Beberapa studi menyebutkan terdapat hubungan antara tidur dengan kejadian obesitas pada anak. Mari kita simak lebih lanjut pada artikel ini =)
Rekomendasi durasi tidur untuk anak usia sekolah (6 – 13 tahun) berdasarkan National Sleep Foundation ialah 9 – 11 jam. Durasi tersebut dibuat untuk membantu individu menjadwal tidur berada dalam range sehat.1 Waktu tidur sangat penting bagi anak usia dini. Terdapat bukti yang kuat hubungan antara tidur larut dan obesitas pada anak penduduk.
Studi yang secara khusus fokus pada waktu tidur dan IMT pada anak menunjukkan bahwa waktu tidur yang terlambat dapat meningkatkan resiko obesitas. Studi lain pada anak yang lebih besar melaporkan menunjukkan hasil yang sama, modifikasi waktu tidur dapat menjadi gaya hidup sehingga dapat mengurangi resiko obesitas pada anak.2
Pendidikan ibu / pengasuh, status pekerjaan, tipe keluarga, jumlah orang dewasa di rumah , jenis kelamin anak, dan aktivitas luar ruangan tidak mempengaruhi pola tidur pada anak-anak Australia. Namun, pendapatan keluarga, kesehatan anak, pilihan makanan, masalah tidur, geografis terpencil, dan tingkat kerugian daerah secara signifikan terkait dengan pola tidur. Dibandingkan dengan kelompok lain, tingkat tidur terendah ditemukan pada anak-anak dengan tingkat pendapatan keluarga terendah (10,5%), kesehatan yang buruk (2,50%), pilihan makanan yang tidak sehat (20,1%) hidup di daerah yang sangat terisolasi. (4,40%) dan wilayah yang diuntungkan terendah (15,6%).3
merupakan lebih dari sekedar penumpukan lemak berlebih di dalam tubuh, atau obesitas didefinisikan sebagai kelebihan adipositas tubuh. Adipositas viseral memainkan peran penting dalam kelainan yang berhubungan dengan obesitas. Kelebihan lemak tubuh dikaitkan dengan komplikasi metabolik yang merugikan. Serta masalah fisik dan fisiologis jangka pendek dan panjang. Obesitas pada masa anak-anak dan remaja memiliki sejumlah konsekuensi buruk untuk pertumbuhan fisik dan kesehatan mental baik dalam jangka pendek dan jangka panjang (masa dewasa).4
Ada beberapa faktor penyebab obesitas diantaranya, sosial ekonomi, keterbatasan pengetahuan tentang kesehatan, hambatan geografis, dan kurangnya akses untuk layanan kesehatan dapat memberi kontribusi untuk menyebabkan berat badan. Faktor sosial ekonomi, faktor risiko gaya hidup dan lingkungan yang mempengaruhi outcome kesehatan salah satunya tidur. Sampai saat ini terdapat dua penelitian yang melaporkan adanya hubungan antara tidur dan obesitas pada anak-anak. Pada studi longitudinal anak anak Australia, terdapat hubungan sebab-akibat antara durasi tidur dan obesitas pada anak, dengan penyesuaian usia, faktor sosial-demografis dan geografis. Analisis menunjukkan bahwa durasi tidur dapat memediasi hubungan antara status penduduk dan obesitas. Kedua studi tersebut menggunakan variabel durasi tidur yang digunakan untuk mengeksplorasi hubungan antara tidur dan obesitas.5
Baca Artikel : Gizi Buruk, Obesitas, dan Sistem Imun
Anak dengan kebiasaan tidur larut mengalami peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT) hingga 1,03 unit dalam jangka 4 tahun. Pemilihan makanan juga berpengaruh pada pola tidur dan kenaikan IMT. Di samping itu, hubungan waktu tidur, pola tidur konsisten, dan obesitas menunjukkan hasil kemungkinan dengan meningkatnya IMT. Identifikasi tidur terlambat merupakan penanda bahwa tidur yang tidak sehat dapat menaikkan berat badan. Penelitan sebelumnya mengidentifikasi bahwa anak yang tidur terlambat (di atas jam 9 malam) menunjukkan hubungan antara durasi tidur dan obesitas. Menurut Miller, “mempertahankan jadwal tidur rutin selama seminggu serta di hari kerja dan akhir pekan mungkin merupakan strategi pencegahan obesitas yang cukup berarti”.3 Hal ini sejalan dengan beberapa studi hubungan antara kurangnya lama tidur dengan gizi lebih. Penelitian di Jepang dan Portugis terhadap anak-anak usia 6 dan 7 tahun menunjukkan bahwa responden yang tidur selama kurang dari 8 jam lebih beresiko mengalami gizi lebih.6
Durasi tidur yang pendek ( 2-4 jam sehari ) berhubungan terhadap perubahan hormon orexins, diantaranya leptin dan ghrelin.7 Leptin adalah protein hormon yang diproduksi oleh jaringan lemak yang berfungsi mengendalikan cadangan lemak dan nafsu makan, sedangkan ghrelin adalah hormon yang dapat mempengaruhi rasa lapar dan kenyang. Penurunan leptin sebanyak 18% dan peningkatan ghrelin 28% dapat meningkatkan nafsu makan sebesar 23-24% yang berhubungan dengan risiko terjadinya obesitas.7,8 Obesitas juga terjadi apabila tidak diatasi oleh peningkatan asupan energi yang sama dengan pengeluaran.
Lebih Lanjut : Gizi Seimbang pada Anak Sekolah
Rutinitas pagi sering membuat kita lupa, bahwa tubuh juga butuh perhatian. Segelas susu dan biskuit…
Pernah lihat video aesthetic dinner di TikTok yang berisi keju, biskuit, buah, dan segelas anggur…
Pernahkah kamu berpikir bahwa tidak semua bubur bayi instan yang beredar di pasaran memiliki kualitas…
Bagi pecinta kopi yang memiliki riwayat hipertensi atau tekanan darah tinggi, ada baiknya mulai memperhatikan…
Pernahkah kamu berpikir, bagaimana para ahli bisa tahu apakah pola makan masyarakat itu sehat atau…
Bayangkan, sebuah program yang seharusnya menjadi solusi gizi anak justru berubah menjadi ancaman kesehatan. Itulah…