Kesehatan dan Gizi lainnya

Kenali Risiko Mengkonsumsi Makanan yang Digoreng

Makanan yang digoreng banyak kita jumpai di sekeliling kita. Bagaiaman risiko mengkonsumsi gorengan? Mari kita simak pada artikel berikut.

Bahayakah Menggoreng Makanan?

Perkembangan ekonomi di negara-negara berpenghasilan menengah telah menyebabkan peningkatan yang nyata dalam ketersediaan makanan gorengan komersial dan gaya hidup yang membutuhkan makan “saat dalam perjalanan” dan di luar rumah. Melalui proses oksidasi, polimerisasi, dan hidrogenasi, penggorengan mengubah komposisi makanan dan media penggorengannya. Dengan penggunaan berulang, minyak akan memburuk, yang menyebabkan perubahan komposisi asam lemak dan penyerapan produk pengurai minyak lainnya menjadi makanan yang digoreng​1​.

Dampak zat gizi dari menggoreng tergantung pada jenis lemak atau minyaknya digunakan sebagai media penggorengan, makanan yang digoreng dan lamanya waktu penggorengan, tetapi pada akhirnya menghasilkan peningkatan kepadatan kalori makanan yang dikonsumsi​2​. Mengevaluasi dampak kesehatan yang terjadi akibat mengkonsumsi makanan yang digoreng, metode memasak sangat penting untuk kesehatan masyarakat. Makanan terbaik adalah makanan yang dimasak dari rumah sehingga makanan tersebut terjamin secara kebersihannya dan penggunaan bahannya termasuk jenis minyak yang dipakai.

Baca Artikel : Makanan Tinggi Lemak Teman atau Lawan?

Studi Risiko Mengkonsumsi Makanan yang Digoreng

Resiko terhadap obesitas

Dalam studi cross sectional terhadap 33.542 orang Spanyol, mengkonsumsi gorengan memiliki hubungan yang  positif dengan kejadian obesitas ​3​. Hal tersebut sejalan dengan penelitian dari Mozaffarian dan rekannya melaporkan hal itu peningkatan konsumsi gorengan (baik di rumah maupun jauh dari rumah) secara signifikan berkaitan erat dengan penambahan berat badan​4​. Penelitian berikutnya menemukan bahwa besarnya hubungan antara mengkonsumsi gorengan dan kenaikan indeks massa tubuh (IMT) bervariasi di antara individu dengan genetik yang berbeda terhadap adipositas (kelebihan timbunan lemak pada tubuh) . Faktor genetik lebih besar pengaruhnya terhadap adipositas, hubungan antara konsumsi gorengan dan adipositas dapat bervariasi sesuai dengan perbedaan genetik dan sebaliknya pengaruh genetik adipositas dapat diubah dengan konsumsi makanan yang digoreng. Maka penelitian tersebut menekankan pentingnya pengurangan konsumsi gorengan dalam pencegahan obesitas, terutama pada individu yang secara genetik cenderung mengalami adipositas​5​.

Dampak terhadap jantung

Mengkonsumsi makanan yang digoreng erat kaitannya dengan resiko Penyakit Jantung Koroner (PJK), hasil ini didapatkan dalam penelitian dengan studi prospektif yang dilakukan oleh Cahill dan koleganya di Nurses ‘Health Study (NHS) dan Studi Tindak Lanjut Profesional Kesehatan (HPFS)​6​. Studi lain yaitu sebuah studi di India dari 165 kasus dan 199 kontrol menunjukkan peningkatan risiko Penyakit jantung koroner (PJK) dengan konsumsi gorengan dalam kasus (asupan rata-rata 15,2 g / hari dibandingkan dengan 1,0 g / hari). Studi berikutnya yaitu Studi INTERHEART dari 5761 kasus dan 10.646 kontrol dari 52 negara ditemukan 13% risiko yang lebih tinggi pada Penyakit jantung koroner (PJK) ketika menggoreng makanan sekali dalam seminggu.

Resiko terhadap diabetes

Studi yang dilakukan oleh Cahil dkk, sering  mengkonsumsi gorengan secara signifikan dikaitkan dengan risiko kejadian Diabetes tipe 2. Konsumsi gorengan sering dikaitkan dengan usia yang lebih muda, aktivitas fisik yang lebih rendah, IMT yang lebih tinggi, dan prevalensi merokok yang lebih tinggi. Khusus untuk makanan, responden dengan frekuensi konsumsi gorengan yang lebih tinggi mengonsumsi lebih banyak daging merah, kentang, dan minuman yang dimaniskan dengan gula, serta lebih sedikit buah, sayuran, biji-bijian dan ikan. Total energi dari lemak trans semakin tinggi dengan semakin seringnya konsumsi gorengan​7​. Minuman manis membuat kadar glukosa darah naik karena minuman manis kemasan megandung kadar gula yang tinggi.

Lebih Lanjut : Diet Diabetes Melitus

Solusi dalam Menggoreng Bahan Makanan

Banyak cara pengolahan bahan makanan salah satunya yaitu dengan menggoreng makanan. Selain mendapatkan tekstur yang renyah, menggoreng makanan juga menyebabkan makanan terasa lebih gurih dan menggiurkan pada penampilannya yang lebih menggoda. Namun, menggoreng makanan juga menimbulkan banyak risiko penyakit. Solusi dalam menggoreng makanan yaitu mengganti minyak goreng yang biasa dipakai, biasanya minyak yang sering dipakai untuk menggoreng makanan yaitu minyak sayur (72%) diikuti mentega (28%) dan margarin (17%) sebaiknya diganti dengan minyak biji matahari, minyak kelapa, minyak zaitun dan lain lain. Sebaiknya kurangi konsumsi gorengan terlebih makanan yang dibeli dari luar rumah karena kebersihan dan kualitas minyaknya, serta ganti metode memasak makanan dengan metode yang lain seperti mengukus, merebus, dan lain lain.

Referensi

  1. 1.
    Choe E, Min DB. Chemistry of Deep-Fat Frying Oils. J Food Science. Published online June 2007:R77-R86. doi:10.1111/j.1750-3841.2007.00352.x
  2. 2.
    Fillion L, Henry CJK. Nutrient losses and gains during frying: a review. International Journal of Food Sciences and Nutrition. Published online January 1998:157-168. doi:10.3109/09637489809089395
  3. 3.
    Phillips C. Nutrigenetics and Metabolic Disease: Current Status and Implications for Personalised Nutrition. Nutrients. Published online January 10, 2013:32-57. doi:10.3390/nu5010032
  4. 4.
    Mozaffarian D, Hao T, Rimm EB, Willett WC, Hu FB. Changes in Diet and Lifestyle and Long-Term Weight Gain in Women and Men. N Engl J Med. Published online June 23, 2011:2392-2404. doi:10.1056/nejmoa1014296
  5. 5.
    Qi Q, Chu AY, Kang JH, et al. Fried food consumption, genetic risk, and body mass index: gene-diet interaction analysis in three US cohort studies. BMJ. Published online March 19, 2014:g1610-g1610. doi:10.1136/bmj.g1610
  6. 6.
    Cahill LE, Pan A, Chiuve SE, et al. Fried-food consumption and risk of type 2 diabetes and coronary artery disease: a prospective study in 2 cohorts of US women and men. The American Journal of Clinical Nutrition. Published online June 18, 2014:667-675. doi:10.3945/ajcn.114.084129
  7. 7.
    Bowman SA, Gortmaker SL, Ebbeling CB, Pereira MA, Ludwig DS. Effects of Fast-Food Consumption on Energy Intake and Diet Quality Among Children in a National Household Survey. PEDIATRICS. Published online December 31, 2003:112-118. doi:10.1542/peds.113.1.112

Editor : Ayu Rahadiyanti

Aisyah Nur Fauziyyah

Recent Posts

5 Khasiat Pure Matcha yang Harus Kamu Ketahui

Ilustrasi | Gambar Minuman Pure Matcha (Sumber gambar: Freepik) Matcha kini menjadi salah satu minuman…

21 hours ago

6 Manfaat Air Putih untuk Kesehatan: Rahasia Tubuh Sehat dan Kulit Lebih Segar

Pernah merasa cepat lelah, pusing, atau sulit fokus padahal sudah makan cukup? Bisa jadi tubuhmu…

2 days ago

Kompleksitas Diet: Makanan Apa yang Benar-Benar Berdampak untuk Kesehatan?

Berapa kali kamu mendengar kalimat, “Yang penting defisit kalori, pasti turun berat badan”? Pada kenyataannya,…

6 days ago

Bukan Cuma Enak! Ini Manfaat Cokelat untuk Kulit yang Jarang Diketahui

Cokelat sering dianggap sebagai camilan manis yang bikin bahagia. Tapi, siapa sangka kalau di balik…

1 week ago

Sarapan Instan, Apakah Cukup Minum Susu dan Biskuit?

Rutinitas pagi sering membuat kita lupa, bahwa tubuh juga butuh perhatian. Segelas susu dan biskuit…

2 weeks ago

Fenomena ‘Girl Dinner’: Ketika Tren Makan Estetik Justru Kurang Gizi

Pernah lihat video aesthetic dinner di TikTok yang berisi keju, biskuit, buah, dan segelas anggur…

2 weeks ago