Bagaimana program keluarga berencana (KB) selama pandemi covid-19? Mari kita simak pada artikel berikut
adalah program pemerintah Indonesia sejak tahun 1970. Program tersebut bertujuan untuk mengendalikan pertambahan jumlah penduduk, membatasi angka kelahiran, dan mengatur jarak kelahiran sehingga dapat menciptakan keluarga sehat sejahtera. Program ini juga diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi karena kehamilan yang tidak diinginkan ataupun jarak kelahiran yang terlalu dekat. Upaya dalam mendukung program tersebut adalah dengan menggunakan alat kontrasepsi untuk menunda kehamilan dan menjarangkan atau mengatur jarak kelahiran.
Beberapa manfaat penggunaan alat kontrasepsi antara lain :
Kasus kehamilan yang tidak diinginkan sering terjadi di sekitar kita. Pada kasus kehamilan yang tidak diinginkan kerap berujung pada tindakan aborsi yang berdampak pada kesehatan ibu. Penggunaan alat kontrasepsi dapat menjadi solusi untuk mengatur jarak kelahiran sehingga meminimalisir terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan.
Perencanaan kehamilan yang baik dapat membantu pertumbuhan anak. Anak akan dapat memperoleh kasih sayang dan perhatian yang lebih banyak dari kedua orang tuanya, khususnya dalam masa tumbuh kembangnya. Ibu juga dapat memaksimalkan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif bagi bayinya. Hal ini tentunya akan berbeda jika dibandingkan dengan keluarga yang memiliki banyak anak.
Alat kontrasepsi digunakan untuk menjarangkan kehamilan atau menjaga jarak kelahiran. Dengan demikian, penggunaan alat kontrasepsi juga dapat mengurangi risiko kematian ibu dan bayi karena jarak kelahiran yang terlalu dekat atau terlalu sering. Selain itu, mengatur jarak atau jumlah kelahiran diharapkan dapat meningkatkan kualitas keluarga, khususnya kehidupan perekonomian keluarga. (Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, 2018)
Download : Pedoman Bagi ibu hamil, Bersalin, Nifas Selama Pandemi
Selanjutnya pada masalah yang kerap terjadi di Indonesia yaitu terbatasnya layanan Kesehatan Ibu dan Anak-Keluarga Berencana (KIA-KB) serta Kesehatan Reproduksi (Kespro) selama pandemi Covid19. Pasalnya fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, rumah sakit, dan bidan mandiri tidak menerima layanan jika tidak dalam kondisi darurat untuk mencegah penularan Covid-19. Sehingga keterbatasan layanan tersebut dapat meningkatkan kejadian Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD) maupun peningkatan kematian ibu dan anak. WHO menyatakan penyakit virus korona (Covid-19) sebagai permasalahan yang serius dalam kesehatan global. Pemerintah Indonesia telah menetapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) untuk pencegahan penularan COVID-19. Kondisi ini menyebabkan dampak terhadap kelangsungan pelayanan kesehatan masyarakat, termasuk pelaksanaan program Keluarga Berencana yang selama ini mengandalkan kegiatan tatap muka dalam sosialisasi, penyuluhan, dan pemberian pelayanan kontrasepsi.
Indonesia sendiri mengalami laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49% atau bertambah 4,5 juta orang setiap tahun. Hal ini tidak sesuai dengan program pemerintah dalam menggalakkan program Keluarga Berencana (KB). Selama masa pandemi Covid-19, program KB mengalami penurunan karena terbatasnya akses masyarakat menuju fasilitas kesehatan apabila dalam keadaan tidak terlalu urgent untuk menekan angka penyebaran infeksi virus Covid-19. Hal ini berpotensi besar terjadinya angka kehamilan yang tidak diinginkan. Selama masa pandemi covid-19 terdapat 1.946 kehamilan atau ada pertambahan 67 kehamilan dari tahun sebelumnya.
Angka kehamilan yang meningkat pada masa pandemi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah penggunaan alat kontrasepsi. Data menunjukkan terjadi penurunan penggunaan alat kontrasepsi dari Februari hingga Maret 2020 sebesar 40%. Salah satu upaya untuk menekan laju pertumbuhan penduduk adalah dengan melalui program keluarga berencana terhadap pasangan usia subur.
Kepala BKKBN Pusat, dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K) menjelaskan urgensi pelayanan KB dalam situasi pandemi Covid-19 dan optimalisasinya di era new normal ini. Ia memaparkan bahwa permasalahan yang didapat akibat COVID-19 ini adalah terhambatnya pelayanan KB dan pemakaian KB yang putus pakai karena layanan kontrasepsi yang tidak bisa diakses. Dampak yang sangat terasa dari hal tersebut adalah penurunan angka pelayanan KB serta kehamilan yang terjadi pada 15-20% dari 2,5 juta pengguna KB. Dalam menanggulangi hal tersebut BKKBN Pusat menggalakan kampanye “Tunda Kehamilan di Era Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB)” serta perlunya kerjasama dengan bidan-bidan. (Kesmas, 2020) Untuk itu, dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini, pelayanan tetap dilakukan tetapi dengan menerapkan prinsip pencegahan pengendalian infeksi dan physical distancing. Pandemi Covid-19 merubah pola hidup hampir semua orang, dampak negatif yang merugikan yang mempengaruhi pola penggunaan alat kontrasepsi dan mengganggu distribusi obat-obatan dan alat kontrasepsi.
Berikut pesan terkait pelayanan KB di masa pandemi :
Baca : Makanan Sehat Lindungi Keluarga dari Pandemi
Editor : Ayu Rahadiyanti
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi salah satu kebijakan baru yang paling banyak menyita perhatian…
Pernah dengar istilah adaptogen? Belakangan ini, tren minuman herbal penenang seperti teh ashwagandha, latte jamur…
Pernah merasa bingung saat anak kehilangan nafsu makan, terlalu membatasi makanan, atau bahkan takut menambah…
Pernah merasa gagal kalau langkah harianmu di smartwatch belum tembus 10.000? Tenang, kamu tidak sendirian.…
Ilustrasi | Gambar Minuman Pure Matcha (Sumber gambar: Freepik) Matcha kini menjadi salah satu minuman…
Pernah merasa cepat lelah, pusing, atau sulit fokus padahal sudah makan cukup? Bisa jadi tubuhmu…