Pola Diet Ibu Mempengaruhi Kandungan Asam Lemak ASI
Tanggal 1- 7 Agustus diperingati sebagai Pekan Menyusui Sedunia.Pada Ahli Gizi Talk sebelumnya sudah dibahas terkait konselor menyusui. Kali ini akan membahas artikel terkait pola diet ibu dengan kandungan asam lemak pada ASI. Simak yuk…
Keunggulan ASI
ASI merupakan sumber makanan yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. WHO merekomendasikan agar bayi disusui secara eksklusif dengan menyusui selama 6 bulan pertama kehidupannya, tetapi ASI tetap merupakan sumber zat gizi penting bagi anak-anak hingga usia 2 tahun. ASI menyediakan berbagai jenis asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan bayi. Namun, hubungan antara pola makan ibu dan zat gizi makro dalam ASI masih belum diketahui. Ulasan terbaru menunjukkan bahwa asam lemak adalah salah satu komponen ASI yang paling sensitif terhadap kebiasaan diet ibu.
Komposisi Asam Lemak ASI
Asam lemak dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan strukturnya: asam lemak jenuh (SFA), asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA), dan asam lemak tak jenuh ganda (PUFA). Asupan tinggi asam lemak jenuh merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular. Namun, diet yang tinggi MUFA dapat meningkatkan rasio serum lipid dengan mengurangi kadar kolesterol lipoprotein densitas rendah dan meningkatkan kadar kolesterol lipoprotein densitas tinggi. ω-3 PUFA, termasuk docosahexaenoic acid (DHA) yang paling terkenal, dapat berkontribusi pada peningkatan fungsi otak dan kognisi, mencegah morbiditas yang terkait dengan aterosklerosis dan penyakit kardiovaskular, dan mengurangi angiogenesis retina dan koroid pada penyakit mata neovaskular.
Secara umum, ASI diklasifikasikan menjadi kolostrum (1-6 hari setelah melahirkan), ASI transisi (7-14 hari setelah melahirkan) dan ASI matang (> 15 hari setelah melahirkan). Sebanyak 17 jenis asam lemak (FA) terdeteksi dalam sampel ASI. ASI mengandung asam lemak esensial asam linoleat dan asam alfa-linolenat, serta turunan rantai panjang asam arakidonat (ARA) dan docosahexaenoic asam (DHA).Kandungan SFA dalam ASI menurun secara signifikan dari kolostrum ke susu matur. Selama menyusui, asam stearat adalah satu-satunya SFA yang meningkat secara signifikan. Dalam sampel ASI juga terjadi peningkatan MUFA pada susu matur terutama asam oleat. Perbandingan antara level pada tahap laktasi menunjukkan tren peningkatan asam lemak rantai panjang (LCFAs), tetapi terjadi penurunan asam lemak rantai medium (MCFAs) dan asam lemak rantai sangat panjang (VLCFAs). Kandungan VLCFA secara signifikan lebih rendah pada susu transisi dan susu matur.
Hubungan Pola Diet Ibu dengan Asam Lemak pada ASI
Komposisi asam lemak dalam ASI dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan genetik. Di Yunani, peneliti menemukan bahwa profil asam lemak ASI dipengaruhi oleh asupan PUFA ibu dan MUFA selama setengah tahun pertama pada wanita menyusui. Mayoritas penelitian dalam bidang ini berfokus pada hubungan antara asam lemak individu dari diet ibu atau dalam berbagai jenis makanan dan kadar asam lemak dalam ASI, dan hasilnya hingga saat ini bervariasi. Ibu menyusui tidak hanya mengonsumsi satu zat gizi atau makanan dalam diet hariannya, tetapi mengonsumsi banyak zat gizi dari berbagai jenis makanan dan memiliki pola makan tertentu. Ada korelasi erat antara berbagai zat gizi dan jenis makanan tertentu. Selain itu, asupan makanan ibu setiap kali makan tidak terlepas dari asupan makanan lain; dengan demikian, pola diet mewakili efek gabungan dari asupan makanan dan lebih cocok untuk menjelaskan efek asupan makanan ibu pada komposisi ASI.
Pola makan ibu dapat memengaruhi asupan makronutrien ibu menyusui dan proporsi SFA, total PUFA , dan OMEGA 6 dalam profil FA dari susu yang diproduksi. Kandungan FA dalam ASI juga dipengaruhi oleh pendapatan, dimana pendapatan tersebut mempengaruhi daya beli ikan sehingga ibu yang lebih sedikit mengonsumsi ikan akan memiliki proporsi SFA yang lebih tinggi karena tingginya asupan karbohidrat. Ibu yang sering mengonsumsi ikan dan rumput laut (sumber DHA) memiliki kandungan DHA ASI transisi lebih tinggi dibandingkan ibu yang jarang mengonsumsinya. Proporsi SFA tertinggi ditemukan pada ibu yang mengonsumsi produk kedelai, kacang, prosuk olahan susu, padi-padian, serta telur. Ibu yang sering mengonsumsi susu memiliki proporsi SFA lebih tinggi. Ibu yang sering mengonsumsi buah dan sayur memiliki proporsi PUFA yang lebih tinggi karena adanya efek protektif makanan tersebut. Kandungan omega 6 tertinggi dapat ditemukan pada ibu yang sering mengonsumsi jamur, alga, daging, dan seafood.
Referensi
- Jiang, Wendi, et.al. Variation of fat globule size and fatty acids in human milk in the first 30 days of lactation. International Dairy Journal. 2020;100:104567
- Nayak U, Kanungo S, Zhang D, Ross Colgate E, Carmolli MP, Dey A, et al. Influence of maternal and socioeconomic factors on breast milk fatty acid composition in urban, low-income families. Matern Child Nutr 2017;13: e12423
- Kim H, Kang S, Jung BM, Yi H, Jung JA, Chang N. Breast Milk Fatty Acid Composition and Fatty Acid Intake of Lactating Mothers in South Korea. British Journal of Nutrition. 2017 Feb;117(4):556-61.
- Tian HM, Wu YX, Lin YQ, Chen XY, Yu M, Lu T, et al. Dietary patterns affect maternal macronutrient intake levels and the fatty acid profile of breast milk in lactating Chinese mothers. Nutrition [Internet]. 2019;58(2019):83–8.
Pingback: Persepsi dan Preferensi Rasa pada Bayi - Blog AhliGiziID