6 Tips bagi Orang Tua untuk Mengatasi Gangguan Makan pada Anak
Pernah merasa bingung saat anak kehilangan nafsu makan, terlalu membatasi makanan, atau bahkan takut menambah berat badan? Hati-hati, ini bisa jadi tanda awal gangguan makan. Masalah ini bukan sekadar “anak susah makan”, tetapi kondisi serius yang dapat memengaruhi kesehatan fisik, emosi, dan tumbuh kembang anak.
Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan gangguan makan pada anak dan bagaimana cara orang tua bisa membantu? Yuk, kita bahas satu per satu.
Apa Itu Gangguan Makan pada Anak?
Gangguan makan adalah kondisi psikologis yang menyebabkan seseorang memiliki pola makan tidak wajar hingga memengaruhi kesehatan fisik dan emosionalnya. Pada anak dan remaja, gangguan ini kerap dipicu oleh tekanan untuk memiliki tubuh ideal, kebiasaan diet di usia muda, gangguan psikologis seperti depresi dan kecemasan, serta faktor genetik dalam keluarga.
Hal ini didukung oleh salah satu referensi medis daring, oleh StatPearls Publishing, yang menyoroti bahwa penyebab gangguan makan bersifat beragam dan saling berkaitan, melibatkan faktor biologis, psikologis, dan sosial budaya. Dari sisi biologis, genetik dan zat kimia di otak seperti serotonin dapat memengaruhi cara seseorang mengatur nafsu makan dan suasana hati.1
Selain itu, sifat perfeksionis, perasaan cemas atau sedih yang berlarut, serta tekanan sosial untuk memiliki tubuh ideal juga bisa memicu munculnya gangguan makan, terutama pada anak dan remaja yang masih membangun rasa percaya diri terhadap tubuhnya.
Gangguan makan ini juga dapat muncul dalam berbagai bentuk dengan gejala yang berbeda. Jika tidak dikenali dan ditangani dengan cepat, gangguan ini dapat membahayakan kesehatan anak.2
Baca Juga Gangguan Makan pada Remaja: Kenali Anoreksia & Bulimia Sejak Dini
6 Tips untuk Orang Tua

Sebagai orang tua, tentunya penting untuk mengetahui bagaimana cara mendampingi anak agar bisa pulih dan kembali memiliki hubungan yang sehat dengan makanan. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan orang tua untuk mendukung proses pemulihan anak:
1. Bicarakan Secara Baik dengan Anak
Jika anak menjadi lebih pendiam, mudah tersinggung, atau terlihat murung, mungkin sulit untuk memulai percakapan. Tentunya juga akan lebih menantang jika mereka belum menyadari adanya masalah. Namun, komunikasi tetap penting dilakukan untuk pemulihan mereka.
Anak mungkin terlihat marah atau menolak bicara, padahal sebenarnya merasa takut dan tidak aman. Perlu adanya kesabaran, upaya untuk mendengarkan dengan empati, dan menghindari adanya bentuk menghakimi.3
Beberapa hal yang bisa membantu, seperti:
- Tetap tenang dan siapkan apa yang ingin dikatakan kepada anak.
- Hindari komentar tentang penampilan, bahkan dalam konteks positif.
- Tidak membahas diet atau berat badan.
- Tidak tersinggung jika anak belum mau terbuka.
- Tidak marah jika mereka mungkin masih merahasiakan sesuatu. Pahami bahwa itu bagian dari penyakitnya, bukan karena hubungan dengan orang tuanya.
2. Berikan Dukungan Penuh
Dukungan orang tua menjadi salah satu kunci dalam proses pemulihan. Orang tua bisa mempelajari lebih jauh tentang gangguan makan agar bisa lebih memahami kondisi anak.
Beberapa bentuk dukungan dapat ditunjukkan dengan cara:
- Menjadi contoh dalam menerapkan pola makan sehat.
- Meluangkan waktu untuk beraktivitas dan berolahraga bersama.
- Membangun kepercayaan diri anak dengan pujian yang berfokus pada usaha dan prestasi, bukan penampilan.2
3. Ajarkan Anak Mengontrol Pikiran Negatif
Orang tua dapat membantu anak belajar mengelola pikiran negatifnya. Salah satu caranya adalah dengan menuliskan pikiran buruk di kertas, lalu menuliskan afirmasi positif sebagai tanggapan.
Contohnya, jika anak berpikir: “Aku tidak boleh makan cokelat karena bisa gemuk,” bantu ubah menjadi: “Aku bisa makan cokelat sedikit dan tetap sehat. Satu potong cokelat tidak akan membuatku gemuk.”
Dorong mereka untuk rutin mengucapkan afirmasi positif seperti:
“Aku bisa sembuh dari gangguan makan. Aku bisa makan dengan normal dan sehat kembali.”
Latihan ini dapat membantu mengubah pola pikir anak secara perlahan.2
4. Kelola Waktu Makan dengan Baik
Waktu makan memang sering menjadi tantangan bagi remaja yang memiliki gangguan makan. Namun beberapa tips berikut bisa dilakukan, seperti:
- Konsultasikan dengan tim perawatan anak tentang cara terbaik mengatur waktu makan.
- Buat jadwal makan bersama yang disepakati anak.
- Hindari pembicaraan tentang porsi, kalori, atau berat badan saat makan.
- Jangan makan makanan diet rendah kalori di depan anak.
- Jaga suasana makan tetap ringan dan positif.
- Jika anak terlalu mengontrol proses memasak, arahkan mereka untuk membantu menata meja saja.
- Setelah makan, lakukanlah aktivitas keluarga seperti menonton film atau bermain game untuk mengalihkan perhatian.
- Jangan terlalu khawatir jika anak tidak menghabiskan makanan, karena yang terpenting adalah konsistensi.3
5. Ikuti Anjuran Dokter
Setelah melakukan konsultasi, dokter mungkin akan meresepkan obat untuk mengatasi depresi, kecemasan, atau perilaku makan berlebih. Pastikan anak mengonsumsi obat tersebut sesuai anjuran dan rutin melakukan kontrol.
Selain itu, orang tua bisa membantu dengan:
- Menjadi contoh dalam kebiasaan makan yang sehat.
- Mengajak anak berdiskusi tentang makna tubuh ideal yang realistis.
- Menekankan pentingnya tubuh yang sehat, bukan sekadar langsing.4
Gangguan makan pada remaja tidak boleh dianggap remeh, karena dapat mengganggu pertumbuhan, prestasi, dan kesehatan. Jika menemukan tanda-tandanya, segeralah cari pertolongan medis.4
6. Dapatkan Dukungan untuk Diri Sendiri
Proses membantu anak pulih dari gangguan makan tidak hanya melelahkan secara fisik, tapi juga secara emosional bagi orang tua. Oleh karena itu, penting untuk tidak memikul semua beban sendirian. Orang tua dapat mencari dukungan profesional, seperti konselor, psikolog, atau dokter anak, untuk mendapatkan panduan yang tepat.
Selain itu, berbagi cerita dengan pasangan atau keluarga lain yang pernah mengalami hal serupa juga dapat membantu orang tua merasa lebih tenang dan tidak menyalahkan diri sendiri. Dengan kondisi emosional yang lebih stabil, orang tua bisa memberikan dukungan yang lebih sabar dan konsisten pada anak selama proses pemulihan.3
Tanda dan Gejala Gangguan Makan pada Anak
Tanda dan gejala gangguan makan dapat bervariasi, tergantung jenisnya. Beberapa tanda yang perlu diwaspadai antara lain:
- Penurunan berat badan ekstrem atau berat badan yang tidak kunjung naik.
- Sering menolak atau melewatkan waktu makan.
- Terlalu fokus pada makanan dan berat badan.
- Sering memeriksa tubuh di cermin karena merasa tidak puas.
- Menggunakan pencahar atau memuntahkan makanan setelah makan.
- Berolahraga berlebihan untuk menurunkan berat badan.
- Makan dalam jumlah besar lalu merasa bersalah.4
Gangguan makan bukan sekadar soal makanan, tapi juga tentang bagaimana anak memandang dirinya sendiri. Sebagai orang tua, peran dan dukungan tentu sangat penting dalam membantu anak pulih, menerima diri, dan kembali sehat.
Jika sudah mencurigai adanya gejala gangguan makan pada anak, jangan tunggu lebih lama. Segera konsultasikan ke dokter atau psikolog, karena dukungan orang tua bisa menjadi langkah awal menuju pemulihan anak menjadi lebih baik dan sehat.
Referensi
- Balasundaram, P., & Santhanam, P. (2023). Eating Disorders. In StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK567717/
- American Academy of Family Physicians. (2021, January 1). For parents: Eating disorders in teens. American Academy of Family Physicians. https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2021/0101/p22.html
- NHS UK. (2020). Advice for parents: Mental health support for children and young adults. National Health Service. https://www.nhs.uk/mental-health/children-and-young-adults/advice-for-parents/
- Mayo Clinic. (2020, September 3). Teen eating disorders: Tips to protect your teen. Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/eating-disorders/symptoms-causes/syc-20353603
Editor: Dewi Rizky Purnama, S.Gz
