Mencegah Obesitas pada Remaja
Prevalensi obesitas pada remaja terus mengalami peningkatan. Bagaimana mencegah obesitas pada remaja? Mari kita simak pada artikel berikut.
Penulis : Ovilia Yeri Pratami, S.Gz
Remaja
Usia remaja (10-18 Tahun) merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab, yaitu pertama remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi karena peningkatan pertumbuhan fisik. Kedua adanya perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan. Ketiga remaja mempunyai kebutuhan zat gizi khusus contohnya kebutuhan atlet. Kebiasaan makan yang berubah salah satunya terjadi karena adanya globalisasi secara luas. Remaja merupakan salah satu kelompok sasaran yang berisiko mengalami gizi lebih. Gizi lebih pada remaja ditandai dengan berat badan yang relatif berlebihan bila dibandingkan dengan usia atau tinggi badan remaja sebaya, sebagai akibat terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan dalam jaringan lemak tubuh.1
Baca Artikel : Gizi pada Remaja
Masalah Obesitas
Obesitas pada anak usia 4-5 tahun mempunyai dampak terhadap tumbuh kembang anak, terutama aspek psikososial. Selain itu obesitas pada anak berpotensi untuk mengalami berbagai penyebab kesakitan dan kematian menjelang dewasa. Dampak dari obesitas juga berpotensi mengalami diabetes melitus tipe 2, penyakit kardiovaskular, kanker, ginjal, dan lain-lain.2
Masalah obesitas pada remaja akan berdampak pada menurunnya kesehatan dan produkifitas.Hal ini karena masa remaja merupakan masa tumbuh kembang yang sangat cepat untuk masuk dalam periode perkembangan selanjutnya.
Obesitas pada usia dewasa membawa dampak pada kesehatan, dimana kenaikan berat badan dan obesitas menjadi salah satu faktor risiko untuk meningkatkan kejadian penyakit tidak menular seperti diabetes melitus tipe 2, kanker dan beberapa penyakit kardiovakular lainnya, bahkan bisa menyebabkan kematian di usia muda.
Faktor penyebab obesitas pada remaja bersifat multifaktorial. Peningkatan konsumsi makanan cepat saji (fast food), rendahnya aktivitas fisik, faktor genetik, pengaruh iklan, faktor psikologi, status sosial ekonomi, program diet, usia dan jenis kelamin merupakan faktor-faktor yang berkontribusi pada perubahan keseimbangan energi dan berujung pada kejadian obesitas.3,4
Tipe obesitas berdasarkan bentuk tubuh. Obesitas tipe buah apel (Apple Shape) Tipe seperti ini biasanya terdapat pada pria. Dimana lemak tertumpuk di sekitar perut. Risiko kesehatan pada tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan buah Pear (Gynoid). Obesitas tipe buah Pear (Gynoid) Tipe ini cenderung dimiliki wanita, lemak yang ada disimpan di sekitar pinggul dan bokong. Risiko terhadap penyakit pada tipe gynoid umumnya kecil. Obesitas tipe Ovid (Bentuk Kotak Buah) ciri dari tipe ini adalah “besar diseluruh bagian tubuh”. Tipe Ovid umumnya terdapat pada orang-orang yang gemuk secara genetik.
Lebih Lanjut : Pengukuran Antropometri untuk Obesitas
Tips Cegah Obesitas pada Remaja
Agar hal ini tidak terjadi pada diri kita maka cegah dengan MAGER, berikut ini adalah upaya untuk mencegah terjadinya obesitas pada remaja yaitu :5
MAkan makanan bergizi seimbang sesuai dengan isi piringku
1. Makanan Pokok (Sumber Karbohidrat) 2/3 dari ½ Piring
Pangan yang mengandung karbohidrat yang sering dikonsumsi sejak lama di Indonesia. Contoh makanan pokok lokal yang beragam yaitu beras, singkong, jagung, ubi, talas, dan olahan lainnya (roti, mie dll).
Isi piringku sekali makan 150 g Nasi setara dengan 3 centong nasi, 3 buah sedang kentang (300 g) dan ½ gelas mie kering (75 g).
2. Lauk Pauk (Sumber Protein) 1/3 dari ½ Piring
terdiri dari protein hewani yaitu daging (sapi, kambing), unggas (bebek, ayam), ikan, telur, susu dan olahan lainnya. Sedangkan untuk protein nabati yaitu tahu, tempe, kacang-kacangan (kacang hijau, kcang merah, kacang tanah dll). Sumber pangan protein hewani mempunyai asam amino yang lebih lengkap dan mudah diserap oleh tubuh. Kekurangannya, jumlah kolesterol dan lemaknya lebih tinggi serta harga relatif mahal. Sedangkan protein nabati mempunyai keunggulan dibanding hewani karena kandungan lemak tak jenuhnya lebih tinggi daripada bahan pangan hewani. Kandungan isoflavonnya, terutama pada kedelai menjadi daya tarik karena manfaatnya yang sangat banyak.
Isi piringku sekali makan lauk hewani 75 g ikan kembung setara dengan 2 potong sedang ayam tanpa kulit (80 g), 1 butir telur ayam ukuran besar (55 g) dan 2 potong daging sapi sedang (70 g). Lauk nabati 100 g tahu setara dengan 2 potong sedang tempe (50 g).
3. Buah-buahan (Sumber Vitamin dan Mineral) 1/3 dari ½ Piring
Buah-buahan merupakan sumber vitamin A, vitamin B, vitamin B1, vitamin B6, vitamin C, mineral dan serat pangan. Sebagian vitamin, mineral yang terkandung dalam buah-buahan berperan sebagai antioksidan. Contoh buah-buahan seperti pisang, melon, semangka, pepaya, jeruk, mangga, apel dll. Manfaat buah untuk tubuh kita yaitu sumber vitamin, sumber air dan gizi, sumber antioxsidan.
Isi piringku sekali makan buah 150 g pepaya setara dengan 2 potong sedang, 2 buah jeruk sedang (110 g), 1 buah kecil pisang ambon (50 g).
4. Sayur-sayuran (Sumber Vitamin dan Mineral) 2/3 dari ½ Piring
Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral terutama karoten, Vitamin A, vitamin C, zat besi dan posfor. Beberapa sayuran dapat dikonsumsi mentah tanpa dimasak terlebih dahulu, yang lainnya dapat dimasak dengan cara direbus, dikukus, dan ditumis. Manfaat yang terkandung dalam sayuran diantaranya adalah memperlancar buang air besar, mempertahankan berat badan seimbang, sumber energi tubuh, membersihkan racun dalam tubuh (Detoksifikasi), membuat kulit sehat, dll.
Isi piringku sekali makan sayuran 150 g setara dengan 1 mangkok sedang.
GERak melakukan aktivitas fisik
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang diakibatkan kerja otot rangka dan meningkatkan pengeluaran tenaga atau energi. Dapat dilakukan di rumah, di tempat kerja, ditempat umum dll. Jenis aktivitas fisik ringan seperti, jalan santai, mencuci piring, memasak, menyapu, bermain musik, membaca, menulis, menyetir. Adapula aktivitas fisik sedang seperti berjalan cepat, memotong rumput dengan mesin, berkebun, menanam pohon, memncuci mobil bisa kita lakukan minimal 30 menit setiap hari.
Referensi
- 1.Nugroho P, Sudirman S. Analisis Risiko Kegemukan pada Remaja dan Dewasa Muda. Jurnal Dunia Kesmas. 2020;9(4):537-544.
- 2.Indanah I, Sukesih S, Luthfin F, Khoiriyah K. OBESITAS PADA BALITA. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan. Published online August 5, 2021:242. doi:10.26751/jikk.v12i2.1115
- 3.Hendra C, Manampiring A, Budiarso F. FAKTOR-FAKTOR RISIKO TERHADAP OBESITAS PADA REMAJA DI KOTA BITUNG. Jurnal e-Biomedik (eBm). 2016;4(1).
- 4.Safitri DE, Rahayu NS. Determinan Status Gizi Obesitas pada Orang Dewasa di Perkotaan: Tinjauan Sistematis. arkesmas. Published online June 30, 2020:1-15. doi:10.22236/arkesmas.v5i1.4853
- 5.Kurdanti W, Suryani I, Syamsiatun NH, et al. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian obesitas pada remaja. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Published online April 30, 2015:179. doi:10.22146/ijcn.22900
Editor : Ayu Rahadiyanti