Rokok mengandung lebih dari 4000 jenis bahan kimia dan 400 jenis dari bahan-bahan tersebut bersifat toksik. Berdasarkan studi rokok dikaitkan dengan nafsu makan, kualitas diet dan aktivitas fisik yang kurang baik. Mari kita simak pada artikel ini =)
merupakan salah satu produk tembakau yang dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintesisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan. Rokok biasanya berbentuk silinder dari kertas berukuran panjang antara 70-120 mm dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Merokok dapat berdampak pada kesehatan, sosial, ekonomi, dan lingkungan tidak hanya bagi perokok tapi juga bagi orang lain.1
Rokok mengandung lebih dari 4000 jenis bahan kimia dan 400 jenis dari bahan-bahan tersebut bersifat toksik. Komposisi rokok antara lain nikotin, ammonia, logam (arsenic, cadmium, kromium, merkuri, timah, nikel, selenium), nitrosamin, dan mentol. Komponen gas asap rokok antara nikotin, tar, karbon monoksida (CO), zat bersifat volatile (benzene, 1,3-butadiena, formaldehid, asetaldehid), nitrosamine, logam (arsenic, cadmium, kromium, merkuri, timah, nikel, selenium), nitrogen oksida, hydrogen sianida. Zat-zat beracun ini mengiritasi dan bersifat karsinogen atau dapat menimbulkan kanker.2
Rokok mengandung nikotin yang bertindak atas nikotinat reseptor kolinergik di otak dan ganglia otonom. Ikatan nikotin ke dalam reseptor nikotinat membuka saluran ion, sehingga memungkinkan masuknya natrium dan kalsium, serta melepaskan berbagai neurotransmiter. Proses ini menyebabkan pelepasan katekolamin, dan dalam sistem saraf pusat juga terjadi pelepasan dopamin, norepinefrin, serotonin, asetilkolin, glutamat, asam γ-aminobutirat, dan neurotransmitter lainnya. Nikotin menurunkan berat badan dengan meningkatkan laju metabolisme dan menekan asupan makan. Dalam sehari, merokok meningkatkan pengeluaran energi sebesar 10%, peningkatan tersebut sesuai dengan pengeluaran 200 kkal per 24 jam.3
Nikotin merupakan komponen kimia utama pada rokok yang menyebabkan ketagihan. Risiko kecanduan nikotin tergantung pada dosis nikotin, tingkat penyerapan, dan konsentrasi nikotin yang digunakan. Begitu juga dengan tingkat toksisitas yang disebabkan oleh nikotin tergantung pada dosis, durasi dan frekuensi, dan formulasi produk nikotin. Nikotin memiliki banyak efek potensial pada regulasi sistem saraf pusat dalam pengaturan makan dan pengeluaran energi. Pengaturan makan dan laju metabolisme oleh otak terjadi dalam hipotalamus yang mengintegrasikan sinyal-sinyal perifer dari rasa kenyang. Leptin dilepaskan dari jaringan adiposa dan bertindak untuk menekan nafsu makan dan meningkatkan metabolisme. Pelepasan hormon seperti norepinefrin, dopamin, serotonin, dan asam γ-aminobutiric oleh sistem saraf pusat mempengaruhi bahan kimia otak yang menekan nafsu makan dan meningkatkan laju metabolisme (seperti pro-opiomelanocortin dan kokain amfetamin regulasi transkip) serta yang menekan nafsu makan dan menurunkan tingkat metabolisme.3
Kebiasaan merokok berdampak pada kualitas diet. Perubahan pola makan terkait merokok disebabkan nikotin yang menekan nafsu makan dan menurunkan persepsi terhadap rasa dan bau sehingga menyebabkan perokok kurang tertarik untuk mengonsumsi buah dan sayur. Saat merokok, terjadi absorbsi nikotin secara cepat yang berasal dari tembakau ke dalam paru‑paru dan masuk ke dalam otak. Nafsu makan juga dipengaruhi oleh beberapa hormon akibat pengaruh dari nikotin antara lain dopamine, norephinefrin, dan leptin. Neuropeptida Y adalah peptida yang dapat meningkatkan asupan makan dan terletak di nukleus arkuata hipotalamus. Akan tetapi, nikotin yang terkandung pada rokok, dapat menekan peptida tersebut sehingga terjadi penurunan nafsu makan.4
Berdasarkan penelitian di Iran, pola hidup non perokok lebih banyak mengonsumsi buah dan sayuran, sedangkan perokok mengkonsumsi lebih banyak daging dan makanan berlemak. Hal ini dapat disimpulkan bahwa perokok berat memiliki kualitas diet rendah dan berhubungan dengan asupan rendah antioksidan.5 Penelitian di Kanada melaporkan bahwa asupan lemak total dan lemak jenuh pada perokok tergolong lebih tinggi, sedangkan asupan asam folat, vitamin C, dan serat pada perokok tergolong lebih rendah dibandingkan non perokok.6 Sementara, hasil penelitian di Pakistan menunjukkan perokok lebih jarang mengkonsumsi sayur dan buah sehingga mengakibatkan terjadinya kekurangan zat gizi mikro dan pola diet yang tidak seimbang.7 Hal ini sejalan dengan penelitian di Semarang pada mahasiswa perokok didapatkan hasil bahwa subjek lebih banyak mengkonsumsi makanan berlemak dan mengandung tinggi natrium serta rendah konsumsi sayur dan buah.8
Lebih Lanjut : Konsumsi Vitamin C
Selain rokok mempengaruhi nafsu makan dan kualitas diet. Merokok juga mempengaruhi aktivitas fisik. Penelitian di Yunani menyebutkan bahwa pada usia dewasa muda yang tidak merokok memiliki tingkat aktivitas fisik yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang merokok. Dewasa muda yang tidak merokok dan menjalankan olahraga dengan baik memiliki persepsi yang lebih baik tentang kesehatan, diet, dan memiliki kesadaran yang lebih baik dari perokok. Penurunan kemampuan kardiorespirasi menyebabkan terganggunya aktivitas fisik pada perokok.9 Hal ini sejalan dengan penelitian bahwa bahwa aktivitas fisik pada perokok cenderung lebih ringan dibandingkan dengan non perokok.8
Nikotin dapat mengganggu sistem saraf simpatis dengan meningkatkan kebutuhan oksigen, frekuensi denyut jantung, tekanan darah, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Karbon monoksida (CO) dapat menurunkan persediaan oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard dan dapat pula menimbulkan desaturasi hemoglobin sehingga menurunkan kapasitas latihan fisik. CO menggantikan oksigen di hemoglobin dan mengganggu pelepasan oksigen. Perokok mengalami penurunan sebesar 10% dalam durasi latihan fisik yang disebabkan oleh menurunnya produksi O2 dalam jaringan yang dipengaruhi oleh CO dan juga akibat dari desaturasi O2 dalam saluran darah, dan menurunnya transportasi, suplai dan sistem pengikatan O2 sehingga mengganggu kapasitas latihan fisik.9
Baca : Diet Mediterania
Sumber: Freepik Saat ini, prevalensi penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia seperti diabetes, penyakit jantung…
Source: Portal Informasi Indonesia Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan salah satu program unggulan di…
Source: Freepik Bulan Ramadhan telah tiba, saatnya umat Muslim menjalankan ibadah puasa. Menahan lapar dan…
Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) edisi 2024 telah dirilis dengan berbagai pembaruan signifikan untuk…
Editor: Annisa Alifaradila Rachmayanti Intermittent Fasting (IF) merupakan salah satu metode diet yang menggunakan interval…
Konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) semakin meningkat, mulai dari berbagai macam teh hingga kopi…