Gizi pada Orang dengan Lupus
Penyakit lupus tergolong penyakit autoimun yang banyak dialami wanita. Dibutuhkan pengaturan asupan zat gizi agar orang dengan lupus (Odapus) dapat tetap sehat dan produktif. Mari kita simak pada artikel berikut ini =)
Definisi
Lupus eritematosus sistemik (SLE) merupakan penyakit inflamasi kronis dan autoimun yang dapat mempengaruhi berbagai sistem organ, antara lain kulit, persendian, ginjal dan otak. Dikenal sebagai penyakit “seribu wajah” merupakan penyakit inflamasi autoimun kronis yang belum jelas penyebabnya dan memiliki sebaran gambaran klinis yang luas. Inflamasi akibat lupus dapat menyerang berbagai bagian tubuh misalnya kulit, sendi, sel darah, paru-paru, jantung. Gejala yang sering ditemukan pada pasien lupus antara lain terdapat ruam menyerupai kupu-kupu di wajah, demam, nyeri dan pembengkakan pada satu atau lebih sendi perifer (tangan dan pergelangan tangan, lulut, kaki, pergelangan kaki, siku, bahu), nyeri dada karena pleuritis dan fotosensitivitas.1 Oleh karena itu, dibutuhkan pengaturan asupan makanan dan zat gizi pada pasien lupus.
Etiologi
Penyebab SLE masih belum diketahu secara pasti. Genetika dianggap memainkan peran penting dalam pengembangan SLE, dan banyak gen yang berkontribusi pada predisposisi dan kerentanan terhadap SLE telah diidentifikasi, termasuk gen yang terkait dengan interferon (IFN). Faktor lingkungan, termasuk stres ekstrim, paparan sinar UV, merokok, infeksi, pemberian obat tertentu (beberapa antidepresan dan antibiotik) dan faktor hormonal (estrogen) juga dapat berkontribusi pada perkembangan penyakit.2 SLE lebih sering terjadi pada perempuan, karena kasus ini banyak ditemukan pada perempuan setelah menstruasi atau hamil. Diduga estrogen bisa menjadi penyebabnya, namun belum terbukti secara pasti.3
Indikator Lupus
Lakukan SALURI (Periksa Lupus Sendiri) Bila anda menjawab “ya” minimal 4 pertanyaan, kemungkinan anda terkena lupus. Harap hubungi pelayanan kesehatan terdekat :4
- Demam lebih >380C dengan sebab yang tidak jelas
- Rasa lelah dan letih berlebihan
- Sensitif terhadap sinar Matahari
- Rambut rontok
- Ruam kemerahan berbentuk kupu-kupu melintang dari pipi ke pipi
- Ruam kemerahan di kulit
- Sariawan tidak kunjung sembuh, terutama di atap rongga mulut
- Nyeri dan bengkak persendian pada lengan, tungkai, menyerang lebih dari 2 sendi dalam jangka waktu lama
- Ujung jari tangan dan kaki menjadi pucat hingga kebiruan saat udara dingin
- Nyeri dada terutama saat berbaring dan menarik nafas
- Kejang atau kelainan syaraf
- Kelainan hasil lab (atas anjuran dokter):
- Anemia : penurunan sel darah merah
- Leukositopenia : penurunan sel darah putih
- Trombositopenia : penurunan kadar pembekuan darah
- Hematuria dan proteinuria : darah dan protein pada pemeriksaan urin
- Positif Antinuclear Antibodies Test (ANA) dan atau anti ds-DNA
Pengaturan Asupan Makanan dan Zat Gizi pada Lupus
Pengobatan lupus belum memungkinkan, tetapi perawatan memungkinkan kehidupan yang lebih normal. Penggunaan methotrexate dapat mengurangi ketergantungan pada steroid, yang diinginkan. Intervensi berupa pengaturan zat gizi dan antioksidan dapat memperbaiki kondisi pada pasien lupus. Suplementasi dengan minyak ikan dapat mengurangi aktivitas penyakit yang bergejala.5
Protein
Karena tingginya kejadian gangguan fungsi ginjal pada SLE, maka total asupan protein perlu disesuaikan. Pembatasan asupan protein telah terbukti memiliki efek menguntungkan dalam mengontrol perkembangan penyakit ginjal. Secara khusus, diet yang dibatasi protein (0,6 g / kg per hari) memperbaiki status gizi dan laju filtrasi glomerulus pada pasien dengan SLE dengan penyakit ginjal kronis. Selain itu, asupan protein yang berlebihan telah terbukti menghasilkan kehilangan mineral tulang pada pasien dengan SLE remaja. Pembatasan diet sumber phenylalanine dan asam amino tirosin juga telah terbukti bermanfaat pada penderita SLE. Produk fenilalanin dan tirosin terdapat pada produk daging sapi, produk susu dan olahannya.6,7
Lemak
Lemak merupakan salah satu makronutrien yang juga penting karena menyediakan lemak tak jenuh kembali ke jaringan dan limfosit dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Sebuah studi menyebutkan konsumsi minyak ikan (180 mg EPA dan 120 mg DHA) mengamati pengurangan asam aisadonat, keadaan peradangan dan agregasi trombosit, serta viskositas darah dan leukotrien B4. Minyak ikan, yang dikenal sebagai salah satu sumber utama ω-3, memiliki efek anti-inflamasi dan anti-autoimun (dengan penghambatan limfosit T dan B). Selain itu, ia memiliki efek penekanan aktivitas makrofag dan produksi metabolit cyclooxygenase, terbukti bermanfaat secara signifikan dalam status klinis, imunologis dan biokimia Odapus. Konsumsi makanan kaya akan zat gizi mencakup kacang-kacangan, ikan, minyak ikan, minyak zaitun, buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian kaya akan fitokimia, asam lemak omega-3, dan antioksidan. 5–7
Baca lebih lanjut : Omega 3
Serat
Asupan serat yang memadai direkomendasikan pada SLE karena efek menguntungkan dari serat dalam menurunkan risiko kardiovaskular, meningkatkan mobilitas usus, mempromosikan rasa kenyang, mengurangi kadar serum penanda peradangan, mengurangi glukosa darah dan lipid postprandial, serta memberikan densitas energi rendah. Rekomendasi asupan serat sebesar 14 g serat /1000 kkal yang dikonsumsi (atau 38 g untuk pria dan 25 g untuk wanita), dan asupan cairan yang memadai sangat penting. Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi serat berbanding terbalik dengan risiko keparahan SLE.7
Vitamin
Beberapa studi epidemiologi telah mengeksplorasi peran potensial dari asupan zat gizi antioksidan dan suplementasi pada pasien lupus. Pada SLE, stres oksidatif bertindak sebagai pemicu autoimunitas yang berkontribusi terhadap disregulasi sistem kekebalan, kejadian apoptosis abnormal dan produksi autoantibodi. Kondisi defisiensi vitamin A adalah salah satu gejala lupus yang cukup serius. Padahal Vitamin A penting untuk berbagai fungsi, termasuk pemeliharaan integritas sistem kekebalan. 7
Pada penderita SLE, kekurangan vitamin D berkaitan dengan kurangnya paparan sinar matahari yang dapat meningkatkan risiko osteoporosis dan fotosensitivitas pada pasien. Penelitian menunjukkan bahwa vitamin D yang cukup dapat mencegah penyakit autoimun dengan meningkatkan jumlah atau fungsi sel T natural.8 Asupan vitamin C dapat mencegah terjadinya keaktifan penyakit SLE.5 Vitamin C dapat memediasi respons stres oksidatif pada SLE dan, memberikan efek menguntungkan pada perbaikan komponen kekebalan yang abnormal dan peradangan.7
Defisiensi vitamin D umum pada pasien dengan SLE dibandingkan pada populasi umum, sebagian karena pasien dengan SLE dianjurkan untuk menghindari sinar matahari, untuk mencegah disease flare. Vitamin D ditemukan dalam jumlah kecil dalam telur, ikan, susu, dan produk olahannya. Pemberian vitamin E menyebabkan kemunduran serangan dari autoimunitas yang dapat memperpanjang harapan hidup pada SLE.7
Baca : Vitamin C
Mineral
Pasien lupus disarankan untuk mengikuti diet rendah natrium karena bukti menunjukkan bahwa kandungan natrium klorida yang berlebihan dalam makanan mungkin menjadi faktor risiko potensial untuk penyakit autoimun.7 Terapi steroid dapat menyebabkan retensi natrium, hiperglikemia, deplesi kalium dan kalsium, dan keseimbangan nitrogen negatif. Efek sampingnya antara lain penambahan berat badan, wajah bulat, berjerawat, mudah memar, patah tulang atau osteoporosis, hipertensi, katarak, hiperglikemia atau onset diabetes, peningkatan risiko infeksi, dan sakit maag.5
Referensi
- 1.Kumar V, Abbas A, Aster J. Robbins Basic Pathology. 9th ed. Elsevier Ltd; 2015.
- 2.Mak A, Tay S. Environmental factors, toxicants and systemic lupus erythematosus. Int J Mol Sci. 2014;15(9):16043-16056. doi:10.3390/ijms150916043
- 3.Cai L, Zhang J, Xue X, et al. Meta-Analysis of Associations of IL1 Receptor Antagonist and Estrogen Receptor Gene Polymorphisms with Systemic Lupus Erythematosus Susceptibility. Assassi S, ed. PLoS ONE. Published online October 6, 2014:e109712. doi:10.1371/journal.pone.0109712
- 4.Pusdatin K. Situasi Lupus di Indonesia. Pusat Data dan Informasi Kemenkes. Published 2017. https://pusdatin.kemkes.go.id/?category=search&kyw=lupus&search-option=structure,content
- 5.Stump S. Nutrition and Diagnosis-Related Care. 7th ed. Lippincott Williams & Wilkins; 2012.
- 6.Mahan L, Raymond J. KRAUSE’S Food & The Nutrition Care Process. 14th ed. Elsevier Inc; 2017.
- 7.Aparicio-Soto M, Sánchez-Hidalgo M, Alarcón-de-la-Lastra C. An update on diet and nutritional factors in systemic lupus erythematosus management. Nutr Res Rev. Published online March 15, 2017:118-137. doi:10.1017/s0954422417000026
- 8.Borges MC, dos Santos F de MM, Telles RW, Lanna CCD, Correia MITD. Nutritional status and food intake in patients with systemic lupus erythematosus. Nutrition. Published online November 2012:1098-1103. doi:10.1016/j.nut.2012.01.015