Diet untuk Persiapan Kehamilan
Oleh : Lini Anisfatus Sholihah, S.Gz., M.Sc.
Masa kehamilan, selain menjadi masa yang paling ditunggu oleh sebagian besar wanita yang telah menikah, juga menjadi masa yang kritis untuk pertumbuhan seorang anak. Sembilan bulan masa kehamilan juga termasuk ke dalam kondisi gizi seorang ibu dapat mempengaruhi kesehatan jangka panjang anaknya. Oleh karena itu, dibutuhkan diet untuk persiapan kehamilan.
Awal datangnya masa kehamilan, tidak dapat diperkirakan oleh sebagian besar orang. Selain itu, tidak ada seorang wanita pun yang dapat memprediksi kapan ia akan hamil. Untuk tujuan medis, masa kehamilan biasanya dihitung sejak Hari Pertama siklus Haid Terakhir (HPHT) sampai waktu melahirkan tiba. Kebutuhan gizi saat seorang wanita hamil akan meningkat. Jika tidak terpenuhi, maka hal ini dapat mengakibatkan bayi yang dilahirkan nanti memiliki Berat Badan Lahir yang Rendah (BBLR), yaitu kurang dari 2.500 gram. Oleh sebab itu, masa kehamilan perlu dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Berikut ini yang harus diperhatikan oleh calon ibu termasuk diet untuk persiapan kehamilan.
1. Menjaga berat badan normal
Berat badan yang normal merupakan kondisi yang vital bagi seorang calon ibu. Berat badan normal seseorang dapat dihitung dengan menggunakan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan pembagian antara berat badan (BB) seseorang dalam kg dengan tinggi badan (TB) dalam m dikuadratkan [IMT = BB/ (TBxTB) ]. Penelitian menunjukkan bahwa seorang ibu dengan IMT prakehamilan di bawah 20 kg/m2 meningkatkan risiko melahirkan bayi prematur dan bayi berat badan rendah. Sebaliknya, seorang ibu yang IMT prakehamilannya di atas 30 kg/m2 , memiliki risiko untuk melahirkan secara caesar, preeklamsia, diabetes gestasional, dan juga kelahiran prematur.
Untuk mencapai BB yang normal, energi yang masuk haruslah disesuaikan dengan kebutuhan. Wanita dengan BB yang berlebih, dapat meningkatkan aktivitas fisik yang sehat seperti berolahraga dan mengonsumsi energi yang cukup. Sebaiknya, makanan yang tinggi energi seperti mengandung banyak lemak dan tinggi gula dihindari.
2. Mengonsumsi cukup folat minimal sejak sebulan sebelum hamil
Folat atau juga sering disebut dengan asam folat, merupakan vitamin yang larut air. Ada dua jenis folat yang kita kenal, yaitu folat sintetis (biasanya berasal dari suplemen atau dari fortifikasi makanan) dan folat alami yang berasal dari makanan. Folat berfungsi dalam pembentukan DNA dan RNA serta pembentukan sel.
Seorang wanita usia subur (WUS) dianjurkan untuk mengonsumsi folat sintetis sebanyak 400 mcg/ hari, minimal sebulan sebelum kehamilan untuk meningkatkan status folatnya. Dosis 400 mcg/ hari telah terbukti dapat mencegah kejadian Neural Tube Defect (NTD), yaitu kondisi dimana terjadi gangguan pada pembentukan jaringan saraf/ otak. Ditengarai, efek dari konsumsi folat ini sangat vital saat 8 minggu pertama
kehamilan, dimana pada saat itu, proses penutupan saluran saraf sedang terjadi. Selain itu, kekurangan folat juga dapat mengakibatkan anemia megaloblastik (sel darah merah tidak berkembang dengan normal).
Folat juga terdapat secara alami dari makanan seperti sayur-sayuran hijau (contohnya bayam dan kale). Nama folat sendiri berasal dari kata latin folium yang berarti daun. Sumber makanan lain yang kaya akan folat adalah kacang-kacangan, hati, dan jeruk.
3. Perbanyak konsumsi zat besi
Zat besi memiliki peranan yang penting dalam pembentukan hemoglobin dan myoglobulin. Hemoglobin adalah protein pembawa oksigen dalam sel darah merah dan myoglobulin di otot. WUS merupakan kelompok yang berisiko besar terkena anemia, yaitu kondisi dimana sel darah merah kekurangan zat besi sehingga sintesis hemoglobin berkurang. Hal ini dapat mengakibatkan kondisi seperti letih, lemah, dan
lesu. WUS berisiko terkena anemia zat besi karena kehilangan darah dari haid. Selain itu, adanya infeksi parasit juga dapat mengakibatkan anemia.
Risiko anemia saat hamil meningkat jika asupan zat besi kurang dari kebutuhan. Anemia saat kehamilan dapat meningkatkan risiko kematian ibu dan anak karena kehilangan darah saat proses persalinan. Selain itu, anemia saat kehamilan juga dapat mempengaruhi perkembangan kognitif dan motorik anak. Oleh sebab itu, status kecukupan zat besi harus sangat diperhatikan bahkan sebelum kehamilan. Suplementasi zat besi saat awal kehamilan telah diketahui dapat mengurangi risiko bayi dilahirkan dengan berat rendah.
Zat besi yang berasal dari makanan hewani memiliki kualitas penyerapan yang lebih baik daripada sumber makanan nabati. Adapun sumber makanan yang mengandung zat besi antara lain hati, sayuran hijau, daging merah, serealia, kacang, kerang, dan ikan.
4. Antioksidan penting untuk mendukung terjadinya kehamilan
Kualitas sel sperma dan sel telur yang baik sangatlah diperlukan untuk terjadinya konsepsi. Ancaman radikal bebas baik dari makanan maupun dari polusi udara dapat menurunkan kualitas kedua sel tersebut. Oleh sebab itu, antioksidan sangat diperlukan untuk menangkal radikal bebas tersebut. Zat gizi yang berfungsi sebagai antioksidan antara lain mangan, vitamin C, vitamin E, selenium, dan karoten 1–3.
Referensi
- 1.Zimmerman M, et al. An Introduction to Nutrition. University of Hawai; 2012.
- 2.Lammi-Keefe, Carol J, et al. Handbook of Nutrition and Pregnancy. USA: Humana Press; 2012.
- 3.Bender DA. Introduction to Nutrition and Metabolism. USA: CRC Press.; 2014.