Bayi dan Balita

Sering Digendong, Bayi Jadi “Bau Tangan”? Mitos atau Fakta!

Banyak orang tua baru sering mendengar nasihat, “jangan terlalu sering gendong bayi, nanti jadi bau tangan!”. Kalimat ini membuat orang tua ragu, apakah benar menggendong bisa bikin bayi jadi manja? Padahal, pelukan dan gendongan justru punya peran besar dalam tumbuh kembang si kecil. Yuk, kita kupas mitos dan faktanya berdasarkan penelitian dan pandangan para ahli.

Mitos “Bau Tangan” pada Bayi

Istilah bau tangan sering digunakan untuk menggambarkan bayi yang kerap digendong hingga tampak selalu ingin berada dalam pelukan. Banyak orang meyakini kondisi ini membuat bayi rewel saat ditaruh, sulit tenang, bahkan dianggap manja. Pandangan ini sudah lama beredar di masyarakat, sehingga tidak jarang orang tua merasa dilema. Di satu sisi ingin menenangkan bayinya, di sisi lain takut anaknya jadi terlalu bergantung.

Namun, anggapan ini sebenarnya lebih dekat ke mitos daripada fakta. Bayi yang menangis saat tidak digendong bukan berarti manja, melainkan cara mereka berkomunikasi bahwa butuh kenyamanan dan kedekatan. Menurut teori psikososial Erikson, pada tahun pertama kehidupan bayi berada dalam tahap trust vs mistrust.

Di fase ini, bayi belajar menaruh kepercayaan pada dunia sekitarnya, dan itu hanya bisa tercapai jika ia merasa aman melalui dekapan, sentuhan, dan kehangatan orang tua. Jadi, tangisan bayi ketika ingin digendong adalah sinyal kebutuhan emosional yang wajar, bukan tanda kemanjaan.

Fakta Ilmiah: Menggendong Justru Membuat Bayi Lebih Tenang

Bayi tidur nyenyak dalam gendongan yang membuatnya merasa aman dan nyaman
Sumber: Pixabay

Sejak dalam kandungan, bayi terbiasa mendengar detak jantung, suara, dan merasakan kehangatan tubuh ibu. Saat lahir, dunia terasa asing, luas, dingin, dan bising. Oleh karena itu, menggendong bisa menjadi cara alami untuk membantu bayi beradaptasi.

Menurut penelitian Hunziker & Barr (1986) dalam Increased Carrying Reduces Infant Crying, bayi yang digendong rata-rata tiga jam sehari menangis 43% lebih sedikit dibandingkan bayi yang jarang digendong. Temuan ini menunjukkan bahwa gendongan memberi rasa aman, bukan sekadar membuat bayi bergantung.1

Menurut teori psikososial Erikson (trust vs mistrust), tahun pertama kehidupan bayi adalah fase penting membangun rasa percaya. Bayi yang mendapatkan sentuhan fisik, seperti melalui pelukan, gendongan, atau menyusui, akan merasa lebih aman dan nyaman.2 Hal ini sejalan dengan penelitian yang dibahas dalam Buletin Jagaddhita, yang menyebut bahwa Istilah bau tangan sesungguhnya mencerminkan kebutuhan alami bayi untuk merasakan kenyamanan dan rasa aman dari sentuhan orang tua.3

Manfaat Menggendong Bagi Bayi

Kebiasaan menggendong bayi bukan sekadar bentuk kasih sayang. Ada banyak manfaat yang terbukti secara ilmiah, di antaranya:

  • Mengurangi tangisan sehingga bayi lebih tenang
  • Membantu tidur lebih nyenyak dan teratur
  • Mendukung perkembangan sensorik seperti penciuman dan keseimbangan (vestibular)
  • Membantu perkembangan bicara melalui interaksi lebih dekat dengan orang tua
  • Membantu mengurangi perut kembung (kolik) dan gumoh berlebihan (reflux) pada bayi baru lahir.
  • Memperkuat bonding atau ikatan batin antara bayi dan orang tua
  • Mendukung keberhasilan menyusui, karena kedekatan memicu hormon oksitosin

Dengan kata lain, menggendong bukan membuat anak manja, tetapi justru membantu pertumbuhan dan perkembangan optimal.

Baca Juga: Pentingnya Penanaman Gizi untuk Kognitif Anak

Manfaat Menggendong Bagi Orang Tua

Tidak hanya bayi, orang tua juga merasakan banyak manfaat dari menggendong, seperti:

  • Hands-free: lebih mudah melakukan pekerjaan rumah sambil tetap dekat dengan bayi
  • Merangsang produksi hormon oksitosin yang berperan menenangkan perasaan dan menurunkan stres
  • Mengurangi stres dan kecemasan, terutama pada ibu baru
  • Memperkuat ikatan emosional dengan bayi sejak dini
  • Membantu mengurangi risiko baby blues atau depresi pasca melahirkan4
  • Lebih praktis saat bepergian dibandingkan dengan kereta dorong

Esti Pramono, seorang babywearing consultant dari School of Babywearing UK, menegaskan bahwa bayi yang tenang dalam gendongan lebih mudah diajak berinteraksi, bahkan dapat belajar membuat pilihan kecil dalam keseharian. Hal ini mendukung tumbuh kembangnya secara emosional maupun sosial.

Penelitian lain juga menekankan bahwa kontak fisik ibu-bayi dapat menjadi terapi emosional bagi ibu baru. Pelukan yang hangat mampu mengurangi kecemasan, meningkatkan rasa syukur, serta memperkuat bonding dengan anak.3

Jadi, Bau Tangan Itu Hanya Mitos

Mitos Bayi Digendong Bau Tangan
Sumber: Pixabay

Dengan menggendong bayi, bukan berarti memanjakan secara berlebihan. Sebaliknya, ini adalah cara alami untuk memberikan rasa aman, membangun ikatan emosional, dan membantu tumbuh kembang bayi.5

Bayi yang terbiasa digendong akan tumbuh dengan rasa percaya diri lebih baik, karena sejak awal kehidupannya ia sudah merasakan cinta dan perlindungan dari orang tuanya. Dengan begitu, orang tua tak perlu lagi takut anaknya menjadi manja hanya karena sering digendong.

Mitos tentang bayi jadi bau tangan karena sering digendong terbukti tidak benar. Fakta ilmiah menunjukkan bahwa menggendong memberikan banyak manfaat, baik untuk bayi maupun orang tua. Mulai dari mengurangi tangisan, mendukung perkembangan bayi, hingga menjaga kesehatan mental ibu. Jadi, jangan ragu untuk menggendong si kecil. Ingat, pelukan adalah tempat paling aman sekaligus rumah pertama bagi si kecil di dunia ini.

Mari tingkatkan self awareness sebagai orang tua. Setiap pelukan, dekapan, dan waktu bersama bayi adalah investasi berharga bagi masa depannya. Yuk, prioritaskan kedekatan emosional dan tumbuh kembang sehat dibanding percaya pada mitos yang belum terbukti.

Referensi

  1. Hunziker, U. A., & Barr, R. G. (1986). Increased carrying reduces infant crying: A randomized controlled trial. Pediatrics, 77(5), 641–648.
  2. Santrock, J. W. (1995). Life-span development (5th ed.). Jakarta: Erlangga.
  3. Rachmawati, S. (2019). Fakta dibalik bayi bau tangan. Buletin Jagaddhita, 1(3), 45–52.
  4. Simpson, J. A., Rholes, W. S., Campbell, L., Tran, S., & Wilson, C. L. (2003). Adult attachment, the transition to parenthood, and depressive symptoms. Journal of Personality and Social Psychology, 84(6), 1172–1187. https://doi.org/10.1037/0022-3514.84.6.1172
  5. World Health Organization. (2020). Parenting for lifelong health: Early childhood. WHO.

Editor: Dewi Rizky Purnama, S.Gz

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *