Salah satu hal yang mempengaruhi status gizi yaitu kebiasaan sarapan pada anak. Mari kita simak lebih jauh pada artikel berikut =)
merupakan aktivitas mengonsumsi makanan di pagi hari sebelum kegiatan belajar berlangsung. Sarapan yang dianjurkan adalah dengan menerapkan gizi seimbang dan memenuhi 20%-25% atau ±500 kkal dari kebutuhan energi total dalam seharinya.1 Anak-anak membutuhkan zat gizi yang memadai untuk pertumbuhan, energi dan untuk pemeliharaan fungsi tubuh. Otak mengandalkan pasokan gizi untuk dapat berfungsi dengan baik. Sarapan merupakan sumber energi untuk otak karena dengan sarapan anak dapat meningkatkan kemampuan belajar. Tanpa sarapan, cadangan energi tubuh cepat habis, sehingga hal ini akan berdampak pada anak selama waktu pembelajaran.2
Lebih Lanjut : Pentingnya Sarapan dengan Makanan Berkualitas
Kebiasaan anak melewatkan sarapan biasanya disebabkan oleh beberapa aspek, seperti waktu yang terbatas mengingat jarak ke sekolah jauh, terlambat bangun, tidak ada selera untuk sarapan dan kebiasaan orang tua. Orang tua yang sibuk bekerja sehingga tidak sempat membuatkan sarapan untuk anak juga merupakan salah satu faktor mengapa anak tidak sarapan.1 Berdasar hasil penelitian anak yang melewatkan sarapan memiliki kecenderungan jajan sebesar 1,5 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang memiliki kebiasaan sarapan.1 Makan pagi yang baik sebaiknya beranega ragam terdapat makanan pokok, lauk, sayur, dan buah yang mengandung karbohidrat, protein, serat, serta lemak yang diperlukan oleh tubuh. Sarapan seseorang juga dapat dikatakan beragam jika dalam makanan mengandung makanan pokok, lauk hewani, sayur dan buah lebih dari 5 hari dalam seminggu.3
Bagaimana Membiasakan Konsumsi Sayur Buah pada Anak?
Makan pagi/sarapan tidak boleh dianggap remeh, karena kebiasaan sarapan akan berdampak pada anak nantinya. Anak-anak yang melewatkan sarapan merupakan faktor terjadinya overweight dan obesitas.4 Anak-anak melewatkan sarapan dapat mempengaruhi perkembangan fisik dan mentalnya. Manfaat sarapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan kinerja akademik pada anak. Selain itu juga dapat dapat memperbaiki kualitas secara keseluruhan dan asupan gizi pada anak. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa melewatkan sarapan merupakan faktor yang berkontribusi dalam ketidakcukupan asupan. Pola makan yang terbentuk pada awal kehidupan anak cenderung akan bertahan saat anak menjadi dewasa nantinya.5
Sarapan dianggap salah satu makanan sehari-hari yang paling penting, yang memiliki efek positif pada kesehatan, dan telah terbukti menjadi indikator penting dari gaya hidup sehat. Sarapan dapat mempertahankan aktivitas intelektual terutama kondisi di pagi hari. Selain terjadi pada anak-anak, remaja juga mempunyai kebiasaan melewatkan sarapan. Hal ini dikaitkan dengan kondisi diet yang tidak adekuat dan juga status gizi. Seorang yang melewatkan sarapan dikaitkan dengan tingkat penurunan perhatian, kelelahan, sakit kepala, dan mengantuk.6 Melewatkan sarapan bukanlah salah satu cara efektif untuk menurunkan berat badan seseorang. Kualitas sarapan dapat mempengaruhi berat badan seseorang.4
Baca Artikel : Gizi Seimbang pada Anak Sekolah
Sarapan yang memadai dianggap salah satu faktor penentu untuk pencegahan status gizi obesitas pada anak-anak dan remaja. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas lebih rendah pada anak yang makan sehat, sarapan dengan kualitas yang lebih tinggi.6,7 Sarapan bermanfaat untuk mendongkrak kadar gula darah yang secara otomatis akan rendah setelah melewatkan waktu berjam-jam tanpa asupan makan. Sebuah survei menunjukkan bahwa anak-anak yang sarapan dengan adanya kandungan karbohidrat kompleks terbukti mempunyai performa yang baik saat di sekolah.5,7
Kelebihan berat badan dapat disebabkan karena anak melewatkan sarapan sehingga meningkatkan frekuensi jajan yang disertai dengan konsumsi tinggi kalori, tinggi gula serta tinggi lemak, akan tetapi anak yang melewatkan sarapan dapat juga mengalami underweight. Hal ini dikarenakan tidak diimbangi dengan peningkatan asupan.5,8 Terdapat sebuah penelitian yang dilakukan di Saudi Arabia, dari 120 responden, siswa yang kadang-kadang sarapan (sekali dalam seminggu) sebanyak 23,33% dan sebagian siswa (35,84%) tidak sarapan, dari data tersebut diketahui siswa dengan kelebihan berat badan sebesar 13,33%, siswa obesitas 12.,%, dan siswa di bawah berat badan normal sebanyak 7,5%.2 Studi yang dilakukan di Indonesia, di salah satu SD Kabupaten Gianyar, dari 70 siswa 25,7% siswa mengalami gizi kurang dan 24,3% mengalami gizi lebih, hal ini dikaitkan dengan konsumsi makanan yang tidak berimbang dan tidak sarapan.
Baca : Obesitas dan Sistem Imun
Pernah dengar istilah adaptogen? Belakangan ini, tren minuman herbal penenang seperti teh ashwagandha, latte jamur…
Pernah merasa bingung saat anak kehilangan nafsu makan, terlalu membatasi makanan, atau bahkan takut menambah…
Pernah merasa gagal kalau langkah harianmu di smartwatch belum tembus 10.000? Tenang, kamu tidak sendirian.…
Ilustrasi | Gambar Minuman Pure Matcha (Sumber gambar: Freepik) Matcha kini menjadi salah satu minuman…
Pernah merasa cepat lelah, pusing, atau sulit fokus padahal sudah makan cukup? Bisa jadi tubuhmu…
Berapa kali kamu mendengar kalimat, “Yang penting defisit kalori, pasti turun berat badan”? Pada kenyataannya,…