Kesehatan dan Gizi lainnya

Cek Apakah Anda Tergolong Muscle Dysmorphia ?

Menjaga berat badan terkontrol merupakan idaman semua orang termasuk kaum pria. Namun, sebagian besar pria mendeskripsikan tubuh yang ideal adalah berotot, meliputi otot perut yang menonjol jelas, bahu lebar, dan dada besar. Pria cenderung mengarah kepada peningkatan aktivitas fisik untuk membentuk otot dengan latihan angkat beban. Usaha-usaha untuk memperbaiki bentuk tubuh muncul karena pria merasa tidak puas dengan bentuk tubuhnya (body dissatisfaction). Ketidakpuasan pria pada citra tubuhnya sendiri dikaitkan dengan terjadinya Body Dysmorphic Disorder (BDD), termasuk di dalamnya adalah Muscle Dysmorphia (MD).

Form Drive For Muscular Scale

Cek apakah Anda mempunyai gangguan muscle dysmorphia?

Sumber :
McCreary, D.R., & Sasse, D.K. (2000). An exploration of the drive for muscularity in adolescent boys and girls. Journal of American College Health, 48, 297-304.​1​

Subjek dinyatakan MD apabila skor ≥ 42, dan dinyatakan Non-MD apabila < 42.​2​ Semakin tinggi skor DMS maka seseorang semakin dinyatakan memiliki citra tubuh negatif. Muscle Dysmorphic Disorder Inventory (MDDI) cenderung mengukur variabel terkait (mis., kendala diet dan perlindungan tubuh).​3​

Apa sich Muscle Dysmorphia (MD)?

Muscle Dysmorphia (MD) adalah gangguan citra tubuh di mana individu dengan massa otot di atas rata-rata menganggap diri mereka kekurangan massa otot yang signifikan. Kejadian MD menjadi masalah terutama pada laki-laki dengan latihan ketahanan. Gejala utama MD adalah olahraga berlebihan, dengan gangguan makan sebagai gejala sekunder. Individu dengan MD percaya bahwa mereka memiliki massa tubuh yang tidak memadai dan melakukan latihan ketahanan beberapa kali setiap minggu, bahkan beberapa kali per hari untuk mencapai bentuk tubuh dan masa otot yang sesuai.​3​

https://images.app.goo.gl/7q4VAzNB3ZbnRRX69

Muscle dysmorphia dapat diketahui dengan menggunakan beberapa pengukuran, yaitu pengukuran citra tubuh dan pengukuran MD yang dibagi menjadi pengukuran siluet tubuh, pengukuran menggunakan skala likert, wawancara semi-struktur dan pengukuran melalui angket. Adapun instrumen yang sering digunakan untuk mengetahui MD adalah Muscle Dismorphia Disorder Inventory (MDDI), maupun Drive for Muscularity (DMS). DMS berisi 15 pernyataan mengenai penilaian terhadap otot tubuh yang diukur dengan rentang nilai 1-4 (1 tidak pernah, 2 kadang-kadang, 3 sering, dan 4 selalu). DMS dipilih karena dapat mengukur secara spesifik variabel – variabel dari MD serta memiliki konsistensi dan validitas yang tinggi pada subjek (α-Cronbach’s 0,85-0,91). Semakin tinggi skor DMS maka seseorang semakin dinyatakan memiliki citra tubuh negatif. Muscle Dysmorphic Disorder Inventory (MDDI) cenderung mengukur variabel terkait (mis., kendala diet dan perlindungan tubuh).​4​

Kriteria MD

Adapun kriteria diagnostik yang digunakan saat ini untuk muscle dysmorphia mencakup setidaknya dua hal berikut ​3​ :

  1. Melewatkan acara sosial atau kegiatan lain untuk mempertahankan diet dan jadwal latihan
  2. Kecemasan atau penghindaran total dari tempat di mana tubuh terpapar/terlihat, seperti kolam renang, danau, atau pantai
  3. Gangguan kemampuan di tempat kerja atau acara sosial karena pikiran yang konstan tentang ukuran tubuh yang tidak memadai
  4. Pengurangan asupan lemak, peningkatan asupan protein dan penggunaan obat-obatan yang dapat meningkatkan kinerja serta melakukan diet ekstrem lain

Salah satu perbedaan utama antara individu dengan anoreksia dan MD adalah penggunaan alat bantu ergogenik untuk mencapai tujuan meningkatkan masa otot. Penelitian telah menunjukkan bahwa hingga 90% pria dengan MD telah menggunakan beberapa bentuk zat ergogenik, termasuk steroid.6 Masalah utama MD berkaitan dengan olahraga berlebihan dengan penekanan sekunder pada makanan. Hal ini berbeda dengan gangguan makan, seperti anoreksia dan bulimia, yang memiliki masalah utama hanya pada perilaku makan.​4​

Dampak MD

  • Gangguan perilaku makan

Karakteristik makan yang utama dari seseorang dengan muscle dysmorphia adalah diet hiperprotein dan hipolipid dengan konsumsi suplemen makanan untuk meningkatkan massa otot dan mengurangi massa lemak tubuh yang mencerminkan masalah kesehatan masyarakat yang serius.​5​

Praktik pemberian makan yang tidak memadai pada pria MD memengaruhi hasil latihan atlet, begitupun penggunaan suplemen makanan dan penyalahgunaan anabolik steroid yang dikaitkan dengan frekuensi gangguan yang lebih tinggi dan kurangnya makanan yang memadai terkait dengan memburuknya psikopatologi dan gangguan tubuh. Individu yang mengonsumsi anabolik steroid mengalami perubahan pola makan sehingga diet seimbang terdistorsi, karena makanan dan zat gizi mikro digantikan oleh suplemen ergogenik.​6​

  • Konsumsi suplemen berlebihan

Risiko konsumsi suplemen makanan secara sembarangan, atau dalam kombinasi dengan zat lain dapat merangsang sistem saraf pusat meliputi : peningkatan tekanan darah dan detak jantung, kecenderungan aritmia jantung, kejang jantung, dan iskemia miokard pada orang yang rentan. Gejala lain termasuk gangguan tidur, tremor, agitasi, kurangnya koordinasi dan ketergantungan psikologis. Kombinasi dari diet yang tidak seimbang, seperti penggunaan makanan tambahan, terutama asam amino, dan kecenderungan pengembangan MD, menyebabkan distorsi bentuk tubuh individu itu sendiri.​7​

  • Peningkatan beban latihan

Latihan kekuatan sering dilakukan dengan jumlah pengulangan yang tinggi, dikombinasikan dengan olahraga kontinyu intensitas sedang dengan volume tinggi (60 hingga> 120 menit sehari) dalam keadaan puasa menunjukkan bahwa praktik ini dapat merusak adaptasi morfologis (kehilangan massa otot) dan menyebabkan beberapa efek yang merugikan.​8​ Kompleksitas latihan mempengaruhi terjadinya hipertrofi sehingga beberapa latihan secara bersama membutuhkan fase adaptasi saraf yang lebih lama jika dibandingkan dengan latihan sendi tunggal.​9​

Referensi

  1. 1.
    McCreary DR, Sasse DK. An Exploration of the Drive for Muscularity in Adolescent Boys and Girls. Journal of American College Health. Published online May 2000:297-304. doi:10.1080/07448480009596271
  2. 2.
    Parnell R. The influence of self-esteem and body dissatisfaction on muscle dysmorphia and exercise dependence. ProQuest Diss Theses [Internet]. 2011;10(2):6-25.
  3. 3.
    Stapleton P, McIntyre T, Bannatyne A. Body Image Avoidance, Body Dissatisfaction, and Eating Pathology. Am J Mens Health. Published online November 11, 2014:100-109. doi:10.1177/1557988314556673
  4. 4.
    Devrim A, Bilgic P, Hongu N. Is There Any Relationship Between Body Image Perception, Eating Disorders, and Muscle Dysmorphic Disorders in Male Bodybuilders? Am J Mens Health. Published online July 13, 2018:1746-1758. doi:10.1177/1557988318786868
  5. 5.
    Della Guardia L, Cavallaro M, Cena H. The risks of self-made diets: the case of an amateur bodybuilder. J Int Soc Sports Nutr. Published online April 1, 2015. doi:10.1186/s12970-015-0077-8
  6. 6.
    Meraj Ahmed S, Mohammed Alodhaydan E, Hamad Alhammad A, Suliman Alabdulqadir S, Abdulrahman Alhassan A. KAP study on the dietary pattern among regular gym members in Majmaah city, Saudi Arabia. PJMS. Published online September 15, 2018:83-87. doi:10.18231/2348-7682.2018.0019
  7. 7.
    Dan Cerika Rismayanthi AW. PROFIL SOMATOTIPE DAN TINGKAT KELAINAN PERILAKU MAKAN PADA ATLET PABBSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. j medikora. Published online January 27, 2016. doi:10.21831/medikora.v14i2.7939
  8. 8.
    Leone J, Sedory E, Gray K. Recognition and treatment of muscle dysmorphia and related body image disorders. J Athl Train. 2005;40(4):352-359. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16404458
  9. 9.
    de Souza D, Santos J, de Jesus D, Gentil P. Biochemical Profile and Body Composition Alteration of Amateur Bodybuilders during the Pre-Contest Period. JFMK. Published online May 8, 2018:26. doi:10.3390/jfmk3020026
Ayu Rahadiyanti

Executive Editor Ahli Gizi ID | Lecturer | Writer

Recent Posts

Indonesia akan Menerapkan Nutri-Level di Label Pangan Olahan

Sumber: Freepik Saat ini, prevalensi penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia seperti diabetes, penyakit jantung…

1 week ago

Peran Ahli Gizi dalam Program MBG

Source: Portal Informasi Indonesia Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan salah satu program unggulan di…

1 month ago

6 Tips Sahur agar Tahan Lapar dan Haus selama Berpuasa

Source: Freepik Bulan Ramadhan telah tiba, saatnya umat Muslim menjalankan ibadah puasa. Menahan lapar dan…

1 month ago

Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) tahun 2024 [PDF]

Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) edisi 2024 telah dirilis dengan berbagai pembaruan signifikan untuk…

3 months ago

Diet Intermittent Fasting (IF), Apakah Aman?

Editor: Annisa Alifaradila Rachmayanti Intermittent Fasting (IF) merupakan salah satu metode diet yang menggunakan interval…

3 months ago

Cukai Minuman Berpemanis Dalam Kemasan (MBDK) di Indonesia dari Sudut Pandang Gizi dan Kesehatan

Konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) semakin meningkat, mulai dari berbagai macam teh hingga kopi…

3 months ago