Apakah Menonton Video Mukbang Dapat Mempengaruhi Pola Makan?

Menonton eating show  atau dikenal dengan istilah Mukbang yang menggunakan efek ASMR (Autonomous Sensory Meridian Response) di platform YouTube menjadi tren saat ini. Apakah mukbang dapat mempengaruhi pola makan? Mari kita simak pada artikel berikut=)

Eating Show (Mukbang)

Salah satu jenis video dengan banyaknya jumlah penonton di Platform YouTube yaitu video eating broadcasting atau eating show yang terkenal dengan istilah Mukbang. Mukbang merupakan bentuk eating show  yang dipopulerkan beberapa tahun belakangan yang berasal dari Korea. Mukbang berasal dari bahasa Korea, yaitu Muk yang berarti eating atau makan dan Bang yang berarti broadcast atau siaran. Dikenal sebagai acara siaran online atau live streaming, dimana seorang Broadcast Jockey (BJ) yang membawakan acara tersebut, menyantap makanan yang disiarkan secara langsung sekaligus berinteraksi dengan penonton. Kuantitas makanan yang dimakan oleh seorang BJ pada saat sekali melakukan siaran dalam jumlah yang banyak, melebihi porsi makan satu orang.​1​

Menurut penelitian sebelumnya video eating show (Mukbang) membuat para penontonnya merasakan sendiri apa yang dilakukan oleh BJ dalam video, seperti merasakan imajinasi melalui perasaan dan aksi dari  BJ. Realitanya perasaan imajinasi tersebut dapat membuat seseorang menahan rasa ingin memakan makanan yang dimakan oleh BJ yang merupakan makanan yang tidak sehat. Berdasarkan literatur diketahui bahwa penonton tertarik untuk menonton dipengaruhi oleh ketertarikan pada BJ. Penonton cenderung menonton BJ yang lebih popular, aktif dan berpenampilan menarik yang kemudian dirasakan dapat mengubah perilaku setelah menonton Mukbang. Faktor kesepian juga membuat seseorang menonton Mukbang, karena diketahui konten video dan gambar lebih terasa realistis dan dipercaya daripada konten berisi teks.​2​ Untuk menambah kesan, tak jarang video eating show yang dilengkapi dengan suara makan dengan efek Autonomous Sensory Meridian Response (ASMR).

Autonomous Sensory Meridian Response (ASMR)

Tak jarang video eating show (Mukbang) tersebut dilengkapi dengan suara dengan efek ASMR atau biasa disebut head tingles. Bila diartikan secara harfiah, ASMR adalah sensasi tergelitik pada otak, dimulai dari puncak kepala, dan menjalar turun ke pundak dan tulang belakang manusia, sebagai reaksi yang timbul saat mendengar (dan melihat) sesuatu/rangsangan yang menyenangkan. ASMR terdiri atas bunyi-bunyian yang dianggap menenangkan. Ini bisa merupakan hasil dari gerakan berulang-ulang seperti memukul-mukul benda tertentu secara konstan atau gesekan pena dengan kertas kala seseorang sedang menulis, bisikan lembut yang melodius, suara gemercik air, bahkan sekadar bunyi orang makan.​3​

Studi terbaru mengidentifikasi beberapa pemicu efek ASMR yaitu bisikan (whishpering), perhatian pribadi (personal attention), suara garing (crisp sounds) dan gerakan lambat (slow movements). Beberapa outlet media internasional terkemuka telah melaporkan perhatian pada fenomena ini menerima kurangnya penjelasan ilmiah. Meskipun rangsangan yang digunakan untuk menginduksi ASMR sangat bervariasi, para peneliti melaporkan hal itu berdasarkan perbedaan individu dan efektivitas setiap video dengan tema yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan 82% responden setuju untuk menggunakan efek ASMR untuk membantu tidur. Sebanyak 64% responden mengatakan bahwa suara garing (crisp sounds) mampu memicu efek ASMR. Sebanyak 81% responden mempunyai referensi waktu yaitu pada malam hari saat terpicu efek ASMR. Responden yang terpengaruh dengan efek ASMR mengatakan bahwa lingkungan yang memicu efek ASMR saat sepi dan tenang, beberapa responden menggunakan headphones untuk efek yang lebih dalam.​4​

Hubungan Menonton Video Mukbang dengan Pola Makan

Menonton video eating show (Mukbang) menggunakan efek ASMR merupakan salah satu bentuk stimulus yang dapat mempengaruhi pola makan. Faktor yang mempengaruhi pola makan seseorang yaitu faktor lingkungan melalui adanya promosi, media elektronik, dan media cetak​5​. Video eating show (Mukbang) menggunakan efek ASMR merupakan suatu bentuk stimulus dari media elektronik yang menjadi yang mempengaruhi pola makan.

Siaran video eating show (Mukbang) merupakan video yang berisi seorang BJ memakan makanan dalam jumlah besar dan memakannya tanpa jeda hingga habis. Siaran yang dilakukan biasanya menggunakan makanan yang tinggi lemak dan tinggi energi seperti fast food. Pola makan merupakan pencetus utama terjadinya obesitas yaitu dengan mengonsumsi makanan dalam jumlah yang banyak, makanan tinggi energi, tinggi lemak, tinggi karbohidrat sederhana (gula), tinggi natrium dan rendah serat.​6​

Pengaruh TV terhadap kebiasaan makan dapat terjadi melalui dua proses, yaitu Iklan TV akan menyebabkan meningkatkan alokasi pembelian jenis makanan baru yang sebelumnya tidak pernah dikonsumsi dan makanan dalam iklan-iklan TV seringkali ditampilkan dalam rangka menunjang suatu aktivitas. Jadi tidak sekedar memenuhi rasa lapar. Karena banyaknya aktivitas dalam hidup seseorang, maka jenis-jenis makanan yang menyertai aktivitas itu semakin banyak.​7​ Dalam hal tersebut TV merupakan suatu media yang mempengaruhi pola makan. Termasuk salah satunya siaran eating show (Mukbang) yang merupakan media yang juga dapat mempengaruhi pola makan. Dalam dunia ilmiah, ASMR memiliki beberapa kesamaan dengan sinestesia (penggabungan indera yang warna dapat memiliki rasa, atau suara menghasilkan efek visual). Keduanya merupakan bentuk ekstrem dari sensasi normal yang dimiliki beberapa orang tapi tidak semua orang.

Media memiliki pengaruh untuk mengembangkan motivasi sosial dan keinginan dalam mengonsumsi suatu produk serta preferensi suatu merk. Seseorang yang menghabiskan waktu menonton cenderung memperlihatkan motivasi sosial yang tinggi terhadap konsumsi, menggambarkan pengetahuan tentang produk, dan simbol sosial.​8​

Ketika stimulus yang diberikan berupa video Eating Show (Mukbang) dengan efek ASMR dimana Broadcast Jockey (BJ) memakan makanan dalam kuantitas yang banyak serta makanan yang dimakan merupakan makanan yang tinggi lemak dan tinggi kalori, maka dapat medorong seseorang mempunyai keinginan untuk melakukan hal yang sama, sehingga dapat mendukung faktor risiko terjadinya obesitas. Rasa lapar biasanya mempengaruhi motivasi untuk mendapatkan makanan yang tinggi energi untuk dikonsumsi secara tidak sadar. Ketika merasa lapar, makanan akan terasa lebih enak dan akan terfikir bahwa makanan akan lebih memuaskan.7 Menurut penelitian sebelumnya secara umum menonton dapat menjadi faktor risiko seseorang overweight. Menonton dapat mengacaukan penonton untuk tidak mempertimbangkan makan sampai melebihi jumlah makanan yang biasanya dimakan. Lebih banyak konten yang ditonton yang menyebabkan bertambahkan konsumsi asupan makanan, seperti aksi dan variasi suara dapat mengacaukan diet seseorang. Saat seseorang fokus menonton maka akan berkurang perhatiannya pada apa yang dimakan dan akan memakan lebih banyak.37

Ahli Gizi Talk : Sejarah Pola Makan dari Paleolitikum

Referensi

  1. 1.
    Hadi R. Analisis Semiotika Pada Program Siaran Streaming “먹방” (Mukbang). Published online 2015.
  2. 2.
    Marchiori D, Papies EK. A brief mindfulness intervention reduces unhealthy eating when hungry, but not the portion size effect. Appetite. Published online April 2014:40-45. doi:10.1016/j.appet.2013.12.009
  3. 3.
    Fredborg BK, Clark JM, Smith SD. Mindfulness and autonomous sensory meridian response (ASMR). PeerJ. Published online August 7, 2018:e5414. doi:10.7717/peerj.5414
  4. 4.
    Pangkalan I. Seri Diet Korektif: Diet Atkins. PT Alex Media Komputindo; 2007.
  5. 5.
    Sulistyoningsih S. Gizi Untuk Kesehatan Ibu Dan Anak. PT Graha Ilmu; 2011.
  6. 6.
    Mishra K, Mishra G. Establishing Relationship Between ‘Stress’ and ‘Eating’ Leading to Overweight among College Students in Sultanate of Oman. . J Bus nd Econ. 2013;4(6):529-535.
  7. 7.
    Khomsan A. Pangan Dan Gizi Untuk Kesehatan. PT. Rajagrafindo Persada; 2003.
  8. 8.
    Aulia L, Yuliati L. Faktor Keluarga, Media, dan Teman dalam Pemilihan Maknaan pada Mahasiswa PPKU IPB. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 2018;11(1):37-48.

Ayu Rahadiyanti

Executive Editor Ahli Gizi ID | Lecturer | Writer

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *