Penulis : Rachmat Maulana, S.Gz., MKM
Enam bulan pertama kehidupan bayi adalah periode emas yang menentukan kesehatan dan kecerdasannya di masa depan. Pada masa ini, sumber gizi terbaik sekaligus perlindungan utama adalah air susu ibu (ASI). Oleh karena itu, tidak heran jika ASI sering disebut sebagai “cairan ajaib” untuk tumbuh kembang bayi.
ASI eksklusif menurut World Health Organization adalah pemberian hanya ASI saja tanpa tambahan makanan atau minuman lain sejak bayi lahir hingga usia 6 bulan, dan dapat dilanjutkan hingga 2 tahun bersama dengan makanan pendamping yang sesuai.1
Pemberian ASI sejak dini, terutama secara eksklusif pada 6 bulan pertama, berperan penting dalam pertumbuhan otak, perkembangan sistem imun, serta fungsi tubuh secara optimal. ASI juga terbukti melindungi bayi dari risiko diare dan infeksi saluran pernapasan.1 Selain itu, menyusui turut memicu pelepasan hormon pertumbuhan dan memperkuat ikatan emosional antara ibu dan bayi.2
Baca Juga: ASI : Makanan Terlengkap dan Terbaik bagi Bayi
Pemerintah Indonesia sendiri menegaskan pentingnya praktik ini melalui Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif. Aturan tersebut menekankan bahwa ASI eksklusif adalah bagian penting dari upaya pemenuhan gizi bayi. Sayangnya, tingkat kepatuhan masyarakat masih rendah. Padahal, bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif memiliki risiko lebih tinggi mengalami kematian akibat diare, yakni hingga 3,94 kali lipat.3 Penelitian lain juga menunjukkan bahwa praktik pemberian ASI eksklusif dapat menurunkan angka kematian balita hingga 11,6%.4
Kolostrum, yaitu ASI pertama yang keluar, kaya akan immunoglobulin A yang melindungi bayi dari serangan kuman.2 Zat ini melapisi organ tubuh bayi yang rentan, seperti usus, hidung, dan tenggorokan, sehingga tidak mudah terinfeksi.
Selain melawan kuman, ASI juga membantu mengaktifkan kelenjar thymus pada bayi untuk memproduksi sel T yang berfungsi melawan virus.2 Bayi yang diberi ASI umumnya memiliki ukuran thymus lebih besar dibandingkan bayi yang hanya mengonsumsi susu formula.1
Baca Juga: Manfaat Oligosakarida pada ASI
Selama enam bulan pertama, bayi hanya boleh mengonsumsi ASI karena kandungan gizinya sudah sangat lengkap.1 ASI kaya akan asam lemak omega-3 dan omega-6, terutama DHA dan ARA, yang penting bagi perkembangan jaringan saraf dan otak.2
Kandungan lemak dalam ASI juga lebih seimbang dibandingkan susu sapi. ASI memiliki kombinasi lemak jenuh dan tak jenuh yang optimal untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah bayi.2
ASI mengandung karnitin dalam jumlah tinggi, terutama pada tiga minggu pertama menyusui.1 Karnitin berperan penting mengangkut asam lemak ke dalam sel untuk diubah menjadi energi yang dibutuhkan tubuh bayi.2 Energi ini membantu bayi beradaptasi dengan lingkungan baru dan mendukung fungsi organ vitalnya.2
Menyusui dapat mengurangi risiko kanker payudara, kanker ovarium, penyakit jantung, hipertensi, hingga diabetes tipe 2. Hormon oksitosin dan prolaktin yang dilepaskan saat menyusui berperan dalam proses ini.
Oksitosin merangsang kontraksi rahim, mempercepat pengembalian ukuran rahim ke kondisi normal, dan mengurangi perdarahan setelah melahirkan.
Proses menyusui membantu ibu menurunkan berat badan lebih cepat setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena tubuh membakar lebih banyak kalori untuk memproduksi ASI setiap harinya.
Menyusui eksklusif dapat menunda kembalinya menstruasi (amenore laktasi), sehingga menurunkan risiko kehamilan berulang dalam waktu dekat. Meski demikian, efektivitasnya tidak sekuat metode kontrasepsi modern.
Ibu yang menyusui memiliki risiko yang lebih rendah terkena penyakit seperti diabetes tipe 2 hal ini dikarenakan ASI dapat berkontribusi pada manajemen berat badan setelah kehamilan dan meningkatkan sensitivitas insulin. Selain itu, pengaruh positif ASI pada metabolisme glukosa dapat memberikan perlindungan terhadap pengembangan diabetes tipe 2 pada ibu.
Kontak kulit saat menyusui membantu memperkuat hubungan emosional ibu dan bayi. Ibu juga merasakan kepuasan karena dapat memberikan zat gizi terbaik bagi buah hatinya.
ASI tersedia gratis, selalu segar, dan tidak membutuhkan persiapan khusus, sehingga jauh lebih hemat dibandingkan susu formula.
Pemberian ASI eksklusif bukan hanya soal memenuhi kebutuhan gizi bayi, tetapi juga investasi jangka panjang bagi kesehatan ibu dan anak. Setiap ibu mungkin menghadapi tantangan berbeda dalam proses menyusui. Oleh karena itu, dukungan dari tenaga kesehatan, konselor laktasi, maupun komunitas ibu menyusui sangat penting agar perjalanan ini lebih ringan.
Mari kita mulai dari hal paling sederhana, dengan dukung ibu menyusui di sekitar kita. Bantu mereka mendapatkan informasi yang benar, berikan ruang nyaman untuk menyusui, atau sekadar memberi semangat agar tetap konsisten. Dengan begitu, kita turut berkontribusi pada tumbuh kembang generasi yang lebih sehat, cerdas, dan tangguh.
Editor : Dewi Rizky Purnama, S.Gz
Pernah merasa heran kenapa berat badan tetap naik meski porsi makan tidak berlebihan? Atau kenapa…
Pernahkah kamu terpikir kalau satu potong nanas bisa jadi “obat alami” untuk tubuhmu? Buah tropis…
Pernah merasa tubuh ikut lelah atau kepala pening setelah marah atau stres berat? Itu bukan…
Banyak orang tua baru sering mendengar nasihat, “jangan terlalu sering gendong bayi, nanti jadi bau…
Rice Bran Oil (RBO) juga biasa dikenal sebagai minyak dedak padi yang memiliki banyak potensi…
Apakah benar makan cokelat bikin cepat gemuk? Pertanyaan ini sering muncul di benak banyak orang…