerang, dapat meningkatkan risiko kontaminasi awal.4

    Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan bahan pangan yang berkualitas menjadi krusial dalam mencegah keracunan massal dalam rantai MBG.

  4. Proses pengolahan dan penyimpanan yang tidak higienis
    Kesalahan dalam teknik memasak, peralatan yang tidak steril, atau higiene sanitasi yang buruk selama proses bisa memicu pertumbuhan mikroba atau kontaminasi silang.4

    Misalnya, makanan panas yang langsung ditutup bisa menciptakan uap dan embun di dalam wadah sehingga suhu turun perlahan dan memungkinkan mikroba tumbuh jika suhu di bawah ambang aman (< 60 °C).8

  5. Distribusi dan waktu penyajian yang panjang atau tidak tepat
    Makanan yang disimpan lebih dari 4 jam berpotensi menjadi titik kritis keamanan pangan, sehingga harus segera dipanaskan ulang untuk mencegah pertumbuhan mikroba.8

    Oleh karena itu, rantai pengadaan perlu diawasi ketat, mulai dari pemilihan bahan segar, proses pengolahan yang higienis, penggunaan alat steril, hingga distribusi yang tidak terlalu panjang. Semakin lama makanan menunggu dalam proses distribusi, semakin besar pula risiko kontaminasi.4

  6. Kapasitas dan skala produksi besar tanpa kontrol mutu
    Produksi dalam jumlah besar (massal) memunculkan tantangan kontrol kualitas. Dosen Program Studi Gizi Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Nor Eka Noviani, menyebut bahwa penyelenggaraan dalam skala besar memiliki risiko lebih tinggi apabila pengawasan mutu tidak memadai.8

    Skala produksi besar tanpa SOP dan monitoring berkala rentan terjadinya kegagalan sistem keamanan pangan.

  7. Pengawasan, manajemen standar, dan SDM yang kurang memadai
    Menurut Pramudya Kurnia, Dosen Ilmu Gizi UMS, dan Laura Navika Yamani, Dosen Epidemiologi FKM UNAIR, kasus keracunan MBG seharusnya mendorong pemerintah melibatkan dinas kesehatan untuk mengevaluasi SPPG serta menyusun rekomendasi tindak lanjut.6,7

    Dalam hal pengawasan, BGN juga telah membentuk tim independen lintas disiplin untuk menyelidiki 70 kasus keracunan MBG yang menimpa ribuan penerima sepanjang Januari–September 2025.1

Contoh kasus & temuan lapangan

Siswa menerima makanan bergizi gratis, ilustrasi potensi penyebab KLB keracunan MBG
Sumber: Badan Gizi Nasional (https://www.bgn.go.id/news/artikel/distribusi-mbg-tetap-berjalan-selama-libur-sekolah-begini-skemanya)
  • Di Sleman dan Lebong, pakar UGM menyebut bahwa minimnya pengawasan proses penyiapan makanan higienis ikut andil dalam kasus keracunan MBG.2
  • Di Tapalang, Mamuju, belasan siswa keracunan diduga akibat mengonsumsi saus kedaluwarsa.
  • Di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, sebanyak 25 siswa dan guru mengalami keracunan setelah mengonsumsi makanan MBG.3
  • Di berbagai daerah, banyak dapur MBG yang belum memiliki sertifikasi atau standar keamanan pangan, dan beberapa terpaksa dihentikan sementara operasi sampai evaluasi selesai.

Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa persoalan keracunan MBG tidak berdiri sendiri, melainkan bagian dari masalah sistemik dalam rantai produksi pangan massal. Dari hulu ke hilir, mulai bahan baku, pengolahan, distribusi, hingga pengawasan, masih terdapat celah yang bisa menimbulkan risiko.

Rekomendasi mitigasi dan perbaikan

Untuk mencegah kasus serupa terulang, diperlukan langkah nyata yang menyentuh seluruh rantai produksi pangan. Berikut beberapa rekomendasi yang bisa diterapkan:

  • Menerapkan SOP (Standar Operasional Prosedur) ketat dari pemilihan bahan hingga penyajian
  • Sistem HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) untuk identifikasi titik kritis kontaminasi
  • Pelatihan rutin untuk petugas dapur dan penjamah makanan mengenai higiene, sanitasi, dan teknik pengendalian keamanan pangan
  • Pengawasan eksternal dan audit independen terhadap SPPG dan dapur penyedia MBG
  • Pemantauan suhu (pasteur/internal) dan batas waktu penyimpanan (holding time) yang ketat
  • Pengujian sampel makanan secara berkala
  • Keterlibatan masyarakat, transparansi, dan mekanisme pelaporan

Kasus KLB keracunan MBG menjadi pengingat keras bahwa kualitas gizi tidak bisa dipisahkan dari keamanan pangan. Kini saatnya semua pihak, mulai dari pemerintah, penyedia layanan, hingga masyarakat, bersinergi untuk memperkuat rantai keamanan pangan. Dengan begitu, program MBG dapat benar-benar menjadi berkah, bukan bencana.

Yuk, ikut mengawasi, menyuarakan, dan mendukung penerapan standar keamanan pangan di lingkungan kita. Karena gizi yang baik hanya akan berarti jika disajikan dengan aman.

Baca Juga: Peran Ahli Gizi dalam Program MBG

Referensi

  1. Kementerian PANRB. “BGN tim investigasi insiden keracunan MBG terdiri dari pakar multidisiplin.” Menpan.go.id. Diakses dari https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/berita-daerah/bgn-tim-investigasi-insiden-keracunan-mbg-terdiri-dari-pakar-multidisiplin
  2. UGM. “Kasus keracunan MBG di Sleman dan Lebong: pakar UGM sebut minimnya pengawasan proses penyiapan makanan higienis.” ugm.ac.id. Diakses dari https://ugm.ac.id/id/berita/kasus-keracunan-mbg-di-sleman-dan-lebong-pakar-ugm-sebut-minimnya-pengawasan-proses-penyiapan-makanan-higienis/
  3. BBC Indonesia. “Lebih dari 1.000 siswa di Bandung Barat diduga keracunan MBG – ‘Anak saya kejang-kejang, sesak nafas” bbc.com/indonesia. Diakses dari https://www.bbc.com/indonesia/articles/c0r09x2j7zpo
  4. LLDIKTI5 / UMY. “Keracunan massal MBG jadi alarm serius, pakar UMY beberkan penyebab.” lldikti5.kemdikbud.go.id. Diakses dari https://lldikti5.kemdikbud.go.id/home/detailpost/keracunan-massal-mbg-jadi-alarm-serius-pakar-umy-beberkan-penyebab
  5. UGM. “Kasus keracunan massal MBG: pakar UGM soroti skala produksi dan makanan terkontaminasi bakteri.” ugm.ac.id. Diakses dari https://ugm.ac.id/id/berita/kasus-keracunan-massal-mbg-pakar-ugm-soroti-skala-produksi-dan-makanan-terkontaminasi-bakteri/
  6. UMS. “Kasus keracunan MBG bukan sekadar angka.” ums.ac.id. Diakses dari https://www.ums.ac.id/berita/teropong-jagat/kasus-keracunan-mbg-bukan-sekadar-angka
  7. Airlangga University & LLDIKTI. “Pakar Unair soroti kasus keracunan pada program makan bergizi gratis.” unair.ac.id. Diakses dari https://unair.ac.id/pakar-unair-soroti-kasus-keracunan-pada-program-makan-bergizi-gratis/
  8. LLDIKTI5 / Unisa Yogyakarta. “Pakar gizi Unisa Yogyakarta soroti potensi keracunan pada program MBG.” lldikti5.kemdikbud.go.id. Diakses dari https://lldikti5.kemdikbud.go.id/home/detailpost/pakar-gizi-unisa-yogyakarta-soroti-potensi-keracunan-pada-program-makan-bergizi-gratis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *