Minuman ringan berpemanis atau sugar sweetened beverages (SSBs) banyak dikonsumsi oleh semua kalangan usia. Apa saja yang tergolong SSBs dan apa efeknya terkait konsumsi SSBs? Mari kita simak pada artikel berikut =)
Kebutuhan energi selain didapatkan dari makanan juga diperoleh dari minuman terutama minuman ringan berpemanis atau sugar sweetened beverages (SSBs), yaitu minuman dalam kemasan yang ditambahkan pemanis sebagai salah satu bahan atau kandungan dalam minuman. Minuman yang termasuk SSBs adalah minuman ringan atau soft drink (soda dan pop), minuman olahraga (sport drink),
minuman rasa buah, minuman berenergi, minuman teh dan kopi, susu manis, minuman jus buah pabrikan, dan minuman pengganti cairan elektrolit.1
SSB, yang sekarang menjadi sumber utama gula tambahan dalam makanan di Amerika Serikat terdiri dari pemanis yang mengandung energi seperti sukrosa, sirup jagung fruktosa tinggi, atau konsentrat jus buah, yang semuanya pada dasarnya memiliki efek metabolik yang serupa. Sebaliknya, minuman yang 100% berasal dari jus buah dan tidak dicampur dengan pemanis tambahan tidak dianggap SSB. Banyak organisasi seperti American Heart Association menyerukan pengurangan besar dalam konsumsi sugar sweetened beverages.2
Beberapa faktor sosial dan lingkungan yang dapat meningkatkan konsumsi sugar sweetened beverage (SSBs) adalah iklan, ukuran porsi yang meningkat, dan akses untuk mendapatkan SSBs di rumah dan sekolah. Iklan disampaikan melalui media, misalnya televisi,
radio, majalah, dan internet.3
Baca Artikel : Konsumsi Gula dan Pemanis2
Menurut American Beverage Association, SSBs atau minuman ringan berpemanis terdiri dari beberapa jenis minuman, antara lain:1,4
merupakan salah satu jenis minuman ringan yang dibuat untuk mencegah dari dehidrasi dan mengembalikan energi yang hilang setelah berolahraga. Kandungan sebotol sport drink terdiri dari air, zat elektrolit seperti kalium dan natrium, serta gula atau pemanis.
Minuman ini dikenal dengan minuman berkarbonasi atau biasa disebut minuman bersoda. Soft drinks terdiri dari regular soft drink dan diet soft drink. Regular soft drink menggunakan gula alami sebagai bahan pemanis sedangkan diet soft drink menggunakan pemanis buatan yang tidak memiliki nilai energi. Soft drink dapat menyebabkan obesitas, penyebab kerusakan gigi, dan diabetes. Zat gizi utama soft drink adalah gula. Tingkat energi gula pada regular soft drink dengan volume 300 mL setara dengan 7 sendok makan gula. Konsumsi gula akan meningkatkan kadar gula darah yang akan merangsang pengeluaran hormon insulin. Hormon insulin berfungsi memasukkan gula ke dalam jaringan serta mengubah gula menjadi glikogen, trigliserida, dan akhirnya akan membentuk kolesterol.
Komposisi soft drink adalah air, karbondioksida, dan gula atau pemanis. Pemanis yang dipakai pada regular soft drink yaitu sukrosa (gula tebu), sirup fruktosa atau High Fructose Corn Syrup (HFCS). Sedangkan pemanis yang dipakai pada diet softdrink yaitu pemanis sintetis aspartam, sakarin atau siklamat. Komposisi soft drink lainnya adalah kafein (terutama pada jenis cola dan coffee cream), zat pengawet (umumnya diawetkan dengan sodium benzoat, suatu bahan pengawet sintetis), zat pewarna (karmoisin dan tartrazin), dan flavor buatan.
Minuman berenergi merupakan jenis minuman yang memiliki fungsi hampir sama dengan minuman olahraga (sport drink) yaitu untuk mengembalikan atau menambah stamina tubuh akibat latihan atau pekerjaan yang berat. Dalam energy drink terdapat beberapa bahan, yaitu air, gula sebagai pemanis, pada umumnya sebesar 25 gram/saji, vitamin B6 dan B12, dan senyawa stimulan seperti kafein, taurin,
dan karnitin.
Minuman jus buah (juice drinks) merupakan minuman yang menawarkan berbagai jenis rasa buah sehingga dapat menghilangkan dahaga sekaligus memberika kesegaran bagi konsumen. Kandungan pada minuman jus buah, antara lain air, konsentrat buah, asam askorbat, dan gula sebagai pemanis yang biasanya sebesar 26 gram/saji.
Teh adalah minuman kedua yang paling banyak dikonsumsi masyarakat setelah air putih. Minuman teh dalam kemasan kini mulai banyak diproduksi karena minat konsumen yang cukup tinggi terhadap jenis minuman ini. Dalam minuman teh siap saji mengandung bahan antara lain air, konsentrat teh yang didapat dari ekstrak daun teh, natural flavors (perasa alami), dan gula sebagai pemanis yang pada umumnya sebesar 23 gram/saji. Pemanis yang biasa digunakan dalam minuman ini ada yang terdiri dari pemanis alami seperti gula pasir atau sukrosa dan high fructose corn syrup, dan pemanis buatan seperti sakarin, siklamat, dan aspartam.
Rasa manis yang terdapat di dalam 300-500 mL sugar sweetened beverage (SSBs) mengandung sebanyak 37-54 gram gula. Jumlah kandungan gula ini melebihi 4 kali rekomendasi penambahan gula yang aman pada minuman yaitu 6-12 gram. Secara teoritis, mengkonsumsi 375 ml SSBs setiap hari akan menambah energi sebesar 150 kalori.5 Jika terdapat kelebihan energi maka tubuh akan
mengubah dan menyimpan energi sebagai trigliserida dalam jaringan adiposa. Kelebihan energi yang terus menerus tanpa ada peningkatan pengeluaran energi melalui aktivitas maka dapat mengakibatkan obesitas.
SSB dianggap menyebabkan penambahan berat badan berdasarkan kandungan gula tambahannya yang tinggi, potensi rasa kenyang yang rendah dan pengurangan kompensasi yang tidak lengkap dalam asupan energi pada makanan berikutnya setelah konsumsi kalori cair, yang mengarah pada keseimbangan energi positif. Meskipun SSB meningkatkan risiko sindrom metabolik dan diabetes tipe 2, sebagian karena kontribusinya terhadap penambahan berat badan, efek independen juga dapat berasal dari tingginya tingkat karbohidrat yang dapat diserap dengan cepat dalam bentuk gula tambahan, yang digunakan pada minuman ini.1,2,6
Lebih Lanjut : Diet Diabetes Mellitus
Peningkatan kadar trigliserida dapat terjadi karena kandungan fruktosa yang terdapat pada sugar-sweetened beverage. Sebanyak 60% karbohidrat yang digunakan sebagai pemanis pada sugar-sweetened beverage adalah fruktosa yang sebagian besar akan dimetabolisme di hepar.7 Penelitian kohort pada anak usia 8-15 tahun mendapatkan hasil bahwa asupan sugar-sweetened beverage berhubungan positif dengan kadar trigliserida.8
Berbagai bukti ilmiah hingga saat ini, terdapat pola terkait peningkatan risiko penambahan berat badan dan obesitas dengan asupan SSB yang lebih tinggi. Namun, tetap sulit untuk menetapkan kekuatan asosiasi dan kemandirian dari faktor perancu lainnya yang berpotensi.9
Batasan mengkonsumsi sugar sweetened beverage maksimal sebanyak 250-350 mL/hari atau konsumsi gula pada makanan dan minuman <50 g/hari (<4 sdm/hari) serta diimbangi dengan melakukan aktivitas fisik untuk mecapai berat badan normal dan menurunkan risiko sindrom metabolik.
Penulis : Qory Safa Ardiani (Universitas Esa Unggul) Apa itu hipertensi? Hipertensi sebagai salah satu…
saat anda sedang membuka sosial media dan melihat orang-orang sedang makan atau melihat sebuah restoran,…
Penulis : Dian Yuni Pratiwi (Dosen Departemen Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran)…
Dewasa ini makanan manis kian digemari oleh remaja akibat adanya arus globalisasi. Makanan manis seperti…
Penulis : Dian Yuni Pratiwi (Dosen Departemen Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran)…
1Susu kental manis adalah produk susu berbentuk cairan kental yang diperoleh dengan menghilangkan sebagian air…