Selenium merupakan mineral mikro yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Apa saja manfaat selenium bagi kesehatan? Mari kita simak pada artikel berikut =)
Selenium adalah elemen esensial mikro yang dibutuhkan dalam tubuh dalam jumlah sedikit dan sering dikaitkan dengan penurunan tingkat resiko terhadap beberapa penyakit seperti kanker dan penyakit jantung. Hal ini disebabkan karena perannya sebagai antioksidan dalam tubuh.1 Elemen esensial mikro merupakan elemen yang dibutuhkan tubuh hanya dalam jumlah sedikit sehingga jika dikonsumsi secara berlebih dapat menyebabkan toksik.
Selenium dapat berinteraksi dengan zat gizi lain seperti zat gizi yang berpengaruh pada keseimbangan oksidan antioksidan di tubuh. Peroksidasi lipid hanya dapat dihambat oleh PHGPx jika terdapat status vitamin E yang cukup di membran. Hal ini menandakan adanya sinergitas antara selenium dan vitamin E. Selain itu, aktivitas GPx dipengaruhi oleh antioksidan lain seperti vitamin E dan C. Asupan rendah vitamin E dan C dapat mempengaruhi kebutuhan selenium sebagai kompensasi agar keseimbangan oksidan-antioksidan di tubuh tetap terjaga.2
Selenium juga berinteraksi dengan zat gizi pada makanan seperti fitat dan oksalat, yang dapat mengurangi bioavailabilitas selenium pada makanan. Sementara itu protein dan asam amino dapat meningkatkan bioavailabilitas selenium pada makanan yang diasup. Interaksi selenium juga terjadi dengan beberapa mikronutrien logam dan bivalen. Beberapa mineral dapat berperan sebagai zat antagonis yang menyebabkan defisiensi selenium. Logam seperti perak (Ag), arsen (As), cadmium (Cd), merkuri (Hg), dan thallium (Tl) diketahui berperan antagonis terhadap selenium dengan mengikat selenium di tubuh sehingga menjadi malfungsi.3
Baca Artikel : Zat Gizi Antioksidan Free Radical Scavenger
Kandungan selenium dalam bahan makanan sangat bergantung dari konsentrasi kandungan selenium dalam tanah. Karena terdapat perbedaan konsentrasi kandungan selenium dalam tanah, maka daftar tabel kandungan selenium dalam makanan dibuat berdasarkan perkiraan secara umum. Produk hewani (khususnya daging) lebih banyak mengandung selenium dibandingkan tumbuh-tumbuhan. Makanan laut juga merupakan selenium yang baik, meskipun bioavabilitas selenium menjadi rendah bila ikan sebagai makanan laut terkontaminasi merkuri karena selenium berikatan dengan merkuri akan menjadi bentuk yang tidak dapat diserap.4
Selenium dalam bahan makanan terdapat dalam bentuk organik dan inorganik. Pada umumnya, selenium dalam bahan makanan terdapat dalam bentuk organik yaitu, Selenomethionin, Selenocystine, Selenocysteine dan Se-Methyl Selenomethionin. Bentuk inorganik selenium diantaranya selenite (H2SeO3) dan selenate (H2SeO4). Bentuk inorganik selenium dapat ditemukan pada beberapa sayuran. Pada beberapa bagian dunia, kandungan selenium dalam makanan pokok rendah, tetapi dapat dilengkapi dari makanan yang berasal dari hewan yang kaya akan sodium selenite (Na2SeO3).5
Susu, sayur, dan buah-buahan hanya mengandung sedikit selenium. Selain itu, selenium juga terdapat di dalam tanah yang kemudian akan diakumulasi oleh tumbuhan untuk diubah menjadi bentuk organik kemudian dikonsumsi oleh manusia. Kadar selenium dalam tanah ini juga dapat mencerminkan status kecukupan selenium bagi manusia di suatu daerah.
Selenium terdapat dimana-mana di seluruh jaringan tubuh seperti tulang, otot, dan darah. Selenium berfungsi sebagai antioksidan yang meredam aktivitas radikal bebas. Sifat antioksidan dari selenium memainkan peran protektif dalam penyakit manusia, termasuk prostat, paru-paru, dan usus / kanker usus besar, imunodefisiensi, dan penyakit jantung. Selenium merupakan komponen penyusun utama dari banyak enzim seperti glutathione peroxidase, thioredoxin reductase dan deiodinase. Enzim-enzim tersebut berperan penting sebagai antioksidan, reproduksi, fungsi otot, hingga pencegahan tumor.6
Fungsi terpenting dari selenium yang diketahui adalah sebagai kofaktor dari glutathione peroksidase, dimana efeknya ini dapat melindungi membran dari kerusakan oksidatif. Selenoprotein membantu mencegah modifikasi oksidatif lipid, mengurangi peradangan dan mencegah agregasi platelet.5. Ini dikarenakan efek selenium sebagai antioksidan, yakni sebagai enzim gluthathion peroksidase, dapat mengurangi hidrogen peroksida, lipid, dan fosfolipid hidroperoxide, sehingga dapat meredam penyebaran radikal bebas dan reaktif spesies oksigen (ROS), mengurangi hidroperoksida intermediate dalam jalur siklooksigenase dan lipoxygenase, dan mengurangi produksi prostaglandin dan leukotrien dengan menghilangkan hidrogen peroksida dan mengurangi produksi superoksida.
Karena efeknya pada perbaikan DNA, apoptosis, sistem endokrin dan sistem imun serta mekanisme lainnya, termasuk sifat antioksidannya, selenium berperan dalam pencegahan kanker. Dalam review Cochrane tentang selenium dan studi pencegahan kanker, asupan selenium yang tinggi memiliki risiko kanker 31% lebih rendah dan risiko kematian akibat kanker 45% lebih rendah, risiko kanker kandung kemih 33% lebih rendah, risiko kanker prostat 22% lebih rendah dibanding asupan selenium rendah.5
Konsentrasi selenium serum menurun seiring bertambahnya usia. Konsentrasi selenium marjinal atau kurang terkait dengan penurunan fungsi otak karena usia, karena penurunan aktivitas antioksidan selenium. Dibutuhkan bukti lebih lanjut untuk menentukan apakah suplemen selenium dapat membantu mencegah atau mengobati penurunan kognitif pada lansia.7 Konsentrasi selenium lebih tinggi di kelenjar tiroid daripada di organ tubuh lain, dan, seperti yodium, selenium memiliki fungsi penting dalam sintesis dan metabolisme hormon tiroid.5
Lebih Lanjut : Skrining Fungsi Kognitif pada Lansia
Selenium adalah salah satu mineral yang paling relevan yang memiliki manfaat positif pada kesehatan. Meskipun selenium dianjurkan hanya dalam jumlah sedikit, namun selenium adalah zat yang membantu produksi protein penting yang mencegah kerusakan sel dan radikal bebas serta dibutuhkan untuk sintesis salah satu dari enzim antioksidan.
Kekurangan selenium dapat menyebabkan kerusakan jantung dan otot, keterlambatan mental pada anak-anak, gangguan gastrointestinal serta keguguran pada ibu hamil. Selain itu, kekurangan selenium juga dapat menyebabkan penyakit Keshan yang banyak ditemui di Cina. Ciri-ciri penyakit tersebut adalah adalah mudah lelah walaupun hanya melakukan aktivitas fisik ringan dan kehilangan nafsu makan. Kekurangan selenium biasanya ditambahkan dengan mengkonsumsi suplemen. Kelebihan selenium menyebabkan keracunan yang dikenal dengan istilah selenosis. Gejala selenosis antara lain mual, muntah, cepat lelah, rambut rontok, dan pertumbuhan tidak normal.8
Sumber: Freepik Saat ini, prevalensi penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia seperti diabetes, penyakit jantung…
Source: Portal Informasi Indonesia Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan salah satu program unggulan di…
Source: Freepik Bulan Ramadhan telah tiba, saatnya umat Muslim menjalankan ibadah puasa. Menahan lapar dan…
Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) edisi 2024 telah dirilis dengan berbagai pembaruan signifikan untuk…
Editor: Annisa Alifaradila Rachmayanti Intermittent Fasting (IF) merupakan salah satu metode diet yang menggunakan interval…
Konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) semakin meningkat, mulai dari berbagai macam teh hingga kopi…