Peran intervensi gizi dan penyakit infeksi pada pasien covid-19 sangat krusial. Mari kita simak zat gizi yang direkomendasikan untuk pasien covid-19.
Penyakit virus corona 2019 (COVID-19) adalah penyakit pernapasan yang dapat menular dari orang ke orang. Virus yang menyebabkan COVID-19 adalah virus corona yang pertama kali teridentifikasi di Wuhan, Cina. Risiko infeksi COVID-19 lebih meningkat pada orang yang kontak langsung dengan pengindap / terinfeksi COVID-19 , contohnya petugas kesehatan dan anggota keluarga. Orang lain yang beresiko lebih tinggi yaitu orang yang baru-baru ini berada di daerah dengan penyebaran COVID-19 yang berkelanjutan.
Virus yang menyebabkan COVID-19 mungkin muncul dari sumber hewan, tetapi sekarang penyebaran tersebut berasal dari orang ke orang. Virus ini diperkirakan menyebar terutama diantara orang-orang yang berhubungan dekat satu sama lain (dalam jarak satu kaki) melalui tetesan pernapasan yang dihasilkan ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin (droplet).
COVID-19 juga bisa bersumber dari permukan atau benda yang terdapat virus diatasnya dan kemudian menyentuh mulut, hidung atau mata mereka sendiri, tetapi ini tidak dianggap cara utama dalam proses penyebaran.
Pasien pasien dengan COVID-19 mengalami penyakit pernapasan ringan hingga berat, dengan gejala sebagai berikut :
Beberapa pasien memiliki pneumonia di kedua paru-paru, kegagalan multi-organ dan dalam beberapa kasus kematian
Orang dapat membantu melindungi diri dari penyakit pernapasan dengan tindakan pencegahan sehari-hari seperti :
dalam kondisi wabah pandemic Covid 19 yang kita hadapi saat ini , penyakit infeksi memiliki hubungan erat antara zat gizi dan penyakit infeksi.
Makanan memiliki peranan penting terhadap system imun, jika seseorang memiliki status gizi buruk atau tidak normal maka status system imun kita juga kurang optimal.
Apabila makanan yang kita konsumsi atau yang diberikan oleh ahli gizi mengandung mikroba berbahaya, otomatis dapat menimbulkan penyakit infeksi pada pasien tersebut. Biasanya hal tersebut disebabkan karenan pelayanan makanan yang tidak baik atau sanitasi hiegien yang kurang.
Hubungan gizi dan infeksi dapat kita kaitkan dengan terjadinya malnutrisi. Seseorang dengan status gizi malnutrisi otomatis akan sangat cepat mengalami penyakit yang Namanya infeksi.
Jika seseorang mengalami kondisi system imun yang deficiency atau memang dari bawaan seseorang tersebut mengalami immune deficiency, hal ini juga dapat mempercepat timbulnya peyakit infeksi. Karena seseorang yang memiliki status immune yang deficiency sangat berbeda dengan seseorang yang sehat pada umumnya serta makanan yang diberikan juga berbeda pada umumnya. Oleh karena itu kerentanan mereka pada penyakit infeksi jauh lebih tinggi.
Kemudian yang terakhir yaitu tidak kalah pentingnya pada pasien dengan kondisi yang obesitas. Kondisi obesitas juga dikategorikan sebagai kelebihan gizi, karena sebenarnya pada kondisi obesitas juga mengalami peradangan yang berakibat sangat mudah menjadi factor terpaparnya infeksi. Obesitas berkaitan dengan gangguan system metabolic syndrome seperti diabetes melitus , penyakit degenaratif lain menjadikan status gizi obesitas tergolong orang yang rawan terhadap penyakit infeksi.
Pada kondisi seseorang yang lemah , mereka mudah sekali terkena infeksi , sseperti berikut beberapa faktor yang berakibat malnutisi.
Masalah ini dikaitkan jika terjadi infeksi pada saluran pencernaan terganggu atau asupan makanan yang berkurang, dapat menurunkan ketahanan tubuh yang berakibat terjadinya malnutrisi.
Lingkungan masyarakat masih banyak yang memiliki pola pemikiran yang salah terhadap makanan yang kita berikan atau menolak . seperti contoh, beberapa masyarakat menolak terhadap makanan dengan protein yang tinggi. Hal ini dapat menghambat proses perbaikan status gizi dalam upaya pencegahan penyakit infeksi tersebut. Hal ini juga menjadi bagian tugas para tenaga gizi dilapangan untuk menjelaskan kepada masyarakat.
Pada proses pemberian asuhan gizi pada pasien infeksi kita perlu memperhatikan kondisi pasien dalam memberikan asupan makanan , apakah kebutuhan energi pasien tersebut sudah cukup atau belum terpenuhi. Karena banyak sekali faktor yang perlu dipertimbangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi, contohnya dalam kondisi demam atau kemampuan peningkatan kapasistas otot pernapasan.
selain itu juga pada pasien COVID-19 mengalami gangguan metabolisme zat gizi makro dan mikro, seperti :
Terjadinya proses peningkatan glikolisis dapat meningkatkan gluconeogenesis sehingga juga berdapampak terjadi resistensi insulin yang menyebabkan glokosa darah meningkat.
Terjadinya mobilisasi lemak yang tinggi dan meningkatkan proses pemecahan lemak.
Negative protein balance dapat mengalami perubahan profil asam amino , sehingga kosentrasi BCAA (branched chain amino acid) menurun .
Peningkatan gangguan sistem metabolisme disebabkan oleh kurangnya asupan, dimana asupan ini berkurang karena :
kondisi stabil : 30-35 kkal/kg bb ideal/ hari. Penambahan energi dibutuhkan jika dalam kondisi demam sebanyak 13 % setiap kenaikan 10 C diatas 37 0 C.
– pada kondisi critical ill : 25- 30 kkal/ kg bb ideal / hari.
– obese (BMI 30-50 ) : 11-14 kcal / kg bb actual/hari
– pemberian kalori bertahap 10-15 kkal/kg berat badan / hari dari 70% total asupan terpenuhi. – apabila kondisi sudah stabil (3-7 hari) mulai dinaikkan asupan energinya
50-60 % dari total kebutuhan energi
– perlu diperhatikan karbohidrat bersifat kompleks dengan melihat kondisi pasien yang sesak nafas, namun masih bisa memenuhi kebutuhan , kecuali pasien dengan respirasi berat maka kebutuhan karbohidrat dapat dikurangi sampai 50 % dari kebutuhan total. Karena perlu kita ketahui hasil dari metabolisme proses karbohdirat yaitu CO2 yang bisa memperberat kondisi pasien.
– 15-25 % total energi
– sumber protein high biological value dan BCAA
– 50 % kebutuhan protein dari sumber hewani
– perhatikan pasien lansia dan penurunan fungsi ginjal , tujuan :
a. mengurangi muscle wasting, meningkatkan kekuatan otot pernafasan.
b. disarankan suplementasi BCAA hingga 35% yang dapat menghambat pemecahan otot, memperbaiki resistensi insulin.
– 25-30 % total energi
– sumber lemak yang direkomendasikan
1. asam lemak esensial : minyak sayur (terutama yang mengandung MUFA)
2. Omega 3 : meningkatkan proses fagositosis oleh makrofag dan neutrophil serta menekan produksi sitokin inflamasi.
3. Omega 9 : menurunkan inflamasi yang termediasi IL-1 beta
4. Gabungan omega 3 dan 9 : menurunkan resiko infeksi, meningkatkan fungsi imun dan liver,
berikut contoh bahan makanan yang mengandung Omega 3 per 100 g
berikut contoh bahan makanan yang mengandung Omega 9 per 100 g
(berdasarkan FAO-WHO , 2013 kebutuhan omega 9 yaitu 15-20 mg/ hari
rekomendasi kebutuhan usia < 5 tahun : 350 mcg RE, dewasa 600 ug RE- 900 ug, suplementasi 450 mcg vitamin A meningkatan fungsi leukosit dan sel T.
berikut contoh bahan makanan yang mengandung vit A (mcg/100g)
Meningkatkan pemberukan antibody untuk system imun
Rekomendasi : vitamin C 200 mg
Konsumsi vit C dari makanan sebesar 100-200 mg/hari cukup mencegah infeksi dan meningkatkan fungsi imun
Suplementasi vit C pada pasien infeksi (pneumonia) sebanyak 250-800 mg/hari menurunkan lama hari rawat.
Berikut contoh bahan makanan yang mengandung vitamin C (mg/100 g)
Antioksidan untuk menetralkan radikal bebas
Vitamin E 10 mg
Suplementasi 50 mg/ hari pada laki laki perokok dengan pneumonia (intervensi jangka Panjang ) menurunkan 69% resiko pneumonia.
Berikut contoh bahan makanan yang mengandung vitamin E (mg/100 g)
Rekomendasi kebutuhan 2000-2500 mg/hari
1 g garam dapur = 380 mg Natrium
600 mg/hari
1 gelas susu : 230 mg
Tahu 1 porsi = 130 mg
20-40 mg/hari
Meningkatkan fungsi imun : suplementasi 30 mg/hari selama 4 bulan meningkatkan fungsi sel T pada lansia. Suplementasi 7 mg pada anak usia 2-3 tahun dan 9,45 mg meningkatkan respon imun innate, mengurangi rsiko flu berulang
Berikut tips pemberian asupan makan dan zat gizi pada pasien covid-19 :
sumber materi artikel : https://www.youtube.com/watch?v=4M6Y-wTDX8Q&t=707s
Sumber: Freepik Saat ini, prevalensi penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia seperti diabetes, penyakit jantung…
Source: Portal Informasi Indonesia Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan salah satu program unggulan di…
Source: Freepik Bulan Ramadhan telah tiba, saatnya umat Muslim menjalankan ibadah puasa. Menahan lapar dan…
Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) edisi 2024 telah dirilis dengan berbagai pembaruan signifikan untuk…
Editor: Annisa Alifaradila Rachmayanti Intermittent Fasting (IF) merupakan salah satu metode diet yang menggunakan interval…
Konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) semakin meningkat, mulai dari berbagai macam teh hingga kopi…
View Comments