Bayangkan jika semua siswa di Indonesia bisa menikmati makan siang bergizi tanpa perlu bayar sepeser pun. Kini, lewat Program Makan Bergizi Gratis (MBG), harapan itu mulai terwujud. Pemerintah telah merilis Pedoman MBG 2025 sebagai panduan resmi agar program gizi nasional ini benar-benar tepat sasaran, bukan cuma mengenyangkan, tapi juga menyehatkan.
Yuk, kita kupas isi pedoman ini bersama! Biar kita nggak cuma tahu, tapi juga bisa ikut mengawal kualitasnya.
Pedoman Final MBG adalah dokumen resmi yang disusun oleh Kementerian Kesehatan RI, bekerja sama dengan berbagai kementerian dan ahli gizi, untuk mengatur standar makanan dan gizi dalam program Makan Bergizi Gratis. Tujuannya sederhana tapi berdampak besar, yakni memberikan makanan bergizi seimbang kepada anak-anak dan kelompok rentan secara gratis dan terstandar.
Pedoman ini menyasar:
Setiap kelompok mendapatkan menu yang berbeda, disesuaikan dengan kebutuhan gizi masing-masing.1
Salah satu poin penting dalam pedoman adalah bahwa menu yang disediakan harus lengkap, sesuai dengan prinsip gizi seimbang, dan memenuhi 20–35% kebutuhan energi harian, tergantung kelompok usia.
Menu MBG wajib mencakup:
Tidak kalah penting, makanan harus aman dikonsumsi, diolah dengan cara yang higienis, dan sangat direkomendasikan menggunakan bahan pangan lokal.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) bukan cuma soal kenyang. Pemerintah menetapkan pedoman teknis yang cukup ketat mengenai berapa banyak energi dan zat gizi yang harus ada dalam setiap menu. Standar ini disusun sangat rinci dan tersegmentasi, menyesuaikan kebutuhan masing-masing kelompok sasaran, mulai dari siswa sekolah, balita, ibu hamil, hingga santri.
Dengan perhitungan yang spesifik berdasarkan usia dan aktivitas, MBG bertujuan tidak hanya mengenyangkan, tetapi juga mendukung konsentrasi belajar, mencegah anemia, dan memperkuat tumbuh kembang generasi penerus bangsa.
Penyusunan menu MBG tidak bisa dilakukan asal-asalan. Pedoman menetapkan siklus menu 20 hari yang memperhitungkan variasi bahan, kemudahan pengolahan, kesesuaian dengan lidah anak, serta estimasi biaya.
Misalnya, dalam 20 hari, telur dan ayam bisa muncul masing-masing 8 kali, sedangkan tahu dan tempe 10 kali. Tujuannya bukan sekadar efisiensi, tapi juga mencegah kejenuhan dan memastikan asupan zat gizi terpenuhi. Komposisi gizi menjadi prioritas utama, tidak harus bergantung pada satu jenis makanan populer, melainkan memastikan semua komponen makro dan mikronutrien tercakup dalam menu harian.2
Tidak kalah penting, aspek keamanan pangan juga diatur ketat. Lima prinsip wajib diterapkan di dapur penyedia MBG, mulai dari menjaga kebersihan alat, memasak hingga suhu aman, hingga penggunaan air bersih dan bahan yang layak. Jika diabaikan, program ini justru bisa menimbulkan masalah seperti diare dan keracunan makanan.
Itulah sebabnya tenaga gizi memegang peran sentral dalam MBG. Mereka bukan sekadar pendamping, melainkan fondasi agar program ini benar-benar menjadi intervensi gizi nasional, bukan hanya program sosial.
Peran tenaga gizi dalam program MBG meliputi:
Dengan pelibatan yang optimal, tenaga gizi berperan menjaga kualitas, keamanan, dan keberhasilan jangka panjang program MBG.
Program ini ambisius. Tapi di lapangan, tantangannya tidak sedikit:
Laporan Badan Gizi Nasional (BGN) juga menyoroti beberapa hal krusial, seperti perlunya perluasan jangkauan layanan MBG, pentingnya sinergi lintas sektor, serta keberlanjutan pengawasan mutu makanan, termasuk di masa libur sekolah.3
Oleh karena itu, implementasi pedoman ini harus melibatkan pemerintah daerah, sekolah, puskesmas, dan masyarakat, agar pengawasan lebih merata dan berkelanjutan.
Misalnya, kolaborasi lintas sektor yang dilakukan di Kabupaten Muratara. Kolaborasi ini melibatkan Badan Gizi Nasional (BGN), Dinas Ketahanan Pangan, tokoh masyarakat, dan komunitas lokal, yang menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat mampu memperkuat distribusi dan penerimaan program di lapangan.4
Pedoman Final MBG 2025 bukan sekadar dokumen teknis. Ia adalah fondasi masa depan. Di balik tiap menu yang sehat, ada peluang untuk memutus rantai stunting, meningkatkan konsentrasi belajar, dan menciptakan generasi cerdas.
Sebagai masyarakat, kita bisa ikut serta:
Perubahan besar bisa dimulai dari hal kecil. Yuk, buka mata dan lihat, apakah orang-orang di sekitar kita sudah makan cukup dan bergizi?
Ingin tahu isi lengkapnya? Unduh Pedoman Final MBG 2025 di sini
Pernah merasa gagal kalau langkah harianmu di smartwatch belum tembus 10.000? Tenang, kamu tidak sendirian.…
Ilustrasi | Gambar Minuman Pure Matcha (Sumber gambar: Freepik) Matcha kini menjadi salah satu minuman…
Pernah merasa cepat lelah, pusing, atau sulit fokus padahal sudah makan cukup? Bisa jadi tubuhmu…
Berapa kali kamu mendengar kalimat, “Yang penting defisit kalori, pasti turun berat badan”? Pada kenyataannya,…
Cokelat sering dianggap sebagai camilan manis yang bikin bahagia. Tapi, siapa sangka kalau di balik…
Rutinitas pagi sering membuat kita lupa, bahwa tubuh juga butuh perhatian. Segelas susu dan biskuit…