Diet pada Stroke
Stroke adalah salah satu penyakit degeneratif yang banyak dialami oleh lansia. Dibutuhkan pengaturan asupan makan atau diet pada stroke agar kualitas hidup pasien dapat meningkat. Mari kita simak pada artikel berikut.
Definisi
merupakan serangan akut karena defisit neurologik (penurunan fungsi syaraf) yang disebabkan oleh penyumbatan atau pendarahan pada pembuluh darah. Penyumbatan dan pecahnya pembuluh darah pada otak menyebabkan aliran oksigen dan glukosa menuju otak berkurang atau bahkan berhenti sehingga sel mengalami nekrosis atau kematian dalam 4 – 10 menit. Penyakit stroke tidak mendapatkan penanganan dengan baik dapat menyebabkan hilangnya penglihatan, kemampuan bicara, dan kelumpuhan atau penurunan kemampuan otot. Manifestasi klinis lain yang dapat terjadi adalah penurunan status mental, kehilangan ingatan hingga koma.1
Stroke iskemik terjadi karena penyumbatan pembuluh darah yang menghambat 80% atau lebih dari diameter pembuluh, dapat terjadi karena adanya emboli, tromboli, atau hipoperfusi sedangkan stroke hemoragik terjadi karena pecahnya pembuluh darah sehingga terjadi pendarahan di otak. Hal ini menyebabkan bagian otak rusak dan adanya tekanan pada otak.2
Deteksi Stroke
Terdapat tanda dan gejala penyakit stoke yang bisa dideteksi dini. Berikut deteksi dini stroke dengan metode FAST (Face, Arms, Speech, Time).3
- Face
Mintalah orang yang dicurigai stroke untuk tersenyum dan perhatikan wajahnya apakah tampak simetris?
- Arms
Berikan instruksi pada orang yang dicurigai stroke untuk mengangkat kedua lengan lurus ke depan dan menahannya untuk beberapa detik. Perhatikan apakah hanya bisa mengangkat satu tangan? Apabila dapat mengangkat kedua tangan, apakah salah satunya lengan terlihat turun ?
- Speech
Meminta orang yang dicurigai stroke untuk mengulang beberapa kalimat. Apakah mampu bicara dengan jelas atau terdengar pelo?
- Time
Jika ditemukan salah satu gejala di atas, segera hubungi atau bawa pasien ke Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit terdekat yang memiliki fasilitas penangan stroke terpadu.
Tanda penyakit stroke secara umum antara lain rasa baal (mati rasa) atau kelemahan pada satu sisi wajah, lengan, dan kaki; perasaan bingung dan sulit bicara; gangguan penglihatan pada satu sisi mata atau keduanya; sulit berjalan; serta gangguan keseimbangan dan koodinasi.3
Pencegahan Penyakit Stroke
- Merubah pola makan
Mengganti pola makan ke Diet Mediterania atau Dietary Approach to Stop Hypertension (DASH) dengan meningkatkan asupan sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, polong-polongan, serta protein nabati atau hewani tanpa lemak (seperti ikan), dan serat dapat menrunkan risiko dari semua penyebab terjadinya stroke. Selain itu, perlu membatasi asupan produk susu, garam, lemak jenuh dan gula sederhana. Disarankan untuk melengkapi diet dengan asupan kacang yang tinggi dengan 6 porsi per minggu dengan 30 gram kacang-kacangan.4,5
2. Olahraga secara rutin
Berolahraga 3-4 kali per minggu dengan latihan intensitas sedang hingga kuat minimal 40 menit perhari seperti bersepeda, berenang, atau jogging. Individu yang dengan aktif dalam beraktivitas memiliki risiko stroke 25-30% lebih rendah dibandingkan dengan individu yang tidak beraktivitas. Terdapat penurunan risiko yang lebih jika beraktivitas fisik aerobik yang lebih tinggi yaitu >300 menit per minggu dengan intensitas sedang atau 150 menit per minggu dengan intesitas tinggi.4,5
3. Mengontrol berat badan
Indeks massa tubuh (IMT) orang sehat dijaga pada kisaran 18,5 – 25 kg/m2. Jika overweight maka goalnya pada IMT < 25 kg/m2 serta status obesitas dengan goal IMT < 30 kg/m2 .5
4. Berhenti merokok
Merokok merupakan salah satu faktor risiko utama terjadinya stroke. Penghentian merokok dengan cepat dapat mengurangi stroke dengan risiko berkurang setelah 2-4 tahun setelah berhenti merokok. Perokok pasif juga diidentifikasi sebagai faktor risiko terjadinya stroke dengan 30%. Disarankan untuk tidak merokok dalam rumah dan kendaraan, serta dalam jarak 25 kaki dari semua pintu masuk, jendela, dan ventilasi gedung.4,5
5. Menghindari alkohol
Peminum alkohol berat dapat meningkatkan risiko terjadiya stroke iskemik (non hemoragik). Mengonsumsi dalam jumlah sedikit juga meningkatkan risiko pendarahan pada stroke hemoragik.4,5
Penatalaksanaan Diet Stroke
Prinsip Diet pada penyakit stroke sebagai berikut : 6,7
- Prinsipnya penatalaksanaan gizi pada pasien stroke adalah mengoptimalkan pemenuhan energi dalam mencegah katabolisme. Kebutuhan energi 25 – 45 kkal/kgBB (Berat badan ideal), pada kondisi akut 1100 – 1500 kkal/hari, dinaikkan bertahap sesuai kondisi pasien
- Protein 0,8 – 1,5 g/kg berat badan ideal per hari (normal). Jenis protein yang diberikan protein nabati dengan kandungan serat tinggi dan protein hewani lemak rendah hingga sedang. Contoh protein nabati seperti kacang-kacangan, tahu dan tempe. Lauk hewani lemak rendah (2 gram lemak/penukar) seperti daging ayam tanpa kulit, ikan lele, ikan segar, putih telur ayam, cumi – cumi. Protein hewani lemak sedang (5 gram lemak/penukar) seperti daging sapi, daging kambing, hati ayam, telur ayam, dan telur puyuh
- Lemak 20 – 35% dari total kebutuhan energi. Hindari penggunaan margarin atau mentega, santal kental, dan gorengan, disarankan untuk menggunakan minyak nabati
- Karbohidrat 60 – 70% dari total kebutuhan energi, diberikan cukup terutama karbohidrat kompleks dan karbohidrat dengan indeks glikemik rendah seperti labu, ubi, singkong, beras merah
- Serat 25 – 30 g/hari
- Cairan 1500 – 2000 ml/hari
- Kolesterol <200 mg/hari
- Vitamin dan mineral pemecah homosistein seperti vitamin A, B2, B6, B12, B9, C dan E. Mineral diberikan cukup terutama kalsium, magnesium, dan natrium. Sumber diperoleh dari sayuran dan buah – buahan
Kebutuhan Vitamin dan Mineral pada Diet Stroke
Mikronutrien | Kebutuhan |
Kobalamin/Vitamin B12 | 2,4 mcg/hari |
Asam folat | 400 mcg/hari |
Vitamin A | 900 mcg/hari |
Asam askorbat/ vit C | 90 mg/hari |
Tokoferol/ Vit E | 15 mg/hari |
Vit D | 600 IU/hari |
Natrium | 1200 mg/hari |
Kalium | 4700 mg/hari |
Kalsium | 1200 mg/hari |
Magnesium | 320 mg/hari |
Rekomendasi Gizi pada Kondisi Khusus Akibat Efek Samping Stroke
Efek samping | Rekomendasi Gizi |
Aspirasi8 | • Modifikasi tekstur makanan menjadi puree (saring), cair, atau gel • Memulai makanan dari jumlah kecil secara bertahap |
Gangguan mengunyah dan menelan8 | • Menghindari makanan yang padat, atau menyebabkan aspirasi • Membatasi makanan yang berserat dan sulit ditelan • Makanan yang dianjurkan : pisang, selai kacang, bubur, susu • Mengurangi minuman manis, buah yang masam, sayur mentah |
Penurunan produksi saliva8 | • Memberikan makanan yang lembab dengan kandungan air sedikit • Menggunakan produk pengental • Mengubah konsistensi makanan menjadi semisolid atau semipadat |
Tahap Pemberian Diet Stroke
Berdasarkan tahapannya, diet stroke dibagi menjadi dua fase yaitu : 6
- Fase akut (24 – 48 jam)
Diberikan kepada pasien dalam fase akut dengan kondisi hemodinamil stabil. Makanan diberikan dalam bentuk cair jernih, cair kental atau kombinasi yang diberikan secara oral (tanpa kesulitan mengunyah dan menelan) atau melalui selang (formula enteral) sesuai kondisi klinis. Pemberian makanan diberikan porsi kecil tapi sering dan diberikan setiap 2 – 3 jam sekali. Contoh makanan atau minuman cair jernih seperti air gula, sari buah, kaldu jernih, dan makanan cair kental atau penuh yaitu formula enteral. - Fase pemulihan
adalah fase ketika pasien sudah melewati masa akut, sudah sadar, dan masih dalam kondisi gangguan fungsi menelan atau tidak ada kesulitan menelan. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan pasien (cair, saring, lunak, atau biasa)
Lebih Lanjut : Mengenal Tipe Nutrisi Enteral
Makanan yang Dianjurkan dan Dibatasi
Pangan yang dikonsumsi memiliki peran dalam mencegah terjadinya stroke. Kejadian stroke memiliki hubungan yang kuat dengan konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh, kolesterol, serta asupan serat yang rendah. Beberapa faktor yang berhubungan dengan menurunkan risiko terjadinya stroke adalah sebagai berikut :7,9
- Pola Makan Sehat
ditentukan dengan mengonsumsi makanan yang seimbang. Mengonsumsi makanan yang padat energi, tinggi lemak jenuh (daging dan produk susu berlemak), makanan yang digoreng, daging yang diolahan (produk kaleng), dan makanan dengan kandungan glikemik yang tinggi secara berlebihan dapat memicu terjadinya penyakit ini. Dengan makan buah – buahan, sayuran, kedelai dan kacang – kacangan lain, makanan yang mengandung lemak tak jenuh, makanan yang kepadatan energinya rendah, dan tinggi serat dapat menurunkan risiko terjadinya stroke.
- Konsumsi Ikan
Ikan mengandung omega 3 dapat menurunkan risiko penyakit stroke. Kandungan omega-3 dan omega-6 pada Ikan Tuna per 100 gram adalah 2,1 gram dan 3,2 gram. Omega-3 dan 6 pada Ikan Lele per 100 gram adalah 13,6 gram dan 22,2 gram. Tenggiri per 100 gram mengandung 2,6 gram omega 3 dan 3,7 gram omega-6. Selain itu ikan tongkol, gabus, kembung, teri, dan mujair juga memiliki kandungan omega 3 dan 6 yang tinggi.
Baca : Omega 3 dan 6
- Makan sayur dan buah
Konsumsi buah dan sayur yang kaya akan kandungan gizi mikronutrien dan antioksidan dapat menurunkan risiko terkena stroke. Membiasakan diri mengonsumsi buah – buahan dan sayur – sayuran yang bervariasi minimal 5 porsi setiap harinya.
- Membatasi makanan rendah natrium dan tinggi kalium
Mengonsumsi makanan sumber kalium seperti bayam, tomat, jeruk, buah pisang, alpukat, kentang, ubi, kacang merah, seafood, dan susu dapat mencegah mortalitas akibat stroke. Makanan tinggi natrium memiliki risiko 25% terkena stroke.
- Minum Teh
Teh memiliki peran untuk menurunkan risiko stroke seperti teh hitam dan teh hijau yang mengandung antioksidan.
Jenis makanan yang meningkatkan risiko stroke :7,9
- Makanan tinggi lemak jenuh dan trans fat seperti kue – kue (pastry), makanan yang digoreng, makanan ringan, fast food
- tinggi natrium seperti makanan kaleng, daging yang diolah (ham, dendeng, sosis), daging asap, frozen food
- Minuman atau makanan tinggi gula seperti soft drink, selai, aneka kue, permen
Menu Diet Stroke

Referensi
- 1.Mahan L, Raymond J. Krause’s Food & Nutrition Therapy . 14th ed. Elsevier Inc; 2017.
- 2.Irwin K, Hansen-Petrik M. Nutrition Theraphy and Pathophysiology. 3rd ed. Cengage Learning, Inc; 2016.
- 3.National Collaborating Centre for Chronic Conditions (UK). Stroke: National Clinical Guideline for Diagnosis and Initial Management of Acute Stroke and Transient Ischaemic Attack (TIA). Published online January 1, 2008. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21698846
- 4.Arnett D, Blumenthal R, Albert M, et al. 2019 ACC/AHA Guideline on the Primary Prevention of Cardiovascular Disease: A Report of the American College of Cardiology/American Heart Association Task Force on Clinical Practice Guidelines. Circulation. 2019;140(11):e596-e646. doi:10.1161/CIR.0000000000000678
- 5.Boehme A, Esenwa C, Elkind M. Stroke Risk Factors, Genetics, and Prevention. Circ Res. 2017;120(3):472-495. doi:10.1161/CIRCRESAHA.116.308398
- 6.Suharyanti S, Hartati S, Kresnawan T, Sunarti S, Hudayani F, Darmarini F. Penuntun Diet Dan Terapi Gizi. 4th ed. EGC; 2020.
- 7.PERDOSSI I. Guideline Stroke Tahun 2011. PERDOSSI; 2011.
- 8.Sylvia E. Nutrition and Diagnosis-Related Care . 8th ed. Wolter Kluwer; 2015.
- 9.Iacoviello L, Bonaccio M, Cairella G, et al. Diet and primary prevention of stroke: Systematic review and dietary recommendations by the ad hoc Working Group of the Italian Society of Human Nutrition. Nutrition, Metabolism and Cardiovascular Diseases. Published online April 2018:309-334. doi:10.1016/j.numecd.2017.12.010