Hubungan Dietary Inflammatory Index dengan Obesitas

Para peneliti telah mengembangkan instrumen kebiasaan makan makanan sumber proinflamasi dan antiinflamasi yang kaitannya dengan berbagai macam penyakit kronis menggunakan dietary inflammatory index (DII). Mari kita simak lebih lanjut pada artikel berikut.

Apa itu Dietary Inflammatory Index?

Dietary inflammatory index adalah indeks yang digunakan untuk mengukur seberapa besar potensi makanan dapat menyebabkan inflamasi pada tubuh. Dietary inflammatory index dapat memperkirakan potensi inflamasi  dari diet seseorang melalui kuesioner frekuensi makan (SQ-FFQ), dan nantinya skor DII yang dihasilkan dapat menginformasikan mengenai kualitas diet seseorang termasuk diet proinflamasi atau antiinflamasi.​1​              

Skor DII nantinya dapat melihat kelompok makanan proinflamasi dan antiinflamasi. Dietary inflammatory index tidak sebatas melihat mikronutrien dan makronutrien, tetapi juga memasukkan komponen bioaktif yang umum dikonsumsi termasuk flavonoid, rempah-rempah dan teh.​2​

Baca : Obesitas dan Sistem Imun

Sumber Makanan Proinflamasi dan Antiinflamasi

Adapun makanan yang tergolong proinflamasi dan antiinflamasi sebagai berikut:

Makanan AntiinflamasiSumber Makanan Proinflamasi
Air putihGula, termasuk gula meja, sirup jagung fruktosa tinggi, minuman ringan dan makanan manis seperti cake.  
Sayuran segarBiji-bijian olahan seperti roti putih, pasta, sereal, makanan ringan olahan, dan kerupuk.  
Buah-buahan segarDaging merah dan olahan berlemak seperti daging sapi, babi, domba, bacon, sosis.  
Polong dan kacang-kacangan seperti lentil, kacang polong dan kacang kering.  Makanan yang digoreng, termasuk kentang goreng.
Ikan dan seafoodTerlalu banyak kafein, hindari asupan lebih dari 200-300 mg kafein per hari .
Daging merah tanpa lemak, unggas dan telur      Terlalu banyak alkohol. Lebih dari 1 minuman per hari untuk wanita, lebih dari 2 minuman per hari untuk pria.  
Biji-bijian utuh seperti beras merah, gandum utuh / pecah, quinoa.Diet proinflamasi seperti lemak jenuh dalam jumlah tinggi (mentega, susu tinggi lemak, saus krim), gula sederhana, karbohidrat olahan (makanan ringan, roti putih), alkohol, dan daging merah, fast food
Asupan susu rendah/sedang (1-2 porsi per hari; 1 porsi = 8 ons susu atau 6 ons yogurt)  
Tumbuhan dan rempah-rempah seperti bawang putih, kunyit, jahe dan kayu manis.  
Teh herbal  
Sesekali permen atau cokelat hitam.  
Zat gizi seperti serat (buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan), lemak sehat (alpukat, minyak zaitun), asam lemak omega-3 (salmon, kenari) dan antioksidan (buah dan sayuran berwarna)

Jenis diet antiinflamasi memiliki keuntungan dapat menurunkan risiko kelebihan berat badan/obesitas, penyakit jantung, diabetes, stroke, dan penyakit kronis lainnya. Sedangkan jenis diet proinflamasi dapat meningkatkan peradangan dan risiko kelebihan berat badan/obesitas, penyakit jantung, stroke, dan penyakit kronis lainnya.​3​

Baca Artikel : Makanan Padat energi & Obesitas

Kaitan Dietary Inflammatory Index dengan Obesitas

Sebuah penelitian menunjukan bahwa peningkatan skor DII pada orang gemuk menyebabkan peningkatan obesitas. Orang gemuk memiliki kondisi peradangan yang lebih tinggi, karena jaringan lemak yang menunjukkan peradangan kronis yang lebih tinggi pada orang-orang ini. Sehingga , skor DII yang lebih tinggi dapat berkontribusi pada lebih banyak penanda peradangan dan penambahan berat badan.​4​

Skor DII yang lebih tinggi dikaitkan dengan z scores BMI dan juga lingkar pinggang yang lebih tinggi pada anak dan remaja putri di Iran. Hasil ini terkait dengan konsumsi lebih banyak makanan pro-inflamasi (seperti: makanan cepat saji, kue, dan biskuit), yang cenderung padat energi. Sebaliknya konsumsi diet antiinflamasi (skor DII rendah) dikaitkan dengan BMI yang lebih rendah sehingga remaja yang mengkonsumsi diet pro-inflamasi (skor DII tinggi) cenderung kelebihan berat badan atau obesitas.​5​

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa diet dengan makanan proinflamasi didapatkan skor  DII yang tinggi secara signifikan berkaitan dengan peningkatan CRP, risiko penyakit kardiovaskular serta meningkatnya sindrom metabolik. Karena skor DII yang tinggi dapat dikaitkan dengan tanda-tanda sindrom metabolik seperti tekanan darah sistolik dan diastolik yang tinggi, kadar trigliserida tinggi, kadar HDL rendah, gula darah puasa tinggi.​6,7​ Seperti diketahui meningkatkan asupan makanan sehat dan antiinflamasi seperti buah-buahan, sayuran dan mengurangi asupan komponen proinflamasi seperti daging olahan dan minuman manis menggunakan gula baik untuk dilakukan karena dapat memainkan peran penting dalam mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dan mortalitas terkait.​8​

Lebih lanjut : Pengukuran Antropometri untuk Obesitas

Referensi

  1. 1.
    Kim Y, Chen J, Wirth M, Shivappa N, Hebert J. Lower Dietary Inflammatory Index Scores Are Associated with Lower Glycemic Index Scores among College Students. Nutrients. Published online February 7, 2018:182. doi:10.3390/nu10020182
  2. 2.
    Shivappa N, Steck SE, Hurley TG, Hussey JR, Hébert JR. Designing and developing a literature-derived, population-based dietary inflammatory index. Public Health Nutr. Published online August 14, 2013:1689-1696. doi:10.1017/s1368980013002115
  3. 3.
    Issaquah S. Inflammation and Diet. Swedish Medical Center; 2012.
  4. 4.
    Kord Varkaneh H, Fatahi S, Tajik S, Rahmani J, Zarezadeh M, Shab-Bidar S. Dietary inflammatory index in relation to obesity and body mass index: a meta-analysis. NFS. Published online July 4, 2018:702-721. doi:10.1108/nfs-09-2017-0203
  5. 5.
    Aslani Z, Qorbani M, Hébert JR, et al. Association of Dietary Inflammatory Index with anthropometric indices in children and adolescents: the weight disorder survey of the Childhood and Adolescence Surveillance and Prevention of Adult Non-communicable Disease (CASPIAN)-IV study. Br J Nutr. Published online December 3, 2018:340-350. doi:10.1017/s0007114518003240
  6. 6.
    Ramallal R, Toledo E, Martínez-González MA, et al. Dietary Inflammatory Index and Incidence of Cardiovascular Disease in the SUN Cohort. Eckel J, ed. PLoS ONE. Published online September 4, 2015:e0135221. doi:10.1371/journal.pone.0135221
  7. 7.
    Neufcourt L, Assmann KE, Fezeu LK, et al. Prospective association between the dietary inflammatory index and metabolic syndrome: Findings from the SU.VI.MAX study. Nutrition, Metabolism and Cardiovascular Diseases. Published online November 2015:988-996. doi:10.1016/j.numecd.2015.09.002
  8. 8.
    Shivappa N, Godos J, Hébert J, et al. Dietary Inflammatory Index and Cardiovascular Risk and Mortality—A Meta-Analysis. Nutrients. Published online February 12, 2018:200. doi:10.3390/nu10020200

Ayu Rahadiyanti

Executive Editor Ahli Gizi ID | Lecturer | Writer

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *