Kejadian pre eklampsia maupun eklampsia perlu diwaspadai pada ibu hamil. Bagaimana pencegahannya? Mari kita simak pada artikel berikut =)
Pre Eklampsia dan Eklampsia
didefinisikan oleh International Society for the Study of Hypertension in Pregnancy sebagai hipertensi gestasional setidaknya memiliki tekanan darah 140/90 mmHg pada dua kesempatan terpisah dengan selang waktu 4 jam atau lebih disertai dengan proteinuria signifikan setidaknya 300 mg dalam pengumpulan urin 24 jam, timbul secara de novo setelah minggu ke-20 kehamilan pada wanita yang sebelumnya normotensi dan menghilang sepenuhnya pada minggu ke-6 postpartum.1
Eklamsia merupakan konsekunsi dari cedera otak yang disebabkan preeklamsia. Kondisi ini didefinisikan sebagai preeklamsia dengan perkembangan tiba-tiba dari kejang atau koma selama kehamilan dan pasca melahirkan. Hal ini tidak disebabkan oleh penyakit neurologis lain, kejadian yang jarang terjadi dan merupakan kondisi paling parah dari semua gangguan hipertensi selama kehamilan dengan risiko kematian ibu dan janin yang tinggi.2
Ibu dengan preeklampsia ringan mungkin tidak merasakan dampak yang begitu besar. Namun, ibu yang mengalami preeklampsia berat dapat mengalami gangguan pada hati, ginjal, otak, dan gangguan pada sistem pembekuan darah, biasanya bersifat dinamik, progresif, bahkan irreversible. Morbiditas berat yang berasosiasi dengan preeklampsia, di antaranya gagal ginjal, stroke, gagal jantung, adult respiratory distress syndrome, koagulopati, dan gagal hati.
Ibu yang mengalami preeklampsia akan meningkatkan risiko 3-25 kali untuk terjadinya komplikasi obstetri yang berat. Dampak dari ibu yang mengalami preeklampsia pada janin dapat menyebabkan:3,4
Kelahiran prematur
Pertumbuhan janin terhambat
Oligohidramnion
Abrupsi plasenta (pelepasan prematur pada plasenta, plasenta lepas saat janin masih di dalam kandungan)
Kematian janin
Kejang dapat terjadi pada eklampsia. Selain itu juga terjadi gejala sindrom HELLP/hemolysis,elevated liver enzyme,low platelet count (hemolisis, peningkatan enzim hati, trombosit rendah). Kasus yang parah, mungkin juga terdapat ruptur hati, edema paru, gagal ginjal akut, abrupsi plasenta, peningkatan kreatinin, hambatan pertumbuhan intrauterin, perdarahan otak, kebutaan kortikal, dan ablasi retinal. Angka kematian ibu jika mengalami eklampsia meningkat sekitar 8-36%, mempersulit sekitar 1 dari 2000 kehamilan.3,5
Tanda dan Gejala Pre Eklampsia dan Eklampsia
Gejala ringan pada Pre Eklampsia :
Tekanan darah sekitar 140/90 mmHg atau kenaikan tekanan darah 30 mmHg untuk sistolik atau 15 mmHg untuk diastolik dengan intervenal pengukuran selama 6 jam
Protein urin melebihi 0,3 g/liter dalam 24 jam atau tes urin dipstick ≥1
Bengkak kaki, tangan, atau lainnya (edema)
Kenaikan berat badan lebih dari 1 kg/minggu.
Signs & symptomps severe pre eclampsia :
Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
Pengeluaran protein dalam urine lebih dari 5g/24 jam
Penurunan produksi urine kurang dari 400cc/24 jam
Edema paru dan sianosis (kebiruan)
Sesak napas, terdapat gejala subjektif (sakit kepala, gangguan penglihatan seperti penglihatan kabur, nyeri pada perut bagian atas).
Eklampsia merupakan keadaan dimana ditemukan serangan kejang tiba-tiba yang dapat disusul dengan koma pada wanita hamil, persalinan, atau masa nifas yang menunjukan gejala preeklampsia sebelumnya. Umumnya serangan kejang didahului dengan memburuknya preeklampsia dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan (pandangan kabur), mual keras, nyeri di daerah epigastrium, dan hiperrefleksia. Dapat terjadi tekanan darah akan meningkat lebih tinggi, begitu juga dengan edema dan proteinuria akan bertambah meningkat.3
Mempersiapkan kehamilan pada usia yang tepat (20-35 tahun), tidak terlalu muda ataupun terlalu tua. Menyaring semua kehamilan primigravida, terutama ibu hamil dengan usia ≤ 20 tahun dan semua ibu hamil dengan risiko tinggi terhadap preeklampsia dan eklampsia.
Waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklamsia dan eklamsia bila terdapat faktor prediposisi. Melakukan pemeriksaan antenatal care secara teratur yaitu minimal 4 kali kunjungan yaitu masing-masing 1 kali pada trimester I dan II , serta 2 kali pada trimester III.
Istirahat cukup, Berdasarkan penelitian yang didapat dari Cochrane, istirahat di rumah 4 jam/hari dapat menurunkan risiko preeklampsia dibandingkan tanpa pembatasan aktivitas.
Menjaga kenaikan berat badan. Sebelum hamil, apalagi kalau pernah preeklamsia sebelumnya, perlu melakukan penurunan berat badan.
Diet rendah garam, lemak serta karbohidrat dan tinggi protein. Peningkatan asupan serat dan kalsium telah dikaitkan secara positif dengan penurunan risiko. Beberapa penelitian menyebutkan wanita yang berisiko harus didorong untuk mengkonsumsi produk susu, buah-buahan dan sayuran yang memadai sebelum dan selama kehamilan.
Pada hipertensi kronis, mengontrol tekanan darah sebelum konsepsi dan pengendalian diabetes melitus sebelum konsepsi dan selama kehamilan.
Suplementasi kalsium selama kehamilan untuk mencegah preeklampsia dan komplikasinya. Jika wilayah dimana konsumsi kalsium rendah, suplementasi kalsium selama kehamilan (dosis 1,5-2 gram kalsium elemental/hari) direkomendasikan untuk mencegah preeklampsia pada semua perempuan terutama pada kelompok dengan resiko tinggi preeklampsia.
Pertahankan diet sesuai usia dan tahap kehamilan (umumnya 300 kkal lebih banyak dari diet pra-kehamilan). Gunakan ekstra buah dan sayuran dan kurangi sukrosa.
Studi juga menunjukkan efektivitas magnesium pada eklampsia dan preeklamsia. Sumber magnesium termasuk sayuran berdaun hijau, kacang-kacangan, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
Asupan natrium mungkin perlu dikontrol hingga 2 g/hari jika edema parah. Diuretik umumnya tidak digunakan.
Asam lemak omega-3 yang cukup dari tuna,tenggiri, tongkol, gabus, kembung, teri, mujair, kedelai, dll.
Diskusikan sumber kalsium yang cukup dari makanan, terutama jika produk susu tidak ditoleransi atau disukai.
Melewatkan makan harus dihindari dengan cara apa pun.
Sumber potasium dan magnesium yang baik termasuk kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran. Diet DASH adalah diet yang sangat baik untuk dilanjutkan, bahkan setelah kehamilan.
Istirahat sangat penting selama waktu ini. Biofeedback, yoga, meditasi, dan bentuk pengurangan stres lainnya seringkali bermanfaat.
Karena homosistein plasma sering meningkat, asupan asam folat, vitamin B12 dan B6 yang cukup dianjurkan. Suplementasi dengan vitamin prenatal. Sertakan asam folat, kalsium, vitamin B kompleks lainnya, protein, selenium, dan kalium dari makanan. Peran vitamin C dan E tidak menguntungkan bagi wanita yang berisiko mengalami preeklamsia. Suplemen antioksidan juga tidak dianjurkan.
Brown J. Nutrition through the Life Cycle . 4th ed. Wadsworth; 2011.
2.
Peres G, Mariana M, Cairrão E. Pre-Eclampsia and Eclampsia: An Update on the Pharmacological Treatment Applied in Portugal. JCDD. Published online January 17, 2018:3. doi:10.3390/jcdd5010003
3.
Duley L. The Global Impact of Pre-eclampsia and Eclampsia. Seminars in Perinatology. Published online June 2009:130-137. doi:10.1053/j.semperi.2009.02.010
4.
Gathiram P, Moodley J. Pre-eclampsia: its pathogenesis and pathophysiolgy. CVJA. Published online May 18, 2016:71-78. doi:10.5830/cvja-2016-009
5.
Escott-Stump S. Nutrition and Diagnosis-Related Care. 7th ed. Lippincott Williams & Wilkins; 2012.
6.
Lammi-Keefe C, Couch S, Philipson E. Handbook of Nutrition and Pregnancy. Humana Press; 2008.
7.
Eddib A, Yeh J. Prevention of Preeclampsia: Is it Still a Disappointment? Clinical medicine Women’s health. Published online January 2009:CMWH.S2385. doi:10.4137/cmwh.s2385
8.
WHO W. WHO Recommendations for Prevention and Treatment of Pre-Eclampsia and Eclampsia. WHO; 2010.