Sumber: Freepik
Pernah merasa bingung saat anak kehilangan nafsu makan, terlalu membatasi makanan, atau bahkan takut menambah berat badan? Hati-hati, ini bisa jadi tanda awal gangguan makan. Masalah ini bukan sekadar “anak susah makan”, tetapi kondisi serius yang dapat memengaruhi kesehatan fisik, emosi, dan tumbuh kembang anak.
Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan gangguan makan pada anak dan bagaimana cara orang tua bisa membantu? Yuk, kita bahas satu per satu.
Gangguan makan adalah kondisi psikologis yang menyebabkan seseorang memiliki pola makan tidak wajar hingga memengaruhi kesehatan fisik dan emosionalnya. Pada anak dan remaja, gangguan ini kerap dipicu oleh tekanan untuk memiliki tubuh ideal, kebiasaan diet di usia muda, gangguan psikologis seperti depresi dan kecemasan, serta faktor genetik dalam keluarga.
Hal ini didukung oleh salah satu referensi medis daring, oleh StatPearls Publishing, yang menyoroti bahwa penyebab gangguan makan bersifat beragam dan saling berkaitan, melibatkan faktor biologis, psikologis, dan sosial budaya. Dari sisi biologis, genetik dan zat kimia di otak seperti serotonin dapat memengaruhi cara seseorang mengatur nafsu makan dan suasana hati.1
Selain itu, sifat perfeksionis, perasaan cemas atau sedih yang berlarut, serta tekanan sosial untuk memiliki tubuh ideal juga bisa memicu munculnya gangguan makan, terutama pada anak dan remaja yang masih membangun rasa percaya diri terhadap tubuhnya.
Gangguan makan ini juga dapat muncul dalam berbagai bentuk dengan gejala yang berbeda. Jika tidak dikenali dan ditangani dengan cepat, gangguan ini dapat membahayakan kesehatan anak.2
Baca Juga Gangguan Makan pada Remaja: Kenali Anoreksia & Bulimia Sejak Dini
Sebagai orang tua, tentunya penting untuk mengetahui bagaimana cara mendampingi anak agar bisa pulih dan kembali memiliki hubungan yang sehat dengan makanan. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan orang tua untuk mendukung proses pemulihan anak:
Jika anak menjadi lebih pendiam, mudah tersinggung, atau terlihat murung, mungkin sulit untuk memulai percakapan. Tentunya juga akan lebih menantang jika mereka belum menyadari adanya masalah. Namun, komunikasi tetap penting dilakukan untuk pemulihan mereka.
Anak mungkin terlihat marah atau menolak bicara, padahal sebenarnya merasa takut dan tidak aman. Perlu adanya kesabaran, upaya untuk mendengarkan dengan empati, dan menghindari adanya bentuk menghakimi.3
Beberapa hal yang bisa membantu, seperti:
Dukungan orang tua menjadi salah satu kunci dalam proses pemulihan. Orang tua bisa mempelajari lebih jauh tentang gangguan makan agar bisa lebih memahami kondisi anak.
Beberapa bentuk dukungan dapat ditunjukkan dengan cara:
Orang tua dapat membantu anak belajar mengelola pikiran negatifnya. Salah satu caranya adalah dengan menuliskan pikiran buruk di kertas, lalu menuliskan afirmasi positif sebagai tanggapan.
Contohnya, jika anak berpikir: “Aku tidak boleh makan cokelat karena bisa gemuk,” bantu ubah menjadi: “Aku bisa makan cokelat sedikit dan tetap sehat. Satu potong cokelat tidak akan membuatku gemuk.”
Dorong mereka untuk rutin mengucapkan afirmasi positif seperti:
“Aku bisa sembuh dari gangguan makan. Aku bisa makan dengan normal dan sehat kembali.”
Latihan ini dapat membantu mengubah pola pikir anak secara perlahan.2
Waktu makan memang sering menjadi tantangan bagi remaja yang memiliki gangguan makan. Namun beberapa tips berikut bisa dilakukan, seperti:
Setelah melakukan konsultasi, dokter mungkin akan meresepkan obat untuk mengatasi depresi, kecemasan, atau perilaku makan berlebih. Pastikan anak mengonsumsi obat tersebut sesuai anjuran dan rutin melakukan kontrol.
Selain itu, orang tua bisa membantu dengan:
Gangguan makan pada remaja tidak boleh dianggap remeh, karena dapat mengganggu pertumbuhan, prestasi, dan kesehatan. Jika menemukan tanda-tandanya, segeralah cari pertolongan medis.4
Proses membantu anak pulih dari gangguan makan tidak hanya melelahkan secara fisik, tapi juga secara emosional bagi orang tua. Oleh karena itu, penting untuk tidak memikul semua beban sendirian. Orang tua dapat mencari dukungan profesional, seperti konselor, psikolog, atau dokter anak, untuk mendapatkan panduan yang tepat.
Selain itu, berbagi cerita dengan pasangan atau keluarga lain yang pernah mengalami hal serupa juga dapat membantu orang tua merasa lebih tenang dan tidak menyalahkan diri sendiri. Dengan kondisi emosional yang lebih stabil, orang tua bisa memberikan dukungan yang lebih sabar dan konsisten pada anak selama proses pemulihan.3
Tanda dan gejala gangguan makan dapat bervariasi, tergantung jenisnya. Beberapa tanda yang perlu diwaspadai antara lain:
Gangguan makan bukan sekadar soal makanan, tapi juga tentang bagaimana anak memandang dirinya sendiri. Sebagai orang tua, peran dan dukungan tentu sangat penting dalam membantu anak pulih, menerima diri, dan kembali sehat.
Jika sudah mencurigai adanya gejala gangguan makan pada anak, jangan tunggu lebih lama. Segera konsultasikan ke dokter atau psikolog, karena dukungan orang tua bisa menjadi langkah awal menuju pemulihan anak menjadi lebih baik dan sehat.
Editor: Dewi Rizky Purnama, S.Gz
Pernah merasa gagal kalau langkah harianmu di smartwatch belum tembus 10.000? Tenang, kamu tidak sendirian.…
Ilustrasi | Gambar Minuman Pure Matcha (Sumber gambar: Freepik) Matcha kini menjadi salah satu minuman…
Pernah merasa cepat lelah, pusing, atau sulit fokus padahal sudah makan cukup? Bisa jadi tubuhmu…
Berapa kali kamu mendengar kalimat, “Yang penting defisit kalori, pasti turun berat badan”? Pada kenyataannya,…
Cokelat sering dianggap sebagai camilan manis yang bikin bahagia. Tapi, siapa sangka kalau di balik…
Rutinitas pagi sering membuat kita lupa, bahwa tubuh juga butuh perhatian. Segelas susu dan biskuit…